"Terkadang, takdir Tuhan pun akan sangat baik"
•~•~•
Happy Reading
Sorry for typo(s)"Oh, kalian sudah saling mengenal rupanya. Baru saja aku akan mengenalkan kalian"
Jeno dan Jaemin saling memandang dan tersenyum kemudian. Suasana bagi Jeno terasa sedikit canggung. Ia merasa tengah berkumpul dengan keluarga Na dari bangsa bunny. Namun yang berbeda—bukan hanya dari penampilan, melainkan juga suasana.
Jeno tak bisa berbicara bebas dengan memanggil tuan dan nyonya Na dengan panggilan 'ahjussi' dan 'ahjuma' seperti yang biasa ia gunakan. Ia juga tak bisa memanggil Jaemin—pria manis yang masih sangat ia cintai dengan panggilan akrab, 'Nana'.
Sebuah robot dengan pakaian selayaknya seorang maid datang menghampiri Sicheng dan mengatakan ada panggilan untuknya. Robot android tersebut membungkuk kemudian berbisik di telinga nyonya Na dan dibalas oleh anggukan dari Sicheng.
"Aku permisi", Sicheng berpamitan kemudian pergi meninggalkan ruang tamu guna menerima panggilan.
Setelah menatap kepergian sang istri, Yuta menatap ke arah arloji yang dikenakannya sekilas, "Profesor Lee, sepuluh menit lagi kita mulai pertemuannya. Nana, antarkan Profesor Lee ke ruangan Dad nanti", Yuta kemudian berpamitan setelah sang putra mengangguk meng-iyakan ucapannya.
Di ruang tamu, tersisa Jeno yang duduk ditemani Jaemin. Memang keduanya sudah saling mengenal. Namun hanya sebatas mengenal nama, tidak lebih. Menyebabkan atmosfir di sekeliling keduanya tercipta sangat canggung.
"Um, aku ingin meminta maaf. Saat itu, aku tiba-tiba pergi", Jaemin berujar—berusaha mencairkan suasana.
"Tidak apa. Aku mengerti kalau kau sedang sibuk", Jeno tersenyum di akhir.
Kembali hening. Keduanya larut dalam kecanggungan. Terutama Jeno yang tak biasa dengan atmosfir di sekelilingnya saat ini. Selain berbeda dari segi penampilan, Jaemin ternyata lebih pendiam dibanding dengan Jaemin yang dulu Jeno kenal.
"Jeno-ssi", Jaemin kembali berujar—dibalas oleh tatapan Jeno tanpa mengucap sepatah kata pun.
"Apa, kau ada rencana setelah ini?"
Kening Jeno menampilkan kerutan samar sebelum menjawab, "Untuk saat ini, tidak. Ada apa?"
Jaemin merespon dengan menggigit bibir bawahnya. Kentara sekali bahwa ia sedang menahan rasa gugup. Dan hal itu tentu disadari oleh Jeno. Entah mengapa Jaemin terlihat gugup seperti itu, ia tak dapat menebaknya.
"Tidak. Aku hanya bertanya"
Dalam hati Jaemin merutuki diri. Mengapa ia memberi jawaban seperti itu? Sungguh, Jaemin merasa malu dan mungkin saja kini Jeno tengah memandangnya aneh—terkanya.
Mendengar jawaban dari Jaemin, kening Jeno berkerut sebelum ia terkekeh kecil di akhir. Ia mengerti maksud Jaemin sebenarnya. Tapi, bukan hal itu yang menjadi fokusnya. Melainkan, raut kentara Jaemin yang tengah menahan suatu gejolak dalam hatinya—terlihat di mata Jeno. Ternyata, sifat tersebut masih melekat pada diri Jaemin.
"Kau sendiri, apa kau ada rencana hari ini?", Jeno membalik pertanyaan.
Jaemin diam sejenak sebelum ia menjawab, "Tidak ada"
Jeno tersenyum, "Kalau begitu, apa kau bersedia menunjukkan kota Tokyo padaku? Kebetulan, aku memiliki cukup waktu disini sebelum kembali"
Bohong jika Jeno berkata bahwa ia belum pernah mengelilingi kota Tokyo. Ia sudah sering mendatangi ibukota Negeri Sakura tersebut. Semua semata ia lakukan, hanya untuk mengenal lebih dalam sosok Jaemin yang kini duduk berhadapan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Bunny || Nomin
Fantasia> > [SEASON I - Completed ✔] 🐰-Jeno terjebak di dalam dimensi lain akibat mesin waktu ciptaannya. Di sana, ia bertemu dengan Jaemin yang merupakan bangsa Bunny. Bersama Jaemin, Jeno membuktikan bahwa perbedaan tak bisa menghentikan cinta. Namun jug...