Silahkan vote dan komen ya. Atau follow akun aku biar nggak ketinggalan info soal FF ini 😊
Selamat membaca...
.
Untungnya nenek Jungkook tak benar-benar serius dengan perkataannya. Atau aku bisa gila kalau itu terjadi.
Malamnya aku menempati kamar tamu di lantai dua yang telah disiapkan oleh Pak Song. Sebuah kamar yang sungguh terlalu mewah untuk tamu biasa sepertiku--ini bahkan lebih mewah dari hotel yang pernah kukunjungi. Seorang pelayan wanita diminta khusus oleh nenek Jungkook untuk melayaniku dan itu membuatku merasa canggung karena seumur hidupku aku tidak pernah diperlakukan super khusus seperti ini.
Aku menatap jam berwarna keemasan di dinding sembari mengeringkan rambutku yang masih basah. Sedikit meringis menyadari bahwa sekarang sudah hampir pukul setengah satu dini hari. Menyebalkannya, usai mandi sepertinya aku justru semakin susah terlelap.
Usai memakai piyama tidur aku memutuskan untuk beranjak keluar kamar--berniat mencari udara segar dengan harapan agar kantuk segera datang. Seingatku di dekat ruang makan ada kolam renang sekaligus taman kecil, sepertinya tak masalah jika menghabiskan sisa malamku disana. Nenek Jungkook kurasa juga sudah terlelap--dan Jungkook, aku bahkan tak yakin jika dia masih ada di rumah ini. Lelaki itu terlihat memiliki sejuta kesibukan dan masalah yang harus diurus tiap harinya.
Sialnya kini aku justru turut terlibat di dalam 'urusan' Jungkook. Demi Tuhan, adakah cara agar aku bisa berlari dari masalah ini?
Dengan hanya mengenakan sandal rumah aku berjalan menyusuri rumah megah ini. Beberapa pelayan yang masih berjaga tersenyum ramah padaku. Satu dua orang sempat menanyakan apakah aku membutuhkan sesuatu. Oh ya ampun, apa begini rasanya menjadi orang kaya seperti di drama-drama?
Setelah melewati hari yang luar biasa berat, rasanya aku bersyukur masih bisa menemukan orang-orang baik di tempat ini.
"KAU PIKIR SIAPA KAU HAH?!"
"APA KAU TIDAK PUNYA OTAK?!"
Suara itu menusuk pendengaranku saat kakiku tiba tak jauh dari kolam renang. Netraku menatap presensi seseorang yang tengah berbicara melalui panggilan selulernya di tepian kolam.
"Oh. Baiklah. Semoga kau tidak lupa dengan siapa kau berurusan, Sajang-nim."
Itu Jungkook--dan kemarahan yang sepertinya tengah menyelimutinya. Lelaki itu tengah berdiri dengan hanya mengenakan celana pendek hitam setengah paha dan tubuh yang tampak basah kuyup--sepertinya dia baru saja berenang beberapa saat yang lalu. Tangan kekarnya tampak berkacak pinggang sementara yang lain sibuk memegang ponsel, punggungnya naik turun dengan cepat usai beberapa kali membentak lawan bicaranya.
Tapi apa yang membuatnya marah?
Apa karena masalah ini?
"Sialan!" Lelaki itu melempar ponselnya ke dalam air dengan luar biasa murka--membuatku seketika mendekap mulut rapat-rapat.
PRAK!
"SUNBAE!"
Sialnya aku terkejut bukan main saat lelaki itu meninju meja kecil berbahan kaca di tepi kolam--sontak membuat satu teriakan melengking lolos dari mulutku.
Bagus, kau baru saja menarik perhatian singa yang tengah mengamuk.
Aku menatap takut pada permukaan meja kaca yang retak, sebelum menatap ke arah Jungkook yang kini tengah menatapku dengan terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX!
Teen FictionSelama tiga tahun terakhir Heejin Aurend berusaha keras menghapus jejak seorang Jeon Jungkook dari garis hidupnya. Mantan kekasih yang kini menjadi superstar dunia itu pernah menorehkan sayatan luka yang teramat dalam untuknya. Sayangnya beberapa ke...