Hari ini hari pertama Aleya bekerja di rumah tante Arin, yap tantenya Erwin. Arin memiliki bayi kecil bernama Sean yang masih berusia 7 bulan. Masih terbilang sangat muda untuk sering di tinggal pergi oleh ibunya, Sean masih memerlukan ASI, sementara itu Arin tak terlalu peduli dengan anak satu satunya itu.
"Hai baby Sea," sapa Aleya saat bertemu dengan Sean yang tengah bermain dengan mainan kecil di tangannya.
Sementara itu Arin, sudah bersiap siap untuk berangkat kerja, dengan pakaiannya yang cukup fulgar.
"Udah ya gue pergi dulu, nih biasa hari Jum'at cafe rame banget, nggak bisa gue layanin satu satu, dah dulu ya," ucapnya kemudian keluar dengan tergesa gesa.
Erwin yang berada di samping Aleya merasa tak enak hati melihat kelakuan tantenya.
"Hehe maklumin aja ya Al, tante gue emang gitu," ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Santai aja sih kalo sama gue," jawab Aleya, sambil terus bersenda gurau dengan Sean.
Hati Aleya tersentuh saat melihat Erwin yang begitu akrab dengan Sean, ia melihat Erwin yang sedang bersenda gurau dengan Sean yang tak henti hentinya tertawa.
"iyaa ya, duuh seneng banget kayaknya ada kak Aleya ya? Ya Sean ya?" ucap Erwin dengan suara lembut bak seorang ayah yang tengah berbicara kepada anak bayinya.
Sementara itu Sean terlihat tertawa geli sambil memegangi tangan Erwin yang mulai menggelitikinya.
"Hahaha udah ya Sea, udah malem bobo yaa?" ucap Erwin seraya menggendong Sean kedalam pelukannya dan menggoyang goyangkan kecil tubuhnya.
Hanya keheninganlah yang menyelimuti mereka. Erwin yang sibuk menggendong Sean, sementara Aleya bersiap siap menyusun tempat tidur untuk Sean. Setelah selesai menyusun tempat tidur Sean kini Aleya berjalan ke arah dapur untuk membuatkan Sean susu. Tak lama Erwin datang menghampiri Aleya yang berada di dapur.
"Anjirr ngagetin aja lo," ucap Aleya sambil mengelus dadanya.
"Sstt jangan teriak teriak ntar Sean bangun," ujar Erwin dengan suara pelannya.
Aleya pun memelankan suaranya dan kembali berbicara dengan Erwin.
"Yah gimana dong, gue baru aja buatin susunya."
"Ya udah simpen aja, ntar subuh dia bangun tinggal dikasi lagi."
"Gila lo, bisa basi susunya kalo kelamaan dibiarin."
"Yaudah sih biarin aja, btw gue pulang dulu ya? Kasian nyokap gue sendirian di rumah," ucap Erwin yang kemudian bergerak mengambil tas dan helmnya.
Aleya pun mengantarkannya sampai di depan pintu, Setelah Erwin pergi Aleya kembali masuk kedalam kamar dan berbaring disebelah baby Sean.
"Tidur yang nyenyak ya sayang," ucap Aleya dan menciumi puncak kepala Sean dengan penuh kasih sayang. Aleyapun terlelap dan tertidur disebelah baby Sea.
Subuh harinya, Aleya tersadar akibat langkah seseorang yang memasuki rumah, dengan sigap ia berdiri dan mengambil sebuah tongkat penyapu yang berada tak jauh di dekatnya. Langkah demi langkah Aleya berjalan dengan hati hati tanpa ingin membangunkan Sean dan tak membuat seseorang itu merasakan kehadirannya.
Prangg... sebuah benda pecah dan berhasil membuat Aleya ketakutan.
"Woi! Siapa lu! kalo berani sini lawan gue!" teriak Aleya masih dengan sapu yang ia pegang.
Aleyapun berhati hati mencari saklar lampu dan meghidupkannya.
ceklek
"Tante rupanya, bikin kaget aja,huh" ucap Aleya sambil membuang napasnya lega.
Ternyata Arin lah orangnya yang membuat keributan kecil di dalam rumah, wajar saja karena ia sedang mabuk berat, segala sesuatu yang dipegangnya pasti jatuh, seperti gelas tadi yang kini telah menjadi serpihan kaca.
"Tau ah gua pusing," tak lama Arin pun jatuh terduduk disofa dan langsung tertidur disana. Aleya tak tau harus berbuat apa,ia hanya membersihkan serpihan kaca tersebut dan memberikan selimut untuk Arin.
Suara tangisan Sean membuat Aleya buru buru membuatkan sebotol susu. Dengan cepat ia berlari kecil menuju kamar dan mengangkat Sean ke gendongannya.
"Sayang... haus ya.. lahap banget minumnya," ujar Aleya sambil memegangkan botol susu Sean.
Dalam benak Aleya ia berfikir, bagaimana hari hari yang dilalui Sean sebelumnya, apakah ia akan terus menangis hingga ibunya sadar dan dengan segera memberikannya susu dengan keadaan kacau? atau tetap membiarkan Sean menangis hingga lelah dan kembali tertidur?
Semua pertanyaan itu berhasil menyelinap masuk di pikiran Aleya, padahal waktu sudah menunjukan pukul tiga pagi, namun mata Aleya tak bisa kembali terpejam, dan akhirnya Sean selesai meminum susunya dan kembali tidur, Aleya pun meletakkan Sean di ranjangnya.
Karena tak bisa tertidur lagi, akhirnya Aleya memutuskan untuk mengerjakan tugasnya yang terbengkalai itu. Tak banyak hanya beberapa Mapel saja, Fisika,Biologi, dan sejarah. Ketiga pelajaran itu sengaja ia biarkan karena memang Aleya tak menyukai Mapel tersebut, namun dengan keadaan gabut seperti ini, ia pun mulai mengerjakan tugasnya.
jam sudah menunjukan pukul 6 pagi, Aleya pun bergegas mandi, dan mempersiapkan kebutuhan Sean sebelum ia pergi kesekolah, tak lupa ia membuatkan Arin sarapan.
mereka kini tengah di meja makan, dengan Sean yang tengah berada di gendongan sang ibu. Terdengar dari arah pintu sebuah ketukan, dan munculah Erwin dari balik pintu. memang pintu tersebut tidak dikunci sejak tadi.
"Wih tumben tan ada makanan, biasa kosong nih meja," ujar Erwin dan mulai mendudukkan badannya di kursi sebelah Aleya.
"Elu masuk masuk bukannya permisi malah sewot dengan meja makan," jawab Arin dengan bahasa gaulnya.
"kan tumbenan aja gitu. ngomong ngomong ini elu yang masak Al?" tanya Erwin ke Aleya.
"iya" jawabnya singkat.
"enak juga, gue bungkus ah buat bekal di sekolah, lumayan irit," ujar Erwin kemudian bergerak mengambil tempat bekal di rak piring.
"Ga modal banget lu win, malu maluin gue aja, gue sebagai tante lu merasa malu men."
mereka semua terkekeh di meja, dan tak lama Aleya berpamitan dan berangkat ke sekolah bersama Erwin.
Tak menunggu waktu lama, akhirnya Aleya dan Erwin sampai disekolah. Pas di sebelah mereka, Leo baru saja memarkirkan motornya.
"Eh Yo," sapa Erwin.
Leo melihat ke arah Erwin, kemudian ke arah Aleya yang hanya diam sambil melihat ke sekeliling sekolah. Kemudian Leo tersenyum singkat ke Erwin.
"Gilaa sombong bet lu sama gua," ucap Erwin dan menepuk bahu Leo.
"Apaan, lu tuh yang sombong, mainnya sama cewe terus!" ujar Leo sambil melirik ke arah Aleya yang memasang wajah bodoamat.
"Gue mah jelas mainnya, main beneran! lah elu mainin perasaannya," ucapan Erwin tersebut membuat Leo tertohok, sementara Aleya mulai risih dengan percakapan mereka.
"Win gue duluan," ucap Aleya kemudian berjalan cepat menuju kelasnya. Sedangkan Erwin senyum dan melambaikan tangannya ke Aleya.
"Bisa bisa nya lu nikung gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleya
Teen FictionTingkah laku? Etika? Perbuatan dan Perkataan tak menjamin dapat menilai isi hati seseorang. Seseorang yang bertingkah laku baik, etikanya baik, perbuatannya baik, dan perkataannya baik, belum tentu menggambarkan isi hatinya. Bisa saja ia berpura pur...