[16] Menyesal boleh tidak?

4.2K 578 96
                                    

▪️▪️▪️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪️▪️▪️

Malamnya tepat pukul 20.39 WIB, Ayah Hery sudah tiba di Yogya dan bergegas untuk menemui putri bungsunya yang dikabarkan telah mengalami kecelakaan, dan sekarang sedang kritis di rumah sakit.

Setelah sampai tepat di loby rumah sakit, Ayah Hery bergegas menuju ruangan dimana (Namakamu) dirawat. Diluar ruangan ada beberapa sanak keluarga yang turut menemani (Namakamu). Ada Bunda, Teteh, dan Bu Mamut.

"Bundaa..."

Bunda Rike menoleh dan bangkit dari duduknya, "Ayahh..." jawab Bunda Rike lantas memeluk suaminya yang baru saja datang dari luar kota.

"Adek gimana, Bund?" Tanya Ayah Hery melepas pelukannya pada istri tercintanya.

"Masih kritis, Yah." Jawab Bunda lirih.

Ayah Hery duduk disamping Bunda sambil merangkul istrinya seraya berusaha memberikan ketenangan bagi istrinya yang saat ini mungkin terlihat baik-baik saja. Namun, didalam dirinya, sungguh pasti Bunda Rike rapuh, serapuh-rapuhnya.

"Bunda tenang ya.. kita doain buat adek, insyaallah everything will be fine."

Ah iya, dimana kakak laki-laki (Namakamu)? Seperti tidak ada disini.

Iqbaal? Laki-laki itu sudah sejak dari (Namakamu) dipindahkan ke ruang rawat inap, Iqbaal setia menemani adik perempuan satu-satunya itu.

(Namakamu). Gadis cantik itu masih terbaring lemah didalam ruangannya. Sejam yang lalu ia baru dipindahkan dari ruang ICU ke ruang rawat inap. Keadaannya masih kritis, gadis itu masih belum tersadar. Dengan banyaknya alat medis yang tertempel pada tubuhnya dan juga alat penyangga leher yang masih terpasang di leher (Namakamu).

Semua keluarga masih setia menunggu dan berdoa agar (Namakamu) lekas sembuh.

"Bunda yang sabar ya. (Namakamu) pasti sembuh, adek anak kuat." Kata Bu Mamut menenangkan Bunda.

Bunda tersenyum simpul, "Makasih ya kak udah bantu banyak."

"Bunda.. aku udah anggap mereka seperti anak aku sendiri. Ody, (Namakamu) juga Ibay, udah seperti anak aku sendiri, Bunda."

Bu Mamut memeluk Bunda Rike, "Makasih kak.." kata Bunda.

Ketahuilah, Bunda Rike begitu kuat. Bunda berusaha untuk tetap tegar ketika mengetahui anak bungsunya terbaring lemah disana. Ia disana. Didalam ruangan yang penuh alat medis.

"Bunda.." kata Teh Ody bangkit dari duduknya.

Bunda menoleh, "Iya teh?"

"Ale belum makan dari tadi, Kak Omen yang bilang. Besok juga harus take, Bund."

Bunda mengangguk, "Ale dimana teh sekarang?"

"Didalam nemenin adek, nangis terus Bund dia. Kasian Ody jadinya."

Bang Iqbaal | Siblings Goals [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang