🐰 𝐁𝐔𝐍𝐍𝐘 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝐈 - 𝐂𝐡.𝟎𝟑

3.4K 506 31
                                    

"Aku ingin menjadi egois"

•~•~•

Happy Reading
Sorry for typo(s)

"Oh, Jeno? Kau sudah bangun? Padahal ini masih terlalu pagi"

"Iya ahjuma, aku sudah biasa bangun sepagi ini"

Jeno yang telah selesai membersihkan diri dan mengganti pakaian dengan pakaian milik Jaemin, langsung berjalan menghampiri Sicheng yang tengah membersihkan sayuran di washtafle. Saat ini, waktu tengah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.

"Biar aku bantu ahjuma", Jeno menawarkan diri mengambil alih mencuci sayuran yang dibalas dengan senyuman oleh Sicheng.

"Hari ini suamiku akan pulang"

Jeno menoleh, menatap Sicheng yang kini duduk di meja makan; tengah memotong bahan yang lain untuk dimasak.

Jeno diam sejenak, mengingat-ngingat sesuatu. Benar, sejak ia pertama kali datang ke kediaman Na, Jeno belum pernah melihat si kepala keluarga.

"Um memangnya, suami ahjuma kemana?", sekedar basa-basi Jeno bertanya.

"Suamiku bekerja dan jarang sekali pulang. Ia bertugas untuk menjaga keamanan perbatasan bangsa bunny. Karena pekerjaannya itu, ia jadi jarang sekali memiliki waktu di rumah", Jeno mendengarkan.

"Ah, aku belum pernah menceritakan tentang bangsa bunny padamu 'kan? Apa kau mau mendengar cerita dari bangsa kami Jeno?"

Jeno mengangguk antusias. Untuk saat ini ia adalah bagian dari bangsa bunny walau ia adalah manusia biasa.

Sicheng tersenyum lalu meminta Jeno duduk di sampingnya. Jeno patuh, ia duduk di samping Sicheng, siap untuk mendengar cerita dari nyonya Na.

"Kau pasti merasa aneh dengan kami, benar 'kan?", Jeno mengangguk sekilas sebagai respon.

"Kami memang terlihat seperti bangsamu, bangsa manusia. Tapi kami bukanlah manusia", Jeno diam, ia tentu tahu tentang hal itu.

"Hanya fisik dan kehidupan kita yang sama. Selebihnya, kita berbeda. Kau manusia biasa, sementara kami manusia bunny. Hidup kita juga berbeda, namun dunia kita berdampingan"

Kening Jeno berkerut saat mendengar kata 'berdampingan' yang Sicheng ucapkan. Ia tidak mengerti apa yang dimaksud Sicheng tentang dunia bangsa mereka yang berdampingan tersebut.

"Maksud ahjuma?", tanya Jeno penuh penasaran.

Sicheng yang sebelumnya fokus pada kegiatannya, kini beralih menatap Jeno-masih dengan senyum yang sama.

"Aku ingin bertanya padamu", ucap Sicheng tanpa menjawab pertanyaan Jeno.

"Bagaimana kau bisa masuk ke dunia kami?", senyuman Sicheng hilang diganti dengan raut tanpa ekspresi.

"Itu-", Jeno menggantung kalimatnya sejenak, "Itu karena mesin waktu"

"Mesin waktu?"

Jeno mengangguk, "Mesin waktu yang berhasil ku ciptakan"

"Apa tujuanmu menciptakan benda itu?", bukan hanya ekspresi, kini nada suara Sicheng pun berubah datar. Membuat Jeno sedikit gugup dan suasana berubah menjadi canggung.

"Aku hanya ingin bertemu dengan, ayahku", Jeno memelankan suara di kata terakhir.

"Bertemu ayahmu? Kenapa?"

Jeno diam, tatapannya kini beralih ke jari-jari tangannya yang saling bertautan di atas meja, "Ayahku, sudah meninggal"

Jeno menjeda sejenak, "Itu sebabnya aku menciptakan mesin waktu tersebut. Aku ingin pergi ke masa lalu, masa dimana ayahku masih hidup. Tidak peduli jika nantinya takdir akan berubah, aku hanya ingin melihatnya. Jika bisa, aku juga ingin merubah takdir", lanjutnya.

[✔] Bunny || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang