4tahun kemudian...
Semuanya masih sama dimana seorang lelaki sekarang berpakaian layaknya CEO ternama disalah satu perusahaan terbesar di kota ini tengah berada dirumah sakit lebih tepatnya berada di ruangan gadisnya yang masih terbaring lemah dengan alat pendeteksi jantung dan selang oksigen.
Gadis itu tidak kunjung membuka matanya dari koma yang bisa dibilang cukup lama dan sampai saat ini ia masih setia menunggu gadis itu sadar. Sudah 4tahun ini Arla tidak kunjung membuka matanya dokter selalu bilang jika keadaanya sudah cukup membaik namun tidak ada tanda tanda Arla akan bangun dari tidur lamanya. Setiap sepulang dari kantor Arland selalu datang ke rumah sakit, menemani Arla. Itu sudah menjadi kebiasaanya. Tidak lupa ia juga membawakan buket bunga untuk gadisnya, dan menggantinya ketika bunga itu sudah layu.
Arland tersadar dari lamunanya ketika seseorang mengetuk pintu dan masuk kedalam dan berjalan mendekati Arland lalu menepuk pelan pundak lelaki itu.
"Mau sampai kapan lo kayak gini terus? Diliputi perasaan bersalah? Come on, he must be fine"
Arka. Cowok itu juga sama dengan Arland sama sama terpukul saat mengetahui kondisi Arla, tapi ia selalu memberikan semangat kepada Arland. Berusaha menghilangkan rasa bersalahnya terhadap Arla.
"Gw tau lo sedih. Kita semua sedih, sampai kapan lo mau terus diem? Gak mau ngomong lagi?"
Ya. Semenjak Arla koma Arland jadi lebih sering menyendiri, jarang bicara dan terlihat sangat dingin. Semua orang terdekatnya juga sudah mulai terbiasa dengan sikap baru Arland, walaupun begitu mereka semua berharap Arland kembali seperti dulu.
"Gw cabut dulu. Kalau ada apa apa langsung kabarin gw atau Bunda" ucap Arka yang hanya dibalas anggukan oleh Arland
Arland menggenggam tangan kanan Arla dan mengusap puncak kepala gadisnya dengan sayang. Sejenak ia mencium punggung tangan gadis itu.
"Mau sampai kapan kamu tidur?"
"Aku harap orang pertama yang kamu lihat saat bangun itu aku, La"
Tanpa di sadari cairan bening keluar dari pelupuk mata Arland, ia merundukkan kepalanya untuk mencium kembali punggung tangan gadisnya lalu menghapus jejak air matanya.
🌻🌻🌻🌻
Cahaya putih yang begitu terang begitu menusuk dimata gadis berpakaian putih dengan rambut yang di urai sepanjang pinggang. Gadis itu memincingkan matanya saat cahaya itu menghalangi penglihatannya.
Tempat itu begitu sepi, mungkin tidak ada kehidupan lain disini, hanya ada gadis itu saja. Ia menolehkan kepalanya ke belakang saat mendengar langkah kaki. Seorang lelaki juga berpakaian serba putih tengah berdiri tidak jauh darinya, ia sempat tidak mengenali lelaki itu karna cahaya di belakang lelaki itu terlalu terang. Lalu, ia mendekat untuk melihat jelas wajah lelaki tersebut.
Arland. Lelaki itu adalah kekasihnya, untuk apa ia ada disini? Sendiri?
Banyak pertanyaan yang ada di dalam pikiran Arla, ia semakin mendekat kepada Arland namun hal tak di duga terjadi. Lelaki itu berjalan mundur? Mengindarinya? Arla menatapnya heran, apa yang salah?
Arland semakin menjauh darinya dan Arla semakin mendekat."Arland, jangan pergi!"
"Arland! Bantu aku keluar dari sini"
"Arland!!!"
Tepat di teriakan terakhirnya lelaki itu hilang bersama dengan cahaya putih dan kabut tebal, Arla melihat sekelilingnya. Sepi. Hanya ada dirinya sekarang. Gadis itu berjalan ke lurus untuk mencari jalan keluar namun tidak menemukannya satu pun, semua tempat itu berkabut dan bercahaya. Tanpa disadari air matanya jatuh membasahi pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLA
Teen Fiction'Setiap hubungan tidak ada yang berjalan mulus. Semuanya akan ada ujian. Tinggal pelakunya saja yang memutuskan, apakah memilih bertahan atau menyerah' Cover by: @own_cozy