[ᶜᵒᵐᵖˡᵉᵗᵉᵈ] [ᴮᵀˢ ᶠᵃⁿᶠᶦᵏˢᶦ]
Ada beberapa potongan waktu yang seolah-olah ditakdirkan untuk beberapa hal, seperti seperempat waktu untuk bahagia, seperempat lainnya untuk menangis, kebohongan, kejujuran.
Taehyung pikir semua akan baik-baik saja ketika...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sedari matahari belum merangsak naik ke atas, entah apa yang dilakukan Taehyung dan Gyura. Pergi di pagi buta dan menyiapkan makanan untuknya di meja makan. Mereka hanya meninggalkannya satu catatan di meja.
Ibu, Aku dan Ayah akan kembali sore hari. Semoga hari ibu menyenangkan.
Salam sayang, Gyura dan Ayah Tae.
Aeri jelas tau ini tulisan Taehyung, mana mungkin anak berusia belum genap empat tahun mampu menulis ini semua dengan sempurna. Tetapi Aeri sungguh tak tau apa yang membuat mereka pergi pagi-pagi buta seperti itu. Apalagi dengan ponsel Taehyung yang masih tergeletak di nakas meja, tak biasanya pria itu meninggalkan ponselnya begitu saja.
Wanita itu kemudian segera memakan apa yang telah Taehyung siapkan. Kemudian langsung teringat akan janjinya dengan Seokjin siang ini, pasalnya pria itu mengajak Aeri untuk pergi sekadar minum kopi di kedai yang sering ia kunjungi dulu. Bukan hal buruk memang, tetapi mengingat ia belum memberitahu Taehyung tentang hal ini membuatnya ragu untuk pergi bersama pria lain, walaupun itu hanya Seokjin.
Setelah menyelesaikan segala urusan rumahnya, ia bergegas membersihkan diri dan bersiap karena mungkin Seokjin akan kemari lebih cepat.
Perasaannya memang selalu tepat, ia mendapat satu pesan dari Seokjin bahwa ia akan menjemputnya pukul satu siang ini, padahal kemarin ia bilang akan datang pukul tiga.
Setelah benar-benar mempersiapkan diri, Aeri masih agak ragu untuk pergi. Karena ia belum pernah pergi bersama pria lain selain Taehyung, apalagi tanpa izin dari sang suami. Itu seperti melakukan kesalahan besar bagi Aeri.
Lamunannya terus berjalan, memandangi dinding putih di depannya dengan tatapan kosong, sampai suara dering ponsel Taehyung yang sedari tadi di nakas tempat tidur membuat lamunannya buyar seketika. Dilihatnya nama yang tertera di layar, senyum licik di wajah Aeri kini tersemat ketika ia mendapati sebab deringan ponsel Taehyung adalah telepon dari Hera.
Aeri mengangkatnya, namun hanya diam. Mendengarkan suara wanita di seberang sana dengan lembut memanggil nama suaminya.
"Taehyung?"
Aeri tetap diam, menahan segala emosinya untuk tidak menyumpahi siapapun detik ini juga.
"Taehyung, kau di sana bukan? Aku sudah bersiap untuk—"
Aeri kalah, ia mematikan panggilan itu secara sepihak. Menjatuhkan ponsel itu ke lantai dengan air mata yang menggenang dan hanya bisa duduk di ranjang tempat tidur dengan lemas.
"Jika kau ingin pergi dengannya jangan libatkan anakku, Kim. Gyura milikku!"
Gertakan gigi wanita itu sangat terdengar oleh telinganya sendiri, diiringi dengan air matanya yang lolos di saat bersamaan. Tak lagi mampu menahan sesak yang semakin berlipat ganda di setiap harinya.