Vol. 4 THE LAST CALL (Part 2)

178 26 88
                                    

"Kenapa kau selalu membawa tiga tangkai? Ini sudah empat tahun kita menikah dan aku tidak tahu apa pun tentang itu? Adakah sesuatu yang menarik yang aku tidak tahu?" tanyaku. Aku bukannya tak mau tahu, tapi diriku ingin mendengar cerita menarik itu dari Minhyuk suatu hari nanti. Aku lebih suka mendapat kejutan daripada mencari tahu dan terkejut. Tampaknya memang hari ini ia ingin memberiku kejutan.

"Sepasang itu kita. Tapi tiga adalah keluarga kecil yang manis hehehe..." Aku mendengarnya tertawa, tapi bukan seperti tawa orang tertawa.

"Apa maksudmu?" Aku menggodanya. Aku memahami maksud Minhyuk: sedikit. Tapi diriku yang lain ingin memperjelas maksudnya.

"Tiap kali aku membawa pulang tiga tangkai mawar putih itu, terselip doa di sana: agar tak hanya kita yang menghuni rumah baru. Aku bertaruh, kau pasti tahu maksudku tapi pura-pura tidak tahu dan bertanya... dasar..." Ia terkekeh sekali lagi. Kenapa tiba-tiba ia jadi sering tertawa di sela percakapan kami, sih?

"Ummm, ya, aku tahu. Memang sengaja bertanya hhehehe...tapi sekarang doa-doamu sudah terwujud, Oppa. rencananya minggu depan kau pulang membawa berapa tangkai mawar, hm??" Aku tersenyum membayangkan kepulangan Minhyuk. Kutatap tiga tangkai mawar putih yang berada di dalam pot kecil di samping meja rias, mereka cantik.

"Rahasia..."

"Wae? Sekarang mau main rahasia?"

"Katanya kau suka kejutan... hehehe..." Aku mendengar suara-suara di belakang Minhyuk yang makin berisik. Tampaknya itu bukan suara berisik biasa. Itu sebuah kekacauan. Tapi suara suamiku tenang-tenang saja.

"Ah, Tae Ri-ah, kau sudah makan?" tanya Minhyuk.

"Eoh? Sudah tadi. Oppa, di belakangmu itu..."

"Kau ingin aku membawakanmu apa selain bunga mawar? Cokelat? Atau yang lain? Ah, biasanya rekan-rekanku yang mau punya bayi membeli sepatu. Haruskah aku membelikannya juga? Atau mungkin topi? Bagaimana?" tanyanya.

.
.
.
.

.
(Ditulis versi sedikit berbeda. Selengkapnya dalam Kumpulan Cerpen "Penghuni Kastel dan Para Tamu")










Inspirate by Seno Gumira's poem:

SEPUCUK SURAT YANG DATANG MALAM HARI


Note:
Thanks sudah mampir ke work The Last Series. Genre apa yang selanjutnya diangkat untuk vol. 5 gaes? Ada rikues? 😉😉😉
Selamat malming, Yeorobun..

[2019] 'THE LAST' SERIES 🔜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang