Silahkan vote dan komen ya. Atau follow akun aku biar nggak ketinggalan info soal FF ini 😊
Selamat membaca...
.
Musim panas, tahun terakhir Jungkook di SMA.
.
"Hei ada apa?"
Jungkook baru saja selesai berlatih basket saat mendapati Heejin tengah terisak dengan kepala tertunduk rapat di atas mejanya. Gadis itu tampak seorang diri di kelas bersama tumpukan kertas-kertas yang berserakan di atas meja.
"Oppa pulang saja. Aku mau sendiri." Heejin menyahut di sela tangisnya. Gadis itu agaknya enggan mengangkat wajahnya untuk menatap kekasihnya. Lagipula ia tahu Jungkook bukan jenis lelaki yang akan panik bila dirinya menangis. Jungkook bukan tipikal lelaki yang berlebihan dalam memperhatikan pasangannya. Tak pelak, Heejin kadang menganggap Jungkook tak benar-benar menyukainya. Mungkin saja saat memintanya menjadi pacar, Jungkook sedang kesepian.
"Apa ada yang mengganggumu lagi?" tanya Jungkook setelah ia meraih sebuah kertas di atas meja Heejin. "Kau menangis karena ini?"
Dengan sedikit terkejut Heejin mengangkat wajahnya, menarik kertas di tangan Jungkook dan secepat kilat meremas kertas-kertas di atas mejanya. "Sudah kubilang Oppa pulang saja," sentaknya.
"Kenapa kau selalu seperti ini?" Tiba-tiba saja Jungkook menatap dingin gadis di hadapannya. "Tidak bisakah kau melawan mereka? Kenapa kau selalu pasrah dengan perlakuan mereka?"
Heejin mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ditatapnya kertas-kertas di hadapannya, kertas-kertas berisi hujatan dari senior-senior kelas dua belas yang siang ini menghujani lokernya.
"Oppa tidak tahu rasanya diperlakukan seperti ini." Dengan air mata tertahan ia menatap Jungkook, bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan kekasihnya yang kini hanya menatapnya dingin.
""Oppa tidak tahu rasanya dipandang rendah oleh orang lain karena semua orang selalu memujimu. Oppa juga tidak tahu bagaimana perasaanku ketika semua orang mengatakan tak seharusnya aku menjadi kekasihmu. Oppa tidak tahu bagaimana rasanya menerima semua celaan ini. Oppa kau--"
"CUKUP JI!"
Tubuh Heejin seketika bergetar akibat teriakan marah Jungkook dan gebrakan tangan lelaki itu di atas mejanya. Air matanya luruh tak tertahan mengingat kekasihnya tak pernah menunjukkan kemarahannya di hadapannya.
Jungkook menarik napas, menyadari hal tolol yang baru saja dilakukannya.
Begitu banyak masalah yang akhir-akhir ini dihadapinya, membuat emosinya sangat mudah tersulut oleh hal kecil.
Untuk beberapa saat dia benar-benar merasa sangat bodoh.
"Heejin... maaf," sesalnya.
"Pergi." Heejin melangkah mundur diiringi isakannya. "Pergi dari sini Jeon Jungkook!"
Jungkook bangkit dengan segera dan meraih pergelangan gadis itu. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud memarahimu."
Heejin meronta kala lelaki itu berusaha meraih tubuhnya. Rasanya ia ingin berlari, namun tenaga Jungkook jauh lebih kuat.
"Oppa hentikan." Heejin kian tersedu kala punggungnya telah mencapai dinding kelas. Dadanya semakin memanas, kesedihan dan rasa takutnya tak terbendung lagi saat Jungkook benar-benar mengunci tubuhnya di dinding. Lelaki itu lantas menunduk dengan kedua netra yang berkaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX!
Teen FictionSelama tiga tahun terakhir Heejin Aurend berusaha keras menghapus jejak seorang Jeon Jungkook dari garis hidupnya. Mantan kekasih yang kini menjadi superstar dunia itu pernah menorehkan sayatan luka yang teramat dalam untuknya. Sayangnya beberapa ke...