Silahkan vote dan komen ya. Atau follow akun aku biar nggak ketinggalan info soal FF ini 😊
Selamat membaca...
.
Ruangan ini bercat gading dengan perpaduan lukisan langit cerah di atapnya. Suasana begitu tenang, hingga kepulan asap tipis dari mesin penghangat ruangan seolah bersuara.
Tak banyak yang Heejin pikirkan sejak ia membuka mata beberapa saat yang lalu. Beberapa hal yang tengah diproses oleh otaknya saat ini ialah tentang keberadaannya di kamar VIP rumah sakit, bersama dua orang suster perempuan yang beberapa menit lalu menenangkannya dari kepanikan dan rasa pening yang luar biasa, serta yang pasti ia tak merasa nyaman di tempat ini.
Mereka mengatakan ia baik-baik saja, tak ada yang perlu dirisaukan. Tapi ia tetap gelisah. Ia membayangkan siapa yang memasukkannya ke tempat ini, siapa pula yang akan membayar tagihan rumah sakit.
Selain itu Heejin benci rumah sakit. Tempat seperti ini selalu mengingatkan dirinya pada saat terakhir ia menatap ayahnya untuk selama-lamanya.
Hal itu sangat menyakitkan untuknya.
"Nona, ayo sarapan dulu."
Heejin menatap seorang suster yang tengah memasang sebuah meja kecil dan menyajikan makanan di hadapannya. Gadis itu menyentuh ulu hatinya yang terasa nyeri. Kemudian ia mengusap bibirnya yang terasa pahit, diperparah dengan makanan di hadapannya yang membuatnya ingin muntah.
"Aku tidak ingin makan," tolak Heejin. Ia menggeleng sembari menahan mual.
"Tapi Nona harus makan. Setidaknya sedikit saja agar tidak lemas."
Heejin kembali menggeleng. "Tidak. Tolong jangan paksa aku." Selanjutnya ia menghela napas dengan lemas. " Kalau perlu keluarkan saja aku dari sini."
Kedua suster di hadapannya saling berpandangan seketika. Seolah tengah bertukar pikiran melalui telepati. Mereka pasti berpikir Heejin adalah pasien yang menyebalkan, manusia seperti itu tak seharusnya mendapatkan perawatan kelas utama.
Heejin meringis perlahan berusaha menahan segala macam rasa sakit dan kesal yang bercampur.
Hingga tiba-tiba pintu ruang perawatannya terbuka.
Seorang lelaki tampak masuk ke ruangan, seketika kedua suster membungkuk hormat padanya.
Sementara Heejin, dirinya seketika harus berusaha menahan sakit dan terkejut secara bersamaan. Mendadak jantungnya memompa darah secepat mungkin, hingga membuatnya sesak napas.
"Selamat pagi Tuan."
"Selamat pagi." Lelaki itu tersenyum ramah. "Kalian bisa beristirahat. Biar aku saja yang menemaninya."
"Tapi Tuan--"
"Tidak apa. Jika tidak maka ia tidak akan menyentuh makanan itu hingga kiamat, percayalah," gurau lelaki itu seraya berjalan menghampiri tempat tidur.
Beberapa saat Heejin merasa waktu seperti berhenti berjalan.
Kemudian tiba-tiba ia sangat ingin melompat keluar jendela detik itu juga. Situasi apa yang tengah dialami sebenarnya oleh dirinya ini. Apa nasibnya sudah benar-benar begitu sial hingga kejadian-kejadian tak menyenangkan terus saja mendatangi hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX!
Teen FictionSelama tiga tahun terakhir Heejin Aurend berusaha keras menghapus jejak seorang Jeon Jungkook dari garis hidupnya. Mantan kekasih yang kini menjadi superstar dunia itu pernah menorehkan sayatan luka yang teramat dalam untuknya. Sayangnya beberapa ke...