Sakura di musim semi mulai menampakkan ronanya, bersamaan dengan udara musim semi yang akhir-akhir ini terasa sedikit lembap. Taehyung memperhitungkan tentang bagaimana isi dari setengah kotaknya bisa hilang saat itu, berubah menjadi abu dan melebur bersama udara. Hari-hari yang konyol, dan senyum yang bahkan tidak sama sekali terasa manis. Segala kebohongan dan tindakan-tindakan kelewat gila.
Semuanya selesai, hanya dengan Taehyung yang menyadari bagaimana kebahagiaan itu dengan mudahnya hadir dan dengan mudah pula dapat pergi. Semua seperti proses dari semesta untuk benar-benar mendewasakan pemikiran seseorang, walaupun sedikit terasa kejam.
Tak ada yang dapat menolak segala ajakan-ajakan takdir yang membawamu hanyut, terbang maupun jatuh. Semua yang dijalani selalu ada yang dapat dipelajari. Menyakiti ataupun disakiti, sebenarnya semua hanyalah korban. Korban dari keegoisan takdir yang takkan mungkin berubah. Tidak ada yang namanya paling bahagia atau paling tersakiti. Kata 'paling' hanya sebuah kiasan, karena tidak ada yang benar-benar sempurna. Tidak ada yang tak memiliki cacat, semua memiliki porsinya masing-masing tanpa bisa di bandingkan.
Tak apa, semua sudah berlalu. Badai sudah mereda, dan guyuran air hujan terasa bersahabat. Tidak ada lagi alasan untuk sakit, keluarga mereka hanya mendapat banyak alasan untuk tuk bahagia walaupun dengan hal-hal kecil yang menggelikan seperti Taehyung yang meminum dot susu ketika kedua putri kembarnya tidak mau meminumnya. Katanya, dari kecil mereka harus diajarkan bersyukur dengan tidak sembarangan membuang makanan yang telah dibuat.
"Gyura. Jangan seperti itu pada Seulbi!" ucap Taehyung dengan menenteng kedua tangannya tanda tengah marah, walaupun hanya pura-pura. Usia Gyura kini sudah memasuki delapan tahun, tetapi masih saja menggemaskan bagi Taehyung. Jadi, dia tidak mungkin memarahi anak gadisnya itu ketika di dapati sedang memasukkan tangan sang adik ke mulutnya.
"Apa yang Ayah katakan? Dia Seulmi, bukan Seulbi," ucap Gyura dengan nada sedikit tidak terima. Padahal, di sini Gyura yang posisinya sedang disalahkan.
Taehyung melebarkan matanya, mengusap tengkuknya dan melempar senyum kotak bodohnya, "Ah --- benarkan?"
"Tentu saja dia Seulmi. Coba perhatikan wajah manisnya," pinta Gyura agar Taehyung mendekat pada buntalan kecil di depannya.
Aeri yang sedari tadi menggendong salah seorang bocah kecil di rengkuhannya sembari memberikan suapan-suapan kecil hanya tertawa kecil melihat putri sulung dan sang ayah.
Di sana Taehyung sedikit bingung karena sebenarnya, ia bahkan belum menemukan titik perbedaan Seulmi dan Seulbi secara terang-terangan di usianya yang menginjak genap dua tahun.
"Ah benar, ini Seulmiku," ucapnya dengan percaya diri.
"Ayahku bodoh sekali ckck." Gyura mendesak melihat Taehyung yang tengah melakukan cilukba dan menyerukan nama Seulmi berkali-kali.
"Ya! Ayah mendengarnya, Gyura."
Gadis itu menjadi sedikit pembangkang seperti Taehyung, bahkan Taehyung kadang kewalahan mengurus anak sulungnya satu itu. Namun, Taehyung tetap memperingatkan batasan-batasan pada Gyura dalam hal berbicara, Taehyung tidak mau di anggap gagal menjadi orang tua. Maka dari itu, sekolot apapun Gyura, dia masih bisa Taehyung kendalikan. Karena pada dasarnya, dia memang gadis baik. Bahkan Gyura sangat menyayangi kedua adiknya.
"Itu Seulbi. Lihat saja kalung yang dia pakai, dia Seulbi bukan Seulmi," ucapnya sambil terkekeh kecil karena selalu berhasil mengecohkan sang ayah.
Taehyung bahkan sampai lupa kalau dia telah memberikan kalung pada kedua putrinya karena benar-benar susah membedakan keduanya. Dan benar, dia Seulbi. Dan Taehyung merasa begitu bodoh karena meng-iyakan ucapan Gyura.
"Ya! Kim Gyura! Kau mengajak ribut Ayah ya rupanya?"
Lalu Gyura mencoba lari, namun Taehyung segera menangkap dan menggelitik bocah kecil itu sampai mereka berdua menerbangkan rawa-rawa di ruangan itu. Menciptakan suasana hangat dengan sangat sederhana.
Aeri ikut terkekeh melihatnya, dari dulu memang Taehyung dan Gyura sangat tidak dapat dipisahkan. Mereka seperti mempunyai caranya sendiri untuk menyayangi masing-masing. Apalagi di tambah dengan kehadiran dua sosok malaikat kecil di keluarganya. Sangat sempurna, Taehyung bahkan tak henti-hentinya bersyukur atas semua hal ini.
Hal membahagiakan yang pernah hampir pula menghancurkan kehidupan.
END
Sudah yaa, cerita ini sudah selesai dan terimakasih sudah membaca sampai akhir💜
Barangkali ada yang mau di tanyakan, saran, kritik yang membangun atau apapun silahkan komen saja. Aku bakal dengan senang hati nerimanya🤗
Oh ya!
Aku bawa cerita merriage lain yang benar-benar beda dari Epoch ini😁Penderita orientasi sexual yang tidak standar di mata umum memang menjadi bencana bagi beberapa penderitanya.
Itu sebabnya mereka berdua ada, Kim Taehyung dan Ahn Aeri. Keduanya selalu berdebat tentang siapa yang sebenarnya pesakitan.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH
Fanfic[ᶜᵒᵐᵖˡᵉᵗᵉᵈ] [ᴮᵀˢ ᶠᵃⁿᶠᶦᵏˢᶦ] Ada beberapa potongan waktu yang seolah-olah ditakdirkan untuk beberapa hal, seperti seperempat waktu untuk bahagia, seperempat lainnya untuk menangis, kebohongan, kejujuran. Taehyung pikir semua akan baik-baik saja ketika...