Bagian 10

2.7K 285 9
                                    

Silahkan vote dan komen ya. Atau follow akun aku biar nggak ketinggalan info soal FF ini 😊

Selamat membaca...

.

Jungkook ingat persis bagaimana hubungannya dengan Namjoon yang begitu hangat dan menyenangkan sebelumnya. Empat tahun lalu mereka masih bisa bermain badminton bersama, menyusun rencana jahil untuk menggagalkan setiap kencan Jimin dan Taehyung, atau sekedar menonton pertandingan bola tiap kali ada kesempatan.

Dulu Jungkook sangat mengagumi setiap pencapaian dan semua perangai kakak sulungnya itu. Meski saat itu ibu mereka telah tiada namun Namjoon mampu menjaga mereka dengan baik, menggantikan sedikit peran ibu yang tak banyak diberikan oleh ayah mereka yang lebih banyak menghabiskan waktu di Seoul untuk mengurus seluruh perusahaan dan agensi barunya.

Walau saat itu mereka dipisahkan oleh jarak antara Seoul dan Busan dimana pertemuan mereka hanya dapat dilakukan tiap akhir minggu, namun keluarga mereka baik-baik saja. Tak pernah ada masalah pelik yang harus mereka hadapi.

Hingga semua kebahagiaan itu lenyap layaknya ukiran di pasir pantai yang tersapu ombak.

Jungkook tak ingin berlebihan. Sayangnya kini segalanya sungguh telah berubah. Perasaan bahagia yang dirasakannya kala Namjoon membawa ia ke Seoul saat itu, kini telah berbanding terbalik.

Sejak ayahnya meninggal dan mutlak seluruh aset perusahaan keluarga mereka dilimpahkan pada Namjoon, disitulah segalanya berubah.

Kehangatan persaudaraan mereka nyaris hanya terlihat saat mereka tengah berada di depan kamera. Di belakang layar Namjoon hanya akan sibuk dengan laptop dan ponselnya. Fokus kakak tertuanya kini adalah memantau bagaimana agar saham perusahaan mereka tak merosot, bagaimana agar seluruh pengerjaan album mereka berjalan lancar, serta bagaimana menjaga kepercayaan seluruh relasi kerja dan fans mereka.

Namjoon seolah nyaris tak pernah bernapas. Meski seluruh anak perusahaan telah dipimpin oleh orang-orang kepercayaannya namun tetap saja, hidup sang kakak terlihat tak pernah tenang.

Jeon Namjoon seolah terkekang dengan keyakinan dan tekadnya yang terlalu kuat.

Bahkan ia tetap berkata iya saat tiga tahun lalu seorang produser mengatakan padanya bahwa tidak mungkin membentuk boy group beranggotakan saudara-saudaranya. Ia mematahkan segala argumen bahwa mustahil membentuk karakter idol pada diri empat pria dari kalangan chaebol yang tak pernah melalui masa training.

Dan tekad sang kakak benar-benar terwujud. Tiga tahun lebih nyaris berlalu dan kini penggemar J'S Brother nyaris ada di seluruh penjuru dunia. Jeon Namjoon benar-benar mewujudkan mimpinya untuk menyalurkan musiknya tanpa meninggalkan kewajibannya pada perusahaan orang tua mereka. Segalanya sempurna, berjalan sesuai rencana dan perhitungannya.

Meski renggangnya hubungan persaudaraan mereka lantas menjadi resiko yang tak terelakkan.

"Sudah kuduga kau pasti disini."

Jungkook lebih memilih untuk menatap hiruk pikuk jalan raya di bawah sana seraya menenggak isi dari botol cola di tangannya dibanding menyahut ucapan Namjoon yang baru saja tiba di atas rooftop.

Lucu sekali, Namjoon muncul tepat saat kepalanya tengah begitu pening memikirkan kakaknya itu.

Jujur saja ia tak menginginkan pertemuan ini.

Menatap gelagat sang adik, Jeon Namjoon hanya mengulum senyum. Jungkook terlihat sangat tak bersahabat kala memasuki ruang rapat siang ini. Menilik dari tatapan dinginnya jelas cukup menunjukkan ada rasa kesal pada lelaki muda itu. Entah mengapa tatapan itu kemudian menerbitkan secuil penyesalan yang lantas menusuk perasaan Namjoon.

EX!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang