[ᶜᵒᵐᵖˡᵉᵗᵉᵈ] [ᴮᵀˢ ᶠᵃⁿᶠᶦᵏˢᶦ]
Ada beberapa potongan waktu yang seolah-olah ditakdirkan untuk beberapa hal, seperti seperempat waktu untuk bahagia, seperempat lainnya untuk menangis, kebohongan, kejujuran.
Taehyung pikir semua akan baik-baik saja ketika...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Asap menyeruak di balik dinding kamar seorang pria yang rasanya sudah tak lagi memiliki sesuatu yang dapat ia andalkan pada dirinya sendiri. Asap itu terus mengepul, memenuhi ruangan dengan aroma yang tidak menyenangkan, bukan kebakaran yang tengah terjadi di sana. Puntung rokok berserakan di mana-mana, botol soju bahkan tak kalah berserakan dari itu, Taehyung terlihat lebih dari sinting.
Pria itu merasa separuh kewarasannya telah di renggut semesta.
Dengan cahaya redup, matanya memejam, wajahnya ditengadahkan menghadap langit-langit atap kamarnya. Menelusuri setiap inci kesakitan yang bercampur dengan penyesalan. Rasa rindu yang dicampur dengan ke egoisan.
Sudah telanjur hancur, haruskah aku benar-benar membawa Hera kembali bersamaku?Dengan segala perasaan yang telah berubah?
Jiwanya mabuk beserta pikirannya yang diambang batas kewarasan, putus asa adalah definisi yang tepat untuk pria gila itu saat ini.
Di tengah pejaman matanya, tiba-tiba seseorang mendobrak masuk pintu kamar Taehyung, dada bidang dan napasnya yang tak beraturan membuat Taehyung bergidik ngeri. Tetapi Taehyung merasa enggan tahu apa maksud dan tujuan pria bodoh itu kemari, Jeon Seokjin. Karena yang Taehyung tahu, pria itu mencintai istrinya jika dilihat dari matanya ketika ia menemukan Seokjin bersama Aeri di malam ulang tahun wanita itu.
Taehyung hanya menyambutnya dengan smirk dan kembali menengadahkan wajahnya. Persetan dengan pria sialan itu.
"KIM TAEHYUNG, KEPARAT SIALAN!" Seokjin mengumpat dengan intonasi tinggi, meremas kerah baju Taehyung dan menghantamkan beberapa pukulan pada rahang tegas milik Taehyung. Ia tak membalasnya, pria beriris hazel itu hanya menatap tajam Seokjin dan mengelap darah yang terasa sedikit mengalir di ujung bibirnya.
Taehyung menyunggingkan senyum dan tatapannya yang menajam, merotasikan matanya tanpa berkata apapun.
"Kau tidak ingin membalasku, Kim sialan? Huh?" ujar Seokjin kembali mengepalkan tangannya dan melemparkan hantaman tangannya ke wajah Taehyung.
"Kau melakukan ini untuk rasa sakit Aeri bukan? Lakukan semaumu jika itu membuat Aeri puas." Taehyung hanya berbicara santai, berbeda dengan Seokjin yang rasanya suhu tubuhnya menjadi terlalu panas ketika melihat wajah pria di hadapannya.
Seokjin merotasikan bola matanya, tersenyum kecut dan menatap balik mata lawan bicaranya. "Kau pikir pukulan itu mampu menggantikan nyawa Istri dan Anakmu, Kim?" tanyanya dengan nada kelewat rendah tetapi mengikutsertakan sebuah gertakan.
Tatapan mata Taehyung melunak, cahaya yang tadinya berkobar menatap Seokjin kini meredup, mencoba mencerna beberapa kata yang Seokjin lontarkan padanya.
"Gantilah bajumu, aku akan mengantarmu ke rumah sakit sekarang juga. Aroma alkoholmu sangat menyengat."
Tetapi kini Taehyung yang menyekal kerah kemeja milik Seokjin, tangannya bergetar begitu cepat sebelum ia mampu menanyakan suatu hal.