l. broken vow

4.7K 903 339
                                    

Alunan musik khas dari Disney telah terdengar, bersamaan dengan bocah-bocah kecil yang memainkan perannya dengan lucu dan ekspresinya masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alunan musik khas dari Disney telah terdengar, bersamaan dengan bocah-bocah kecil yang memainkan perannya dengan lucu dan ekspresinya masing-masing. Lebih dari sepertiga perjalanan kisah itu masih berlanjut, tentu saja pementasan mereka mendapat perhatian lebih dari para pengunjung karena kemampuan berperan mereka yang dikatakan bagus dan lucu dalam usia dini.

Semua pemain menikmati perannya, termasuk gadis kecil dengan gaun berwarna kuning berkombinasi biru dengan rambut hitamnya yang tergulung rapi, kini ia berdiri di tengah panggung dan berperan sebagai tokoh utama. Tetapi, setiap saat matanya terus saja menelanjangi para pengunjung. Mencari seseorang yang belum juga ditemui kehadirannya.

Bangku di sana tetap kosong, tidak ada pria dengan tatapan hangat yang ia cari.

Membuat lenguhan napas yang panjang terus saja keluar dari rongga pernafasan gadis kecil itu, melihat sang ibu yang kini keluar dari gedung dengan ponsel yang dirapatkan ke telinganya bersamaan dengan luapan emosi dari raut wajahnya, membuat Gyura menahan napasnya di sana.

Ayah tidak datang?

Lebih dari setangah dari pertunjukan itu berlangsung dan kini Gyura melihat sang ibu telah kembali ke kursi penonton, dengan memilin pelan keningnya; merasa pening. Ada air mata yang tertahan di sana, dan Gyura melihat itu.

Ayah benar-benar tidak datang.

Emosi gadis kecil itu kini meluap, menggertakan giginya dengan tatapan kosong. Bahkan pikirannya kini tak lagi ada di panggung, ia membayangkan bagaimana ia akan memukul ayahnya nanti ketika pulang. Membayangkan ia yang tak akan memberikan ayahnya jatah puding di pagi hari ketika sarapan, dan hal lain seperti ia yang takkan berbicara dengan ayahnya.

Hanya itu yang Gyura tahu, untuk membalas rasa kecewanya.

"Aku sudah memakan setengah dari apel ini, Putri Salju. Ini tidak beracun. Jadi, maukah kau memakannya?" tanya gadis cilik yang menjadi lawan peran Gyura sembari menyodorkan apel pada Gyura.

Namun, gadis itu hanya diam cukup lama, tidak memberi tanggapan apapun pada lawan mainnya. Hanya terus menatap apel merah yang ada di hadapannya sehingga membuat penonton bingung dan bertanya-tanya.

"Gyura, cepat ambil ini. Kau tidak melupakan naskahnya, 'kan?" bisik gadis cilik yang memegang buah apel untuk memastikan bahwa temannya tidak melupakan skenario.

Gyura mendengar, dan gelengan kecil menjadi jawaban atas pertanyaan temannya itu. Perlahan mengambil apel dari tangan sang penyihir sesuai dengan naskah. Tetapi, ia tak kunjung menggigit. Gadis kecil itu menatap apel merah ditangannya, dan sesekali menatap pintu masuk ruang teater. Berharap keajaiban membawa ayahnya datang sebelum ia menggigit apel merah ditangannya.

Namun nihil, keajaiban memang hanya ada di kisah dongeng.

Penonton kini mulai bertanya-tanya mengapa sang putri salju tak melanjutkan perannya. Sedikit sorakan penuh penekanan terdengar begitu riuh, membuat Gyura semakin takut untuk melanjutkan pementasan kali ini.

EPOCH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang