"Aleya!""Iya ibu... ada apa.."
"Kamu ini, pr kamu kemana? kenapa tidak ada yang kamu kumpulkan" teriak sang guru yang tengah murka.
"Santai dong bu... nanti cepet tua loh.." jawab Aleya sambil mengeluarkan semua buku di tas nya.
"Tuh bu, lunas kan pr saya"
"Lain kali, kalau mau ngumpulin, ya ngumpulin aja langsung, jangan buat saya marah dulu"
"Iya ibu" ledek Aleya, kemudian berjalan dengan tak acuh ke bangkunya.
Sang guru hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Aleya.
"Oke anak anak, buka buku kalian halaman 246"
-
"Woii kantin yuk!" teriak Leo dari kelasnya.
"Santai bro, kantin nggak bakalan kemana kok" ujar Erwin di sebelahnya.
"Eh Yo, adik lo di depan kelas nungguin lo" ucap salah satu teman Leo.
Leo pun berjalan menuju adiknya.
"Eh lo pokoknya harus bantuin gue, nih" ujar dinda sambil memberikan segelas jus jeruk ke Leo.
"Buat apaan" tanya Leo.
"Buat nyiram Aleya lah"
"Gila ya lo? ogah gue!" bantah Leo
"Oke, biar gue lakuin sendiri!" ujar Dinda kemudian pergi dari hadapan Leo.
Setibanya di kantin, ia melihat keributan dari arah timur kantin.
"Ada apaan tuh?" tanya Erwin di samping Leo.
"Mana gue tau" jawab Leo dingin.
Sedangkan disisi lain, Aleya tengah menahan malu serta sakit hatinya di depan semua orang yang berada di kantin.
"Ternyata kamu ya anak jalang itu! kamu nggak pantes sekolah disini, dasar perusak rumah tangga orang! kamu sama ibu kamu itu sama aja! sama sama jalang! syukurin mama kamu gila!"
Plak
Satu tamparan dari bu Suti berhasil mendarat di pipi Aleya.
Semua orang disana tertegun.
Aleya merasakan dada nya menyeri, ia malu, gara gara sang mama, dirinya di rendahkan oleh orang lain. Dulu jauh sebelum mamanya gila, memang mama Aleya selalu ingin menjadi orang yang bahagia dengan cara yang salah, yakni menjadi selingkuhan orang tersebut.
Aleya hanya diam dengan pandangan dinginnya, ke empat sahabat Aleya berusaha membawanya menuju uks, tapi bukan Aleya namanya kalau pergi sebelum menyelesaikan masalahnya.
"Ibu tau apa tentang saya? dan asal ibu tau, dia bukan mama saya lagi"
Perkataan Aleya yang dingin tersebut berhasil membuat satu kantin membeku. Banyak yang menganggapnya durhaka kepada sang mama.
Begitu juga dengan ke empat sahabatnya yang tak tau sama sekali tentang ia dan mamanya.
"Saya harap ibu bisa berurusan langsung dengan orang yang ibu anggap perusak hubungan ibu" lanjut Aleya dengan nada dinginnya.
Bu Suti kalang kabut, namun emosinya masih memuncak.
"Kamu itu anak nya, kamu juga punya urusan dengan saya! dan jangan harap kamu bisa ngutang lagi dengan saya!" teriak bu Suti dengan emosi yang tidak bisa ia kontrol lagi.
Mendengar kata hutang, ke empat teman Aleya saling berpandangan, pasalnya Aleya tak pernah mengeluh bahwa ia tidak memiliki uang. Padahal dengan senang hati mereka akan membantu Aleya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aleya
TeenfikceTingkah laku? Etika? Perbuatan dan Perkataan tak menjamin dapat menilai isi hati seseorang. Seseorang yang bertingkah laku baik, etikanya baik, perbuatannya baik, dan perkataannya baik, belum tentu menggambarkan isi hatinya. Bisa saja ia berpura pur...