[ᶜᵒᵐᵖˡᵉᵗᵉᵈ] [ᴮᵀˢ ᶠᵃⁿᶠᶦᵏˢᶦ]
Ada beberapa potongan waktu yang seolah-olah ditakdirkan untuk beberapa hal, seperti seperempat waktu untuk bahagia, seperempat lainnya untuk menangis, kebohongan, kejujuran.
Taehyung pikir semua akan baik-baik saja ketika...
YUK SPAM KOMEN, YANG MENANG DAPAT TAEHYUNG. TAPI BOONG😂
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak ada suara lain, selain dentingan piring dan deru mesin penghangat di pagi hari. Hanya ada Taehyung dan Aeri di sana, menyantap sarapan masing-masing dengan seluruh hening yang menyeruak.
Setelah melewati beberapa perdebatan kecil dengan sang putri karena ia yang mengingkari janji. Gadis kecil itu memilih untuk bermalam di rumah nenek dan kakeknya hanya karena tidak ingin melihat wajah sang ayah. Rumah nenek memang tempat pelarian terbaik. Jika dihitung, ini sudah berjalan dua hari. Taehyung yang terus menjemput Gyura dengan segala bujuk rayu, tetapi tetap saja, bagi Gyura marah ya tetap saja marah.
Getaran ponsel Taehyung yang menampilkan sebuah notifikasi panggilan itu membuat mata keduanya yang tengah menyantap sarapan dengan tenang otomatis melirik sebuh nama yang tertera di sana. Tetapi belum sempat Aeri melihat, Taehyung segera menolak panggilan tersebut dan kembali melanjutkan sarapannya dengan tenang.
Iya tenang, hanya untuk Taehyung. Tidak untuk wanita yang kini tengah malas mengunyah segala yang ada di mulutnya. Mencoba berpikir bahwa itu adalah panggilan mendadak dari perusahaan yang ia tolak karena Taehyung memang sedang mengambil cuti tiga hari ini—itu tidak masuk akal, sih. Tetapi mau bagaimana lagi.
Sampai satu lagi notifikasi muncul di sana, sebuah pesan. Aeri yakin itu adalah sebuah pesan walaupun ia tak bisa melihat apa yang tertera di sana. Pria itu mencoba membuka sekilas pesan tersebut, dan mengetik sebuah balasan dengan cepat.
"Aeri?" Suara husky itu menyambar telinga Aeri.
"Eoh? Ada apa, Tae?"
Aeri tau hal ini, ia tau kalimat apa yang akan Taehyung keluarkan dari mulutnya setelah ini. Sebuah pesan atau panggilan di hari libur, yang kemudian Taehyung akan pergi entah ke mana setelahnya.
Jangan, jangan pergi kumohon.
"Kau tak apa sendirian? Ada yang harus ku urus, aku akan pulang secepatnya."
Aeri menyerah, memang apa lagi yang bisa ia katakan selain memberi izin? Meminta ikut dengannya? Jangan konyol, hal seperti itu takkan mungkin terjadi.
"Em. Cobalah bujuk Gyura untuk pulang juga, Tae."
Pria itu hanya mengangguk, segera beranjak dari tempat duduknya dan mengecup puncak kepala Aeri. Kali ini sedikit lama, dengan sebuah rangkulan yang terasa begitu hangat melilit di leher Aeri.
"Aku mulai benci dengan kesibukan ini. Aku ... merindukanmu," ucap Taehyung pelan sembari melepas tautan tangannya dan beranjak pegi dengan seulas senyum yang masih melekat pada wajahnya. Taehyung rasa Aerinya masih sama, seorang wanita yang memiliki debaran ketika Taehyung sedikit menggodanya. Itu terlihat sangat manis di mata Taehyung.
***
Mobil berwarna hitam itu berhenti di sebuah rumah bernuansa cream, tidak terlalu besar memang. Tidak, itu lebih mirip hunian di tengah pekarangan bunga karena banyak sekali bunga-bunga yang tumbuh bersamaan, apa lagi di pertengahan musim semi seperti sekarang.