(14)

30 5 2
                                    

Sudah 2 minggu sejak chat terakhir Aleya dengan Leo, kini mereka sama sama menghindar satu sama lain. Leo yang disibukan dengan kehadiran sang mantan yang kini menjadi pacarnya kembali, membuat ia lupa tentang kehadiran Aleya yang sempat mencuri posisi Dian di hatinya.

Namun cinta pertama tak bisa di lupakan begitu saja, mengingat Leo dan Dian telah menjalin hubungan selama setahun, bukan waktu yang sebentar untuk saling melupakan.

Sementara itu Aleya menjadi dirinya yang begitu judes dan dingin, ke empat sahabatnya pun merasa bingung, Aleya begitu rumit bagi mereka. Walaupun begitu mereka tetap bersyukur memiliki Aleya yang selalu baik dan perhatian kepada sahabat sahabatnya.

Siang hari di hari rabu ini, Aleya berusaha sekuat mungkin menahan rasa pusing di kepalanya. Walaupun pusing bukan berarti ia bisa kabur dari hukuman yang di berikan oleh pak Tony.

Suara berat milik pak Tony memenuhi lapangan basket saat ia tengah menghitung putaran yang telah Aleya lalui.

"15 putaran.."

"16.."

"17.."

"18.. eh ayo jangan lemes!"

"19.."

bruk

"Ngelawan sih kamu, pingsan kan jadinya," ucap Tony sambil mengangkat muridnya itu menuju uks.

Tony sudah tau betul sifat Aleya, murid perempuan yang memiliki sifat seperti anak laki laki, ke bandelan Aleya bahkan telah di ketahui oleh sekolah lain, ini lah yang membuat Tony tak segan segan menghukum Aleya dengan lari 30 putaran di lapangan basket.

Setiba di uks, Aleya di sambut oleh sang ketua PMR, Erwin. Erwin pun mengambil alih gedongan Aleya dan meletakannya di kasur yang telah tersedia di ruangan tersebut.

"Bapak kembali kekelas dulu," ujar pak Tony sebelum keluar meninggalkan UKS

Erwin pun memberikan sedikit polesan minyak angin di sekitar hidung Aleya.

Tiba tiba pintu uks terbuka dan muncul lah sosok Leo.

"Ohh jadi gini kerjaan lo disini, enak enak bolos, sama cewek lagi," ujar Leo tanpa memerhatikan siapa yang tengah terbaring di kasur tersebut.

"Sstt berisik banget sih, udah sana lo, tumbenan nyari gue, biasanya juga sama Dian," ucap Erwin kemudian menutup tirai yang mengelilingi Aleya.

"Dian lagi di toilet, ya kali gue ikutin sampe kesitu," jawab Leo. kini ia penasaran siapa di balik tirai tersebut.

"Itu siapa sih?" tanya Leo dengan pandangan menuju tirai tersebut.

"Aleya," jawaban Erwin membuat Leo kaget.

"Aleya? Aleya Liany?" pertanyaan Leo langsung di jawab dengan anggukan oleh Erwin.

"Dia kenapa, kok bisa sakit?" tanya Leo lagi.

"Mana gue tau, pak Tony tiba tiba datang sambil nge gendong Aleya, trus nyuruh gue jagain Aleya."

"Lo? Jagain Aleya? Berdua doang?"

"Mungkin."

"Parah nggak bisa gitu dong, nggak boleh," Erwin mengernyitkan dahinya setelah mendengar tuturan dari Leo.

"Kenapa? Dia bukan siapa siapa lo jugakan," ucapan Erwin membuat Leo bungkam dan salah tingkah.

"Ng-nggak bukan gitu maksud gue, itu hmm—"

"Udah la Yo gue tau kok, lo bingung kan milih yang mana, lo bingung milih Dian atau Aleya, nggak usah muna Yo," sekali lagi ucapan Erwin berlebih dengan tatapan dingin Erwin membuat Leo tak bisa berkata kata.

AleyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang