[ᶜᵒᵐᵖˡᵉᵗᵉᵈ] [ᴮᵀˢ ᶠᵃⁿᶠᶦᵏˢᶦ]
Ada beberapa potongan waktu yang seolah-olah ditakdirkan untuk beberapa hal, seperti seperempat waktu untuk bahagia, seperempat lainnya untuk menangis, kebohongan, kejujuran.
Taehyung pikir semua akan baik-baik saja ketika...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bel rumah yang kian berbunyi membuat Aeri yang sedang duduk di balkon belakang rumahnya bergegas menuju pintu utama. Melihat siapa tamu yang berkunjung sepagi ini ke rumah. Tak mampu Aeri pungkiri memang jika wanita itu mengharapkan yang datang adalah Taehyung.
Setelah ia membuka setengah dari lebar pintu, justru yang ia lihat adalah sosok wanita. Sosok yang menamparnya beberapa pekan lalu, Lee Hera.
Mata mereka bertemu untuk sepersekian sekon. Namun, tanpa basa-basi Aeri bergegas menutup pintu itu kembali walaupun Hera berhasil mencoba mencekalnya, namun gagal. Pintu itu kembali tertutup.
Aeri tidak pergi dari pintu, ia berdiri di belakang pintu itu sambil tertunduk. Bohong jika ia mengatakan baik-baik saja, karena tak ada yang merasa baik ketika merasa cemburu hanya dengan menatap mata seseorang.
Hera mengetuk pintu beberapa kali, memanggil nama Aeri terus-menerus tanpa henti.
"Aku tau kau di sana. Bisakah kita bicara?"
Tidak, tidak bisa!
Aeri menyadari bahwa ketika ia berbicara dengan Hera, itu berarti ia mengorbankan segala hatinya untuk siap hancur berkeping-keping.
"Aeri-ssi? Aku tahu kau masih di sana."
Benar, wanita itu memang masih ada di sana, tepat di balik daun pintu yang menjadi sekat antara keduanya.
"Aku tahu kau bertanya untuk apa aku ke sini bukan? Aeri, demi seluruh kehidupan, aku bersumpah kau tak pantas sedemikian terhadap Taehyung."
Mendengar hal tersebut Aeri hanya terkekeh kecil, merotasikan bola matanya sembari mendongakkan kepala merasa tak habis pikir. Ah, membelakekasihmu, bung?
"Ia hanya berniat menolongku. Katakanlah aku yang bersalah, aku yang egois menginginkan Taehyung bersamaku ketika jelas ia telah mutlak menjadi milikmu. Tetapi Aeri-ssi—tahukah kau seberapa hangat hati Taehyung ketika ia menceritakanmu dan Gyura padaku?"
Ada hening sejenak untuk Hera mengatur napas sebelum.ia melanjutkan, "Bahkan Taehyung menceritakan bagaimana pertama kali Gyura memanggilnya Ayah, kapan langkah pertama Gyura, dan tentang rasa cemburunya padamu karena Gyura lebih senang bersamamu dibandingkan dengan Taehyung."
Hati kedua wanita itu mencelos, Aeri dengan segala ketidak percayaannya. Dan hera dangan segala kecemburuannya. Kedua wanita itu sama-sama menahan diri, mengepalkan tangan mereka untuk perasaan yang berbeda. Namun, mereka sedang sama-sama menerima sebuah fakta.
"Tatapan dan senyumnya begitu hangat. Aku mengenal Taehyung dengan sangat baik. Ketika aku melihat itu, aku menyadari bahwa tak ada sisa ruang untukku sedikitpun di sana. Mungkin kau tak menyadarinya, bahkan Taehyung sendiri. Tapi aku yakin bahwa dia mencintaimu."