"I'm sorry. I love you"
•~•~•
Happy Reading
Sorry for typo(s)Seperti pada hari-hari sebelumnya. Hari ini Huijun pergi menemui kekasihnya. Dengan meneteng dua buah paper bag di tangan kiri, Huijun mengetuk ruang kerja atasan sang kekasih.
Suara sahutan dari dalam pun terdengar. Mengizinkan Huijun untuk masuk ke dalam. Pintu ruangan tersebut menggunakan sensor suara dan hanya suara sang pemilik ruangan yang dikenali. Terdapat pula pin tersembunyi di samping pintu dan hanya orang-orang tertentu yang tahu seperti Mark, Jeno, Minjae, dan juga Taeyong. Pin tersebut di fungsikan bilamana dalam keadaan darurat, siapapun bisa masuk dengan atau tanpa izin sekalipun.
Pintu kaca di hadapannya terbuka, Huijun memasuki ruang kerja atasan sang kekasih. Dilihatnya sang kekasih, Minjae dan atasannya, Mark yang tengah berkutat dengan i-Pad mereka masing-masing.
"Siang Minjae hyung, Mark hyung", tak perlu heran dengan panggilan yang digunakan Huijun pada Mark. Karena terlalu sering datang bekunjung, hubungan Mark dan Huijun jadi dekat dan mereka pun menjalin pertemanan.
"Siang Huijun-ah. Bagaimana kabarmu?", ucap Mark membalas sapaan Huijun.
Huijun berjalan mendekati sofa lalu mendudukkan diri, "Baik. Hyung sendiri?"
"Sepertinya sama sepertimu", Mark terkekeh di akhir.
"Aku membawa cukup banyak makanan hari ini. Jadi jika kalian lapar, kalian tidak perlu pergi keluar dan mencari makan"
"Kau tidak perlu melakukan itu Huijun-ah", ucap Minjae karena sungguh ia merasa tidak enak kepada kekasihnya yang terlalu sering membawakan makanan untuknya dan Mark.
Belakangan ini Minjae memang jarang sekali pulang. Ia lebih memilih tidur di sofa ruang kerjanya atau begadang semalaman bersama Mark, tentu saja.
"Tidak apa hyung. Lagi pula, aku tidak merasa direpotkan, aku justru merasa senang bisa merawatmu", Huijun tersenyum.
Minjae tersenyum lembut membalas. Ia merasa beruntung karena Huijun menjadi kekasihnya. Tinggal seorang diri di Korea membuatnya terasa diperhatikan. Huijun merawatnya dengan sangat baik.
Jam saat ini masih menunjukkan pukul sepuluh pagi. Belum waktunya untuk makan siang. Lagi pula, Mark maupun Minjae masih belum merasa lapar. Mereka lalu memilih untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Yaitu, mencari cara membawa Jeno kembali.
Ya, selama ini mereka masih belum menemukan cara untuk membawa Jeno kembali. Banyak sekali kertas dan alat tulis lainnya, tak terkecuali alat-alat elektronik berserakan di meja kerja Mark.
Mark mendesah kasar, ia lalu mengacak rambutnya. Tidak jauh berbeda dengan Minjae. Ia pun tampak frustasi. Melepas kacamatanya, Minjae lalu memijat kedua pelipisnya. Ia merasa pening. Ditambah akhir-akhir ini ia sering tidur dan makan terlambat. Ia rasa tekanan darahnya turun lagi.
"Kau masih belum menemukan sesuatu?", pertanyaan Mark dijawab oleh gelengan lemah Minjae. Melihatnya Mark kembali mendesah.
Banyak teori yang sudah Mark pelajari. Tapi untuk menembus dimensi? Mustahil dilakukan. Kalau pun bisa, akan sangat sulit untuk dilakukan. Ini merupakan hal yang sangat gila. Sungguh gila!
"Aku pernah menonton sebuah film"
Dua pasang mata mengarah pada sumber suara ketika Huijun berujar, "Di film tersebut, kekasih sang pemeran utama tersedot oleh lubang hitam seukuran tubuhnya dan membawanya ke dimensi lain—"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Bunny || Nomin
Fantastik> > [SEASON I - Completed ✔] 🐰-Jeno terjebak di dalam dimensi lain akibat mesin waktu ciptaannya. Di sana, ia bertemu dengan Jaemin yang merupakan bangsa Bunny. Bersama Jaemin, Jeno membuktikan bahwa perbedaan tak bisa menghentikan cinta. Namun jug...