"Ini sih cuma dapet 2jt lebih mba."
"Ya udah nggak apa apa."
"Nih ya mba," Aleya tersenyum singkat dan kemudian berjalan kaki untuk ke rumah sakit.
Ia berjalan santai, namun tiba tiba tasnya di tarik oleh seseorang.
"Eh jambret!" Teriak Aleya sambil mencoba merampas kembali tasnya.
Orang tersebut terus menarik tas Aleya, bahkan ia tanpa segan mengeluarkan pisau.
"Lepasin, atau benda ini nancap di perut kamu!" acam orang bertopeng tersebut.
Aleya terus mencoba merampas kembali tasnya, sambil terus meminta tolong. Orang orang mulai berdatangan, dengan cepat Aleya menendang kaki pria tersebut dan merebut kembali tasnya.
Orang orang di sekitar pun mulai memegangi pria bertopeng tersebut, kemudian Aleya berterimakasih dan jalan kembali, namun belum lama Aleya berjalan, tiba tiba ada yang mengklakson Aleya dari arah belakang.
Aleya menoleh dan melihat siapa yang mengklaksonnya.
"Habis dari mana lo?" tanya orang tersebut.
"Habis di jambret, kenapa?" jawab Aleya santai.
"Lah kampret habis di jambret kok santai banget muka lo Al, salut gue," ucap orang tersebut sambil terkekeh.
"Lo ngapain Yel?" tanya Aleya pada orang tadi.
"Tadi habis nganterin Dhenis ke rumahnya, eh ketemu lo disini," jelas Daniel
"Ohh."
"Lo mau kemana?" tanya Rangga lagi.
"Kerumah sakit, mau bayar hutang," ucapan Aleya membuat Daniel melotot.
"Hutang? banyak banget hutang lo, lo kenapa sih nggak cerita sama kita kita, siapa tau kan kita bisa bantu," ujar Daniel sambil memberikan tatapan sendu ke Aleya.
"Kapan kapan deh, tunggu gue beli handphone baru."
"Lah handphone lo kemana emangnya?" tanya Rangga yang heran.
"Gue jual, nih hasilnya," jawab Aleya sambil menunjukan uang di tasnya.
"Handphone butut lo di jual bisa dapet segitu, wih keren," Aleya memutar bola matanya, merasa jengah dengan Daniel.
"Ya enggak lah, sekalian gue jual kalung emas gue."
"Ohh."
"Rang gue nebeng ya, sampe halte sana aja," ucap Aleya yang mulai naik ke motor Daniel.
"Gue anterin deh sampe rumah sakit, tenang gratis kok kalo sama gue."
"Oke deh bang ojek," ejek Aleya.
"Sialan."
Kemudian mereka berjalan melewati beberapa lampu merah, dan beberapa toko toko serta rumah penduduk sebelum akhirnya mereka sampai di rumah sakit.
Daniel mengantar Aleya sampai ke depan lobi, kemudian Aleya berterimakasih dan Daniel pun pulang.
Aleya mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan tempat dimana Leo di rawat. Jantungnya berdetak lebih cepat, ia tak tau mengapa ia merasakan hal ini.
Sesampainya di depan ruangan Leo ia melihat mama Leo, Diana, Dinda dan Devin yang tengah menunggu di luar, dengan gemetaran namun tenang, Aleya berjalan menghampiri mama Leo.
"Siang tante," sapaan dari Aleya tersebut di hadiahi dengan tatapan sinis dari mama Leo.
"Saya mau ngasih ini," Aleyapun mengeluarkan amplop coklat yang berisi sejumlah uang, kemudian di berikan ke mama Leo.
Mama Leo mengambil amplop tersebut tanpa tersenyum ke arah Aleya. Kemudian ia pergi meninggalkan tempat itu dan berjalan menuju meja administrasi.
Aleya diam dan sesekali melihat ke ruangan Leo, terlihat Leo yang terbaring lemah dengan selang oxigen di hidungnya.
Tiba tiba perasaan aneh muncul pada dirinya, ia merasa takut untuk kehilangan Leo.
"Lo Aleya kan?" suara halus milik perempuan menghamburkan lamunannya.
Aleya mengangguk tanpa niat untuk berbicara.
"Gue Diana, pacarnya Leo."
Aleya hanya tersenyum singkat kemudian kembali menatap Leo.
"Lo kenapa sih mandangin pacar gue mulu," cerocos Diana dari sebelah Aleya namun tak di hiraukan oleh Aleya.
"Eh gue nanya, malah diem," cerocos Diana lagi.
"Terserah lo deh," jawab Aleya santai, kemudian duduk di bangku depan ruangan Leo.
Tak lama seorang suster keluar dari ruangan Leo.
"Maaf disini ada yang bernama Aliya?" tanya suster tersebut.
"Aleya maksud suster?" tanya Dinda memastikan.
"Ya itu Aleya, ada?" tanpa disuruh Aleya pun berdiri dari duduknya.
"Oh kamu ya, Leo sendari tadi memanggil nama anda, mari ikut saya."
Aleya pun mengikuti suster tersebut ke dalam ruangan Leo, kemudian di liatnya Leo yang setengah sadar.
"Aleya.. Aleya.." lirih Leo.
Aleya memandang Leo dengan perasaan iba, ia sangat menyesal telah berbuat kasar dengan Leo.
"Sstt gue disini," bisik Aleya dan tersenyum singkat ke arah Leo yang masih memejamkan matanya.
"Aleya.. Aleya.." lirih Leo lagi.
"Gue disini Yo," ucap Aleya sambil mengambil tangan Leo dan mengelusnya.
Leo diam dan sepertinya kembali tidur, sementara itu Aleya mati matian menahan air matanya.
"Maafin gue ya, gue merasa salah banget sama lo," ucap Aleya masih mengelus tangan Leo.
Di balik kaca Diana dengan wajah marahnya memandangi Aleya yang tengah mengelus tangan pacarnya itu, di hatinya ia merutuki Aleya, ia bingung mengapa Leo malah memanggil Aleya bukan dirinya?
Sementara itu mama Leo baru saja datang dan melihat ke arah anak laki lakinya bersama Aleya, ia pun membuka pintu dan masuk kedalam ruangan Leo.
Aleya mendongak dan melihat ke arah mama Leo yang baru datang. Kini mama Leo tengah mencium puncak kepala anak laki lakinya itu.
"Cepat sembuh ya sayang," ucap mama Leo.
Pandangan mama Leo beralih ke Aleya, kemudian mama Leo mengisyaratkan kepada Aleya untuk mengikutinya. Setelah sampai di luar ruangan, mama Leo mulai membuka suara.
"Tante bingung harus bilang apa, awalnya tante kecewa sama kamu, dan berpikir kamu nggak akan sanggup bayar ini semua, jujur tante juga nggak sanggup, uang tante pas pasan buat biayai Leo dan Dinda," jelas mama Leo, sedangkan Aleya menatapnya dan memberikan senyum tipisnya.
"Itu memang salah saya tante, dan saya harus tanggung jawab, apa pun yang saya lakukan dan itu salah saya pasti bertanggung jawab walaupun saya harus kehilangan barang berharga saya, itu semua memang salah saya jadi tante nggak perlu segan atau berterimakasih sama saya," jelas Aleya, tak lama mama Leo memeluknya.
"Makasih ya nak, tante pengen ketemu sama mama kamu," ucapan mama Leo tersebut membuat jantung Aleya berhenti sejenak.
Aleya melepaskan pelukannya kemudian di tatapnya mama Leo.
"Maaf tante, bukannya nggak boleh, tapi mama saya lagi sibuk," bohong. tentu saja yang di katakan Aleya ini sangat bohong.
Mama Leo tersenyum singkat, kemudian meraih tangan Aleya.
"Mau ya kamu jagain Leo disini, tante untuk sementara waktu ada kerjaan, tante percaya Leo sama kamu," ujar mama Leo.
"Tante yakin? ntar tiba tiba saya copotin selang oxigen anak tante gimana? lebih baik Diana saja tante, saya merasa nggak pantas," jawab Aleya.
"Kamu nggak inget, dari tadi Leo manggil manggil nama kamu, itu berarti dia ingin kamu di sampingnya."
Aleya menatap mama Leo kemudian beralih ke Diana, sebelum akhirnya ia mengatakan.
"Baiklah kalo itu mau tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleya
Ficção AdolescenteTingkah laku? Etika? Perbuatan dan Perkataan tak menjamin dapat menilai isi hati seseorang. Seseorang yang bertingkah laku baik, etikanya baik, perbuatannya baik, dan perkataannya baik, belum tentu menggambarkan isi hatinya. Bisa saja ia berpura pur...