Vol. 5 THE LAST DISASTER (Part 2)

123 28 29
                                    

Kira-kira hari ini adalah besoknya kemarin, aku baru terjaga setelah lebih dari dua belas jam berada di tenda darurat dan menerima perawatan. Kali pertama usai tak sadarkan diri, para medis mengguyur tubuhku dengan air: entah air apa. Mereka kemudian menarik paksa kancing-kancing baju hingga beberapa kaitan lepas, lalu menyingkirkannya buru-buru dari tubuhku. Selama itu, Kim Jae Ha dan Yook Sungjae bergantian menungguku sadar.

"Sunbae? Sunbae, gwaenchana?" tanya Yook. Yang kulihat hanya langit-langit tenda darurat. Aku baru mendengar suara Yook Sungjae saja, tapi mataku berat untuk melirik ke samping kanan atau kiri. Terhalang alat bantu pernapasan, akhirnya aku hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan hoobae-ku itu.

Beberapa saat setelahnya, Jae Ha mengatakan padau bahwa rata-rata keluarga pekerja seperti Seo Eunkwang sudah dievakuasi sejak malam. Kemungkinan selamat cukup tinggi. Ia juga mengatakan bahwa aku bisa menghubungi mereka jika mau, hanya saja perlu beberapa waktu untuk bersabar karena sinyal belum pulih sepenuhnya.

"Tapi maaf, Changsub-ah, ayahmu tidak selamat. Ia menjadi korban ketika orang-orang sibuk berlarian menyelamatkan diri. Ya, banyak orang mengalaminya dan..."

Aku menyela penjelasannya. Aku-ingin-menyela.

Kulepaskan alat bantu pernapasan itu pelan dan kujawab: iya, aku tak apa dan sudah memperkirakannya. Yook Sungjae yang mendengar kalimat itu terhenyak. Barangkali ia tak menyangka reaksiku seperti itu. Kebanyakan manusia yang mengalami kehilangan pasti setidaknya merasa sedih atau yah menangis satu dua titik air mata. Tapi aku tidak. Aku tidak sedih, tidak menangis, bahkan tidak terkejut. Ayah tak pernah menerima tangisan dan tak perlu ditangisi. Ia bilang, semua hal yang terjadi adalah kehendak Yang Maha Kuasa, jadi tak perlu dipertanyakan, atau bahkan disesali. Berbeda dengan kehilangan Seo Eunkwang. Kehilangan manusia satu itu membuatku merasa begitu bersalah. Entahlah, perasaan ini bias.

"Subie-ah..." Kim Jae Ha melakukan hal yang sama. Bedanya, wajahnya terlihat begitu khawatir. Selain Eunkwang-Hyung, Jae Ha adalah teman bermain di masa kecil yang menyenangkan. Kami sering bermain tebak-tebakan tentang hal-hal yang ada di dalam tabung PLTN yang seperti raksasa. Kala itu, Jae Ha mengatakan bahwa tabung itu berisi nasi. Karenanya, banyak orang akan diuntungkan dengan keberadaan mereka. Sementara itu, Eunkwang-Hyung terus mengatakan bahwa tabung itu seperti sebuah kotak Pandora. Dulu, aku sama sekali tak memahami maksud dari kotak Pandora yang selalu dibicarakannya: yang seperti dongeng, namun tampaknya pada kesempatan ini aku mengerti betul maksud perkataannya.

"Kau sudah mendapatkan perawatan, Jae Ha?" tanyaku. Sejak kami bertemu, aku sama sekali belum melihatnya diobati. Ia punya ruam merah yang sama dengan milikku dan Yook.

"A, ah, aku hanya minum analgesik. Masih banyak orang yang membutuhkan perawatan lebih serius dibanding diriku. Lagipula, setelah ini seluruh pasien akan dievakuasi ke kota lain yang cukup jauh dari jangkauan radiasi. Katanya, mau diperiksa ulang. Aku tidak tahu apakah kau sudah mendengar ceritanya atau belum, yang pasti..."

"Soal Eunkwang-Hyung?"

"Ya. Dia salah satu orang yang berjasa dalam peledakan tabung raksasa itu guna menutupi kebocoran cairan kimia yang akan berdampak mengerikan. Dia berhasil. Dia benar-benar berhasil..." sambut Jae Ha.

"Laki-laki bodoh. Harusnya dia pamit dulu padaku. Menelepon beberapa menit atau..."

"Ya, babo-ya! Dia bahkan hanya menitipkan pesan pada istri dan anaknya. Eunkwangi, dia laki-laki keren. Aku menyesal tak pernah sepintar dirinya, ish." Jae Ha hendak menempeleng kepalaku tapi tak jadi. Ia melihatku terbatuk tak henti, lalu menepuk-nepuk punggungku.

Kami memang tak sedang berada dalam situasi dan kondisi yang sebercanda itu, namun setidaknya aku ingin satu dua kali tertawa karena sebuah kelakar sebelum entah kapan tiba-tiba mati. Setelah ini, pesawat yang mengangkut pasien-pasien katanya akan datang. Ya, mau seberapa pun keras diriku menolak ikut, nyatanya pemerintah sudah memfasilitasi semua korban untuk masing-masing mendapat perawatan yang memadai.

[2019] 'THE LAST' SERIES 🔜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang