🐰 𝐁𝐔𝐍𝐍𝐘 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝐈𝐈 - 𝐂𝐡.𝟎𝟏

1.9K 266 18
                                    

"Apakah, Tuhan bermaksud memberiku kesempatan kedua untuk memilikinya kembali?"

•~•~•

Happy Reading
Sorry for typo(s)

Jeno melepas kacamata yang dikenakannya kemudian menaruhnya di atas meja. Pening seketika menjalari kepala karena ia masih belum menemukan inspirasi baru untuk penemuannya.

Kalut dalam pikiran hingga tak menyadari jika ponselnya bergetar—tanda ada sebuah panggilan masuk. Jeno sengaja tak mengangkatnya, ia terlalu malas untuk meladeni para pengusaha yang menanyai kapan penemuan Jeno selesai. Karena yang mereka butuhkan adalah sebuah alat yang paling canggih untuk memperlancar usaha mereka di perusahaan. Tanpa memikirkan kondisi Jeno sendiri yang sudah lelah berpikir.

Panggilan masuk kedua berhasil mengambil alih atensi Jeno. Ia melirik nama sang penelpon—yang ternyata adalah sang kakak.

Jeno meraih ponselnya kemudian mengangkat panggilan tersebut, "Yeoboseyo?"

"Yeoboseyo, Jeno? Kau tidak sibuk hari ini?"

"Ada apa hyung?", tanpa menjawab pertanyaan sang kakak, Jeno bertanya.

"Mom baru saja menelponku. Mom meminta kita untuk pergi ke Canada"

"Hari ini?"

Di seberang panggilan Mark mengangguk, "Ya. Itu yang Mom katakan"

Jeno menghela nafas kecil. Di saat seperti saat ini, tidak memungkinkan sebenarnya bagi Jeno untuk berpergian jauh. Tapi, karena ini adalah permintaan sang ibu, maka Jeno tidak bisa menolaknya.

"Baiklah. Kau dimana hyung?"

"Aku masih di Beijing bersama Minjae. Sore nanti, aku akan langsung menuju Canada bersama Minjae yang kembali ke Korea. Oh, aku sudah memesankan tiket untukmu. Berkemaslah sekarang"

"Hm, baiklah. Aku akan segera berkemas. Ku tutup"

Sambungan telepon Jeno tutup setelah menerima jawaban dari sang kakak. Kini ia bangkit berdiri. Merapikan barang-barangnya kemudian berjalan keluar dari ruangan.

🐰_-_BUNNY_-_🐰

"Aku baru sampai di bandara, hyung"

"Kau baru sampai? Bukankah sudah ku katakan berangkat 15 menit lebih awal?"

"Maafkan aku hyung. Jalanan sangat ramai tadi"

"Hm, kalau begitu bergegaslah. Aku akan menunggumu. Kita bertemu di lobby nanti"

Memutus sambungan, Jeno segera bergegas menuju ke pintu masuk. Menyeret kopernya dengan tergesa karena tak lama lagi pesawat yang akan membawanya ke tempat tujuan segera lepas landas.

"Ah, aku lupa mengenakan arlojiku", ucap dalam benaknya.

Jeno merogoh kantung celananya untuk mengambil arloji yang belum sempat ia kenakan. Tak memperhatikan jalan hingga tak sengaja menabrak seorang pria di hadapannya—yang tengah berjalan dengan santai, hingga arloji miliknya jatuh dan retak.

"Ah, j-jeosonghabnida", pria tersebut berjongkok kemudian meraih arloji milik Jeno.

"Ah, maafkan aku. Arlojimu jadi retak"

Sang pria terus mengucap kata maaf padanya yang mana tak satu pun yang Jeno tanggapi. Jeno terlarut dalam kegiatannya—menatap wajah yang amat familiar di matanya.

Jeno terlalu terkejut bahkan tak merespon satu pun perkataan yang keluar dari bibir sang pria. Jeno terlalu kalut dalam pikirannya. Entah ia mesti memberi respon seperti apa saat ini.

[✔] Bunny || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang