Diri yang dahulu selalu kokoh kini pedihnya mulai menampak
Menguraikan semburat gundah yang dianggap abu kala dahulu
Merasakan nanar yang dahulu terasa maya di telinga
Menyesap perih yang dahulu bak angin laluAdakah pemutar waktu?
Sesuatu dalam raga ini terasa berontak
Memukul demi pukul masa yang tersisa
Menjadikannya bak butiran pasir lantas mengusirnya dengan sekali tiupDiri ini meronta
Memohon Sang Kuasa 'tuk mendengar doanya
Jiwa ini hendak merutuki
Ingin memaki bersumpah serapahNamun apa daya
Kalaupun diri ini merajuk, semesta akan berkata lain
Kembalilah melangkah, wahai diri ini
Tetaplah hidup!Leni Septiani
Tegal, 8 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
PuisiKepada yang mencinta dan kepada yang dicinta. Kepada pengagum fajar dan kepada sang pemuja senja. Selamat bernapas.