Bagian 5

3.2K 360 21
                                    

Silahkan vote dan komen ya. Atau follow akun aku biar nggak ketinggalan info soal FF ini 😊

Selamat membaca...

.

"Jadi apa kau akan pindah kampus jika keadaanmu seperti itu?"

Jena, gadis yang baru saja hendak melahap roti coklatnya itu mengerutkan kening. Bibir tipisnya setengah terbuka dengan gerakan tangan memegang roti yang tertahan. Makanan itu urung masuk ke dalam mulutnya akibat ulah Heejin yang pagi ini masuk ke dalam kamarnya.

Gadis Busan itu seperti seseorang yang baru saja jatuh di kamar mandi, kepalanya terbentur dinding, lalu mendadak terkena serangan amnesia.

"Kau mau pindah kampus?" ulang Jena sekali lagi. Berusaha memahami seluruh inti cerita Heejin dari A sampai Z.

Yang ditanya justru menghela napas gusar. "Bukan bukan. Bukan aku yang mau pindah kampus. Aku ini menceritakan kisah temanku. Aku tanya bagaimana jika kau mengalami hal seperti itu?"

Jena memijat kepalanya, berharap IQ-nya bisa sedikit meningkat detik ini. Demi Tuhan belum genap setengah jam dirinya ini membuka mata. Bagaimana bisa Heejin Aurend ini begitu tega menyiksa otak temannya sendiri dengan curhatan tidak bermutu?

Akhirnya Jena berucap, masih berupaya mencari pemahaman dengan sabar, "Jadi kau tidak mau kuliah disini karena ternyata mantanmu berkuliah di kampus yang sama denganmu?"

"Bukan aku!" Heejin berseru tak sabaran. "Kubilang tadi, ini adalah kisah temanku dan bagaimana jika kau yang mengalaminya?!"

"Oh ya Tuhan." Jena berhenti. Ia beranjak dari kasur dan meneguk air mineralnya di atas meja belajarnya. Sedikit lagi sepertinya ia akan benar-benar memukul kepala Heejin. Gadis itu mengesalkan, serius.

Heejin kini seperti siaran TV rusak yang menjengkelkan.

"Memang apa salahnya mantan sih?" Jena berkacak pinggang ke arah Heejin kemudian berceramah dengan kesal, "Entah itu temanmu atau kau, tetap saja tak perlu seperti itu. Toh, temanmu itu sudah tak punya urusan lagi dengannya bukan. Jadi kenapa harus seribet itu? Mantannya itu juga bahkan mungkin sudah tak peduli lagi akan keberadaanya."

"Tapi mantanku itu menghubungiku semalam!"

"Heh?!"

Jena melongo sempurna dalam posisi diam, kedua alisnya naik namun dengan cepat kembali ke posisi semula. Jelas saja ia sangat terkejut. Barusan ia tidak salah dengar kan?

"Tunggu dulu." Dia perlahan menghampiri Heejin yang duduk di atas tempat tidurnya kemudian dengan keheranan menyentuh kening gadis itu. "Kau sehat?"

Heejin mengerucutkan bibir. "Sudah kubilang itu kisah temanku, Jena."

"Tidak," sahut Jena yakin. "Kau berbohong. Tadi jelas-jelas kau bilang 'man-tan-ku."

Heejin menghela napas. Bahunya turun dengan lemas kemudian tertunduk lesu. "Tidak. Maksudku--"

"Tidak tidak! Kau berbohong padaku," tegas Jena. Gadis itu kemudian dengan segera mengambil posisi duduk di atas kursi belajarnya dengan raut menyelidik. Setengah tahun mengenal Heejin sudah cukup membuatnya paham akan perangainya. Bahkan dari cara Heejin membalas pesannya di chat saja, Jena sudah bisa tahu suasana hati gadis itu.

Sembari bersedekap, Jena menatap serius kawannya itu.

"Jadi katakan padaku siapa mantan kekasihmu itu, Nona Aurend?"

EX!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang