Bagian 2

4.8K 511 10
                                    

Silahkan vote dan komen ya. Atau follow akun aku biar nggak ketinggalan info soal FF ini 😊

Selamat membaca...

.

Jika bisa Heejin sungguh ingin menenggelamkan dirinya ke dasar Atlantik saat ini.

Mengingat sikap tak wajar yang ia perbuat di hadapan Jeon Jungkook semalam benar-benar sanggup membuat tidurnya tak lelap hingga pagi. Isi kepalanya seperti diacak-acak, rasa malu dan kesalnya kini menjadi satu paket sarapan pagi yang memuakkan.

"Tapi serius Heejin, yang kau lakukan semalam itu keren sekali." Untuk yang kesekian kalinya Jena memuji Heejin untuk hal konyol yang ia lakukan di hadapan empat lelaki itu.

"Apa sih? Sudah kubilang aku cuma malu saat itu." Lagi-lagi gadis itu berkilah dengan jawaban yang lebih tak masuk akal.

"Katanya idol seperti mereka bukan seleramu. Tapi pas ketemu salting juga kan?" Hani yang sibuk memoles maskara di bulu mata lentiknya melirik Heejin dengan wajahnya yang mengejek.

Heejin menghela napas sebelum beranjak keluar dari kamar mereka. "Ya ya ya terserah kalian. Lain kali jangan ajak aku lagi menonton konser seperti itu. Pergi saja sendiri!"

"Tenang saja sayang. Nanti kau langsung kuajak ke acara pernikahanku dengan Jimin!" seru Jena yang disambut pukulan bantal Hani.

Sebuah hal yang sulit dipahami Heejin, kedua gadis itu sama-sama mengidolakan kakak Jungkook dan Taehyung yang sipit dengan tinggi badan minimalis itu. Maksud Heejin kenapa tidak Taehyung yang mukanya seperti ukiran patung Yunani saja, atau Namjoon yang tubuh tingginya sudah bolak balik menghiasi sampul Vogue.

Jungkook juga tampan--sangat tampan malahan. Sayangnya, Heejin terlalu gengsi dan sama sekali tak berminat memasukkan dia dalam list idol populer versinya.

Heejin hanya melambai dengan wajah kesal kemudian menutup pintu. Dua gadis itu benar-benar membuat sakit kepalanya kambuh.

Heejin menguap lebar. Berhubung pagi baru saja dimulai, maka yang ia lakukan setelahnya adalah kembali menuju kamarnya yang berjarak dua kamar dari kamar Hani dan Jena. Kampus Heejin memang memiliki fasilitas asrama untuk mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari luar kota dengan persyaratan melakukan sedikit penambahan uang semester, kecuali untuk penerima beasiswa sepertinya.

Ah bicara tentang dirinya sendiri.

Ia adalah Heejin Aurend. Marga Aurend berasal dari ayahnya yang berdarah asli Rusia. Meski begitu, wajah dan perawakannya nyaris 80 persen mengikuti rupa Korea milik sang ibu. Beberapa orang terdekatnya sering menyebut bahwa ia hanya mewarisi mata indah milik Ayah.

Keluarganya dulunya adalah keluarga yang bisa dibilang sangat berada. Meski mereka bukan chaebol, namun ayah Heejin adalah pemilik perusahaan tekstil yang memiliki saham di beberapa perusahaan asing Korea. Sehingga singkatnya keluarga Heejin berada di garis ekonomi yang baik pada saat itu.

Sayangnya kehidupan yang bahagia itu tak berlangsung lama. Saat usia Heejin menginjak 12 tahun, ayahnya meninggal karena kecelakaan dan kenyataan mengenai hutang-hutang perusahaan mulai mencuat. Sehingga mau tak mau ia dan ibunya harus mengalami perputaran nasib yang luar biasa menyedihkan. Namun Heejin memilih berdamai dengan kenyataan dan mengambil jalan untuk memulai ulang segalanya dengan apa yang tersisa di kota kelahiran ibunya, Busan.

Sehingga mengingat kenyataan hidupnya saat ini, membuat ia setidaknya bersyukur atas kerja keras yang telah ia lakukan selama enam tahun terakhir di Busan. Kota itu adalah saksi bisu bagaimana ia memulai kembali impiannya setelah dihancurkan oleh peliknya masa kecil.

EX!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang