(10)

32 5 0
                                    

Malam itu semua bersenang senang, menghabiskan waktu dengan kerabat, bersalam sapa, menikmati hidangan, dan memberikan selamat kepada kedua mempelai.

Ya walaupun ini masih acara tunangan, tapi acara ini sungguh meriah.

Ditempat lain, Aleya, Dhenis, Daniel, Reyna, Fatir, dan Leo tengah duduk bersama di satu meja yang sama.

"Eh canggung banget sih ini, kenapa jadi diem dieman gini dah" ujar Fatir mencairkan suasana, walaupun ia sedikit kikuk juga.

Mereka tak menjawab pernyataan Fatir, mereka malah memandang ke arah Leo dan Aleya yang duduk berdampingan.

"Kalian udah akur?" tanya Reyna pelan pelan, takut membuat sepupu dan sahabatnya itu tersinggung.

Leo dan Aleya sama sama mengangkat bahu mereka.

Mereka semua masih memandang Leo dan Aleya yang bisa bisanya duduk berdampingan.

Daniel yang merasa heran kini mulai tak acuh dan melingkarkan tangannya di pundak Dhenis.

"Apaan sih Yel" ucap Dhenis dengan pipinya yang sudah merah padam.

"Nggak boleh ni?" Daniel pun bergerak melepaskan rangkulannya.

"Eh nggak gitu" dengan cepat Daniel mengembalikan tangannya keposisi semula dan mendekatkan posisi mereka.

Fatir yang melihat hal tersebutpun mulai melakukan hal yang sama. Tanpa penolakan Reyna membiarkan Fatir merangkulnya dengan senyuman yang mekar dari wajah keduanya.

"Gini nih, suka banget deh bikin gue iri" cerocos Aleya saat ia melihat sahabat sahabatnya yang asik dengan pasangannya masing masing.

Mereka terkekeh.

"Lo kan punya Leo, sama sama jomblo juga, kenapa nggak pacaran aja" ujar Fatir yang langsung di hadiahi oleh kue bronis yang terbang ke wajah Fatir.

"Kejam lo Al, kan gue cuma bercanda"

"Nggak lucu" Aleya membalas ucapan Fatir dengan nada dinginnya.

Sementara Leo tak bisa menetralkan detak jantungnya saat ia duduk di sebelah Aleya, dari awal ia melihat Aleya yang menggunakan dress yang ia belikan, dan dengan rambut lurus Aleya yang sengaja di gerai, memberikan kesan tersendiri bagi Leo.

"Sial" umpat Leo dalam hatinya, saat Aleya melirik ke arahnya. Walaupun lirikan itu terkesan dingin, namun tetap saja jantung Leo berdebar debar, bahkan lebih cepat dari yang tadi.

"Lo mau ngebunuh gue ya Al?" batin Leo yang kini berusaha bersikap normal.

"Eh gue ambil makan dulu ya? laper nih" izin Aleya ke sahabatnya, merekapun mengangguk mengiyakan.

"Gue ikut" ucapan Leo tersebut, berhasil membuat keempat sahabat Aleya meliriknya.

Aleya tak acuh dan berjalan menuju tempat makan yang telah disediakan, Aleya memilih mengambil nasi dengan sayur yang memenuhi piringnya.

"Lo makan sayur doang? nggak pake ikan? atau ayam gitu?" tanya Leo yang heran melihat isi piring Aleya.

"Diet"

"Diet apaan lo, badan udah bagus juga, masih mau diet aja" Leo terkekeh dengan ucapannya sendiri.

"Suka suka gue lah" balas Aleya, kemudian ia kembali ke meja dan melihat ke empat sahabatnya yang kini sibuk dengan pasangan masing masing.

"Bucin teross" sindir Aleya dengan senyum miringnya.

"Makanya Al cari pacar" kini Dhenis yang bersuara.

AleyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang