(11)

27 5 0
                                    

Hari minggu pagi Aleya berencana ingin kerumah sakit jiwa untuk menjenguk sang mama, sudah lama ia tak kesana.

Tetapi ia bingung, kini motornya sudah tak ada, apa ia harus jalan kaki? Sedangkan rumah sakit tersebut cukup jauh dari rumahnya.

Tiba tiba ide aneh muncul di benaknya.

"Leo mau nggak ya, anterin gue?" tanya nya pada dirinya sendiri.

"Bodo amat kalo dia nolak"

Dengan begitu ia pun mulai menelpon Leo.

"..."

"Halo Al? ada apa?"

"Hmm bisa nemenin gue nggak?" ucap Aleya yang ragu ragu.

"Bisa, kemana?"

"Ada deh, lo jemput gue sekarang. nggak pake lama!"

"Bentar gue mandi dulu"

"Ya udah sana"

Setelah itu panggilan pun terputus, Aleya bersiap siap mengganti pakaian nya. Kini ia menggunakan Hoodie hitam polosnya dan celana blue jeans yang terkesan skinny.

Karena sedikit bosan, ia pun membuka grup yang beranggotakan ia dan keempat sahabatnya.

ku tunggu jandamu

Fatir: woii pada kemana si?
Fatir: p
Fatir: p
Fatir: p

Dhenis: brsik

Daniel: brsik

Fatir: eh nyante dong, sensian banget

Dhenis: bodo.

Daniel: bodo.

Fatir: lu berdua kenapa samaan mulu dah?

Dhenis: o

Daniel: o

Fatir: @Reyna tolongin dong beb :(

Aleya: mampus

Reyna: lo mau keluar sama Leo ya Al?

Fatir: lah serius?!!

Dhenis: serius lo Al?

Daniel: srius?

Aleya: emg knp sih?

Reyna: kaget aja sih

Aleya: ooh ya udah

Setelah mengetik pesan itu, Aleya pun keluar dari rumahnya karna mendengar klakson motor yang ia yakini berasal dari motor Leo.

Dan benar saja, Leo tengah membuka helm nya dan tersenyum memandang ke arah Aleya.

"Apa lo senyum senyum?" tanya Aleya dengan sinis.

Leo tersenyum kemudian berkata.

"Nggak boleh?"

Aleya memutarkan bola matanya dan memasangkan helm ke kepalanya, kemudian ia pun naik ke motor Leo.

"Pegangan" perintah Leo.

"Modus lo"

"Ya udah. Kita mau kemana?"

"Ada deh, lu jalan aja, ntar gue tunjukin dimana"

Tanpa menjawab, Leo pun mulai menjalankan motornya.

"Tumbenan lo mau ngajak gue? bukannya lo nggak mau maafin gue ya?" tanya Leo sambil sesekali melihat ke arah spion motornya, yang menampakkan wajah Aleya.

"Brisik" jawab Aleya singkat.

"Ohh gue tau, mungkin lo udah maafin gue, cuma ya lo gengsi aja gitu mau ngomongnya" ucapan Leo berhasil membuat Aleya menyesal telah mengajak Leo.

"Lo yang kepedean"

"Gue bukan kepedean tapi percaya diri" senyum miring pun tercetak di wajah Leo.

"Nggak jelas lo"

"Eh ke mini market bentar ya?" ujar Leo, kemudian meminggirkan motornya di sebuah mini market.

"Mau ikut atau nunggu?" tanya Leo saat sudah turun dari motornya.

"Gue tunggu disini" jawab Aleya kemudian dengan cepat Leo berjalan masuk ke mini market tersebut.

Belum sampai 10 menit, Leo telah keluar dari mini market dan membawa sebuah kotak kecil di tangannya.

"Beli rokok? buat apa sih?" tanya Aleya yang sendari tadi memerhatikan kotak kecil tersebut.

"Ya buat ngerokok lah, emang buat apa lagi?" jawab Leo enteng, kemudian memasukan rokoknya kedalam saku celana.

"Gue nggak suka orang yang merokok" ucap Aleya tiba tiba.

"tapi gue suka ngerokok gimana dong?" ucap Leo dengan senyum miringnya.

"Bodo, udah cepet jalan"

Setelah 20 menit di jalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Mereka pun segera turun dari motor dan masuk kedalam, keadaan disana cukup hening.

Tak lama Aleya berbelok ke sebuah ruangan, dan Aleya menyapa seseorang yang beradadi tempat tidur dengan rambut acak acakan sambil memegang lututnya.

Aleya mengisyaratkan Leo untuk ikut dengannya memasuki ruangan tersebut

"nggak usah takut, nyokap gue di iket kok" Ucapan tersebut membuat Leo diam, dan mulai mengikuti langkah Aleya.

"hi Mah.. maaf akhir akhir ini Aleya bandel, dan maaf juga Aleya baru jengukin mama, mama gimana kabarnya?" ucap Aleya di hadapan mamanya, yang menatap kosong langit langit ruangan.

Leo tertegun melihat pemandangan di depan matanya, ia tak menyadari bahwa perempuan sekasar Aleya masih memiliki hati yang lembut.

Mama Aleya mulai mengalihkan pandangannya ke Aleya, matanya kini membuka lebar, urat urat di dahinya menimbul, serta amarahnya mulai memuncak.

"KAMU! PERGI KAMU! KAMU YANG BUAT SAYA BEGINI, PERGI KAMU DARI HIDUP SAYA! ANAK IBLIS!"

Leo tersentak kaget, begitu juga dengan Aleya. Namun Aleya sudah biasa di bentak seperti itu, karena setiap kali ia menjenguk sang mama, selalu saja ada kata kata kasar yang terlontar dari mulut sang mama.

Mama Aleya mulai meronta ronta, dan berusaha melepaskan diri dari ikatan, sedangkan Aleya masih berupaya menenangkan sang mama, Leo dengan sigap memanggil perawat yang ada.

Suntikan bius pun diberikan kepada mama Aleya, dan akhirnya bisa membuatnya tenang dan tertidur.
Aleya dan Leo keluar dari ruangan tersebut. Leo masih terdiam melihat kejadian tadi, sedangkan Aleya merasa tak enak hati.

"Lo takut ya?" tanya Aleya pelan kepada Leo.

Leo pun menoleh ke arah Aleya, ia tidak takut, tapi sedikit terkejut.

"nggak, santai aja," jawab Leo yang mulai mengkondisikan raut wajahnya.

Dengan begitu mereka berjalan menuju parkiran untuk pulang, pada saat mereka keluar dari lobi, matahari tengah terik teriknya menyinari bumi yang dapat menyilaukan mata.

Leo yang kini tengah berjalan keparkiran di bawah terik matahari, tiba tiba saja pingsan.

AleyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang