[ᶜᵒᵐᵖˡᵉᵗᵉᵈ] [ᴮᵀˢ ᶠᵃⁿᶠᶦᵏˢᶦ]
Ada beberapa potongan waktu yang seolah-olah ditakdirkan untuk beberapa hal, seperti seperempat waktu untuk bahagia, seperempat lainnya untuk menangis, kebohongan, kejujuran.
Taehyung pikir semua akan baik-baik saja ketika...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jam dinding menunjukkan pukul satu malam, Taehyung yang memutuskan pulang dengan Gyura terlambat di jam-jam larut agar memberi sebuah kejutan ulang tahun untuk Aeri malah tak ditemukan siapa pun di rumah.
Kue tart dengan setengah lilinnya yang telah meleleh dan kini memilih Taehyung padamkan apinya karena ia rasakan Aeri tak kunjung pulang, dan jangan lupakan tentang beberapa hiasan dinding ada di sana, ucapan-ucapan selamat ulang tahun dan beberapa harapan yang dibentuk burung dari kertas origami itu bergelantungan di atap.
Semua itu hanya Taehyung dan Gyura yang mempersiapkan.
Setiap sudut ruangan terasa begitu sepi dan dingin, tak ada wanita itu di sana. Taehyung terus berjalan kesana kemari sembari memilin pelipisnya merasa pening yang amat sangat. Berkali-kali ia menelepon Aeri namun tak ada satu panggilan pun yang masuk.
Sampai sebuah notifikasi yang belum terbaca ia buka, baru sempat Taehyung melihatnya karena ponsel yang sengaja ia tinggal dirumah sedari ia pergi.
Itu pesan dari Hera yang mampu membuat Taehyung ingin melempar tubuhnya sendiri ke jurang yang terdalam. Detik itu juga dunianya sudah hancur, Taehyung tau itu.
Aeri menemuiku, Taehyung.
Matanya kini menyalang penuh kemarahan, ponsel yang digenggamnya erat-erat ia lempar ke dinding sampai berserakan. Kemudian Taehyung mencoba memastikan Gyura yang benar-benar tertidur di kamar dan mengunci segala pintu dan jendela rumah karena ia memutuskan mencari Aeri di setiap sudut jalanan.
Taehyung berjalan tergesa menuju teras, menyalakan mesin mobilnya sampai terdengar deru halus. Namun pandangannya beralih ke sebuah mobil yang berhenti tepat di jalanan depan rumahnya. Terlihat seseorang yang mengenakan dress putih keluar dari mobil tersebut, dengan melambaikan tangannya beberapa kali sebagai tanda selamat jalan.
Itu Aeri, bersama sosok pria yang tak Taehyung kenali sebelumnya. Mata kedua lelaki itu bertemu, dengan tatapan satu sama lain yang tak kalah menyalang dari kobaran api. Merasa sama-sema menahan emosi.
Aeri kini berjalan gontai, berusaha meraih knop pintu dan segera masuk. Aeri menyadari presensi Taehyung tentu saja, namun wanita itu berusaha mengabaikan.
"Apa pantas seorang wanita yang sudah menjadi istri seseorang keluar dengan pria lain hingga larut pagi? Nyonya Park?"
Suara berat yang berasal tepat dari belakang tubuh ringkih itu terasa menyambar telinganya. Aeri hanya mematung, sebelum membalikkan badannya untuk berhadapan dengan sosok pria itu.
"Namanya Seokjin, dia kakak Jungkook. Sudah pernah ku ceritakan tentang sahabatku bukan? Kami hanya pergi makan kue dan mengunjungi beberapa festival. Maaf karena tak memberitahumu, karena kau begitu ceroboh meninggalkan ponselmu di nakas, Kim."
Aeri masih terlihat setenang air danau, suaranya tetap lembut dan penuh kesopanan.
"Tetapi kau tau ini jam berapa? Apa kau pikir itu hal yang pantas?"