Kamu berhenti setelah berjalan kira-kira lima ratus meter jauhnya dari rumah Ae Shin. Ada yang tertinggal. Ponselmu. Buru-buru, kamu membalik badan dan berjalan kembali menuju rumah Ae Shin. Kamu bukan orang yang tak bisa hidup tanpa ponsel, hanya saja beberapa hari terakhir panggilan-panggilan yang masuk ke sana sangat penting. Panggilan itu membutuhkan kehadiranmu sesegera mungkin-panggilan dari panti asuhan.
Ya, kamu masih sering berkunjung ke panti asuhan tempatmu tinggal dulu-sebelum ibu dan ayah membawamu ke rumah yang sekarang. Kamu sama sekali tak pernah membandingkan kedua "rumah" yang menjadi saksi kesedihan dan kebahagiaanmu sepanjang waktu. Bagimu, kamu hanya perlu bertahan dari hari ke hari dengan beberapa harapan sederhana seperti memiliki kekasih yang selalu menjadi pendengar kisah-kisah monokrom itu. Kamu tak sedikitpun menyesal bertemu dengan ayah dan ibu yang baru meski pada akhirnya hidup jauh lebih sulit dibanding waktu kamu masih berada di panti asuhan.
Ayahmu sering murka karena kamu kadang lebih memilih mendatangi orang-orang di panti asuhan atau kekasihmu daripada pulang ke rumah dan bertemu dengannya. Seharusnya itu hal wajar, lebih-lebih ketika ia memperlakukanmu dengan buruk. Namun, kamu membiarkannya berucap sesuai kehendaknya. Pikirmu, tidak ada manusia yang mengetahui isi hati orang lain sebaik dirinya sendiri.
Tak lama, kamu pun sampai di pekarangan rumah Ae Shin yang basah hujan. Kamu melirik ke arah jendela dan melihat beberapa tirai tersibak berantakan. Tanpa memikirkan apa-apa, kamu berusaha masuk setelah berhasil membuka password kunci. Sayangnya, kamu membaui aroma kebocoran gas sejak melangkahkan kaki ke dalam: juga jejak sepatu dan bercak lumpur yang kamu lihat mengotori lantai.
"Ae Shin-ah! Ae Sh..." Kamu melupakan sejenak persoalan tentang ponsel yang tertinggal dan bergegas menuju kamar kekasihmu, tapi ketika belum juga benar-benar membuka knop pintunya, degup jantungmu tiba-tiba terhenti dan kamu kesulitan bernapas.
Seluruh tubuhmu bereaksi makin dingin dan kepalamu serasa hendak pecah. Tanganmu berkali-kali berusaha mendorong pintu meski tubuh itu sudah tak berdaya di permukaan lantai yang dingin. Kamu menggumam nama Ae Shin entah berapa kali walau rahangmu membeku dan gigimu beberapa kali mengertak-ngertak ngilu karena kesulitan bernapas. Namun, ketika pintu itu benar-benar berhasil terdorong, kamu justru melihat Ae Shin duduk di menghadap meja membelakangi pintu-dengan lagu "Beautiful Pain" yang menggema di seantero kamar, di sela gaung hujan. Sedikitpun Ae Shin tak menoleh. Tak sedikitpun ia menyadari... bahwa kamu tengah meregang nyawa. Lalu aroma gas itu... juga ganjil.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.(Ditulis versi sedikit berbeda. Selengkapnya dalam Kumpulan Cerpen "Penghuni Kastel dan Para Tamu")
Note:
Uwuwuwu, pagi pagi bener share part 2. Demi apa wkwkwk uhhh
The Last Encounter kkeut. Semoga berkenan di hati pembaca 🤭🤭🤭🤪
See you again di volume selanjutnya. Saranghae!
KAMU SEDANG MEMBACA
[2019] 'THE LAST' SERIES 🔜
Fanfikce(Sebagian Part Sudah Dihapus Untuk Kepentingan Penerbitan) Vol. 15 The Last Christmas Greeting berkisah tentang Shin, seorang pemuda yang tidak mempercayai keberadaan Sinterklas. Ia memiliki pengalaman misterius sejak umur 10 tahun. Pengalaman itu t...