Pagi hari, sebelum Aleya berangkat kesekolah, Aleya menyempatkan dirinya untuk menjenguk sang mama di rumah sakit jiwa, tak tau mengapa ia ingin sekali melihat sang mamanya kali ini.
Saat sedang menunggu lampu merah tak sengaja ia bertemu dengan Leo yang berada tepat di sampingnya, ia sedikit kaget, namun terlihat biasa saja.
"Pulang sekolah, jangan lupa," bisik Leo yang memang jaraknya berdekatan dengan Aleya, kemudian Leo melaju pergi dengan motornya.
Aleya yang hendak mengarah ke rumah sakit kini menjadi kesal dan beralih membuntuti Leo ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, ia turun dari motornya dan berjalan menuju kearah kelas. Namun seseorang menarik tangannya."Apaan sih," ucap Aleya sambil menepis tanganya.
"Kamu ikut saya sekarang!" ujar seseorang itu yang tak lain adalah guru Bk di sekolah itu.
Setibanya Aleya di ruang guru tersebut, ia bertemu dengan Leo tak lain dan tak bukan musuh baru nya.
"Kalian berdua duduk!" tegas sang guru.
Aleya dan Leo pun duduk di bangkunya yang berhadapan langsung dengan bu Leni.
"Kalian kenapa bisa berantem?" tanya sang guru.
Dengan santai Aleya menjawab.
"Biasa bu urusan hati, adeknya si dia nih bu ngatur ngatur saya," ucapnya.
"Maksud lo apaan, adek gue nggak bersalah ya! Lo aja yang kecentilan sama pacar adek gue," balas Leo dengn tatapan sengitnya kepada Aleya.
"Eh sudah sudah, kalian berdua tetap bersalah, sebagai hukumannya kalian lari 15 putaran di lapangan, sekarang!" tegas sang guru.
Mereka berdua berjalan menuju lapangan dan mengelilinginya sebanyak 15 kali. Namun pada 10 putaran Leo berhenti sejenak, dan pingsan di tempat.
"Dih cowok apaan, segini aja pingsan," gumam Aleya yang masih terus berlari.
"Eh eh liat tu si Leo kenapa?" ujar salah seorang siswa.
"Hah kak Leo!!" teriak siswa yang kemudian berlari menuju Leo.
"Kak bangun kak.." ujar nya sambil menangis.
Sementara Aleya tak menganggap keberadaan Leo dan adiknya.
"Eh lo! Jahat banget si ga mau bantuin abang gue!" teriak Dinda, adik Leo.
Aleya merasa orang tersebut bukan berbicara kepadanya, ia terus saja lari mengelilingi lapangan tersebut.
Tiba tiba bu leni datang menuju Leo yang terkapar.
"Loh Leo. Aleya, kanapa kamu nggak bantuin Leo?" ujar sang guru dgn tegas.
"Gimana sih tadi di suruh lari, sekarang malah di suruh nolongin tu orang. Plin plan banget jadi orang," gerutunya.
"Saya denger ya! sekarang kamu bantuin Leo ke uks,"
Dengan malas dan capek, Aleya berjalan Menuju Leo dan memapahnya untuk berdiri.
Selama di perjalanan menuju uks, semua mata mengarah kepadanya dan Leo.
"Malu maluin banget sih," gumamnya.
Sesampai di uks Aleya membaringkan Leo di kasur. Terlihat wajah Leo yang pucat dan lemah.
"Ck. Kaya gini mau ngajakin gue berantem? Sekali sentil aja udah pingsan kali" ujar Aleya memandang Leo yang terbaring di kasur.
Tak lama pintu uks terbuka dan menampilkan sesosok dinda yang berlari menuju Aleya dan Leo.
"Kak.. kak Leo, bangun dong" tangis dinda di samping tempat tidur Leo.
Aleya yang melihat itu merasa jijik dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Ini gara gara lo nih! kalo lo nggak ngedeketin Devin, gue nggak bakalan gangguin lo!" ujar dinda sambil menunjuk ke arah Aleya.
"Lo ngomong sama gue?" ujar Aleya sarkas.
"Lo nyebelin ban—"
"Kenapa sih ribut rib— lah elo ngapain disini," ujar Leo yang baru tersadar dari pingsanya.
"Oke gue cabut," Aleya berlenggang meninggalkan uks. Leo menatap ke arah Aleya dengan pandangan aneh.
Tak terasa bel pulang berbunyi yang menimbulkan teriak kesenangan dari para siswa siswi.
Tetapi tidak dengan Aleya, ia buru buru mengemaskan bukunya dan bergegas pergi ke lapangan untuk menemui musuh nya.
Setibanya disana telah berdiri seorang lelaki dan 3 teman dibelakangnya.
"Langsung aja, gue nggak butuh basa basi," ujar Aleya yang melemparkan tasnya kesembarang arah.
Leo maju mendekat ke Aleya yang sekarang sudah berdiri dan memandang sengit ke Leo.
Tatapan sinis nan sadis pun telah diberikan oleh masing masing pihak, dan dengan gerekan cepat Aleya melayangkan tinjuannya ke Leo.
Meleset.
Dan.
Bugh!
Satu tinjuan berhasil mendarat di wajah Aleya. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya.
Para teman teman Leo berteriak menyemangati Leo. Keadaan di sekitar lapanganpun mulai ramai karena keributan itu.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Tinju meninjupun saling di berikan oleh Leo dan Aleya, lebam dan darah memenuhi muka keduanya.
Tak mereka sadari seorang wanita paruh baya berlari melihat kejadian itu.
"ALEYA!" teriaknya.
Aleya P.O.V
"ALEYA!"
Sontak gue memandang ke arah orang yang manggil gue.
Tante Rena?
ia berjalan mendekat ke arah gue dan
Plak!
Perih. Itulah yang gue rasakan.
Tante Rena menampar gue tepat di tempat Leo nonjok gue tadi.
Gue malu, hati gue hancur. Semua orang ngeliat gue dengan tatapan kaget. Gue pengen nangis.
"Kamu ini, mau jadi apa?! mau gila kayak mama kamu? emang dasar anak sama ibu sama sama gila! sama sama nyusahin!" teriak Tante Rena yang membuat sekerumunan orang berbisik dan menimbulkan riuh.
Karna gue udah nggak tahan di bentak dan di marah depan umum, langsung aja gue kabur dari sana.
Dhenis P.O.V
Baru aja gue mau masukin buku kedalem tas, eh tiba tiba Aleya keluar kelas duluan.
"Rey, Aleya mau kemana tuh?" tanya Fatir ke Reyna, gue buru buru masukin buku buku gue ke dalem tas.
"Gue susulin dulu," ujar gue kemudian lari keluar kelas.
"Punya pacar serasa jomblo gue, duh nasib nasib," gue masih bisa denger ocehan Daniel dari jauh.
Tapi bodo amat lah. Sahabat first cuy.
Tak lama gue denger orang orang bersorak.
"Leo! Leo! Leo!"
"ayo Le, jangan kalah sama cewek!"
"pukulin Le."
Perasaan gue mulai nggak enak, gue pun menuju tempat kejadian.
"Ya ampun Aleya?" teriak gue, tapi kayanya teriakan gue nggak bakal kedengaran deh, ini berisik banget.
Gue ngeliat Aleya yang di tinju tinju sama Leo, ya ampun, dia cewe woi, dia CEWE!
Bayangin lo punya sahabat cewe, trus di tonjokin sama orang, COWO! gimana perasaan lo?
Gue udah kesel banget, tapi Daniel narik tangan gue, gue nggak bisa memberontak, tangan Daniel terlalu kuat ngengenggam tangan gue.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aleya
Teen FictionTingkah laku? Etika? Perbuatan dan Perkataan tak menjamin dapat menilai isi hati seseorang. Seseorang yang bertingkah laku baik, etikanya baik, perbuatannya baik, dan perkataannya baik, belum tentu menggambarkan isi hatinya. Bisa saja ia berpura pur...