"B aja."
Ababil Gandra Prasetya
"Lo udah buat game kuis, Ken?""Tunggu semut ngelahirin anak gajah."
"Semutnya affair sampe-sampe punya anak gajah?" tanya Ababil lagi sambil terkekeh. Remaja pria itu kemudian membuka tasnya, mengambil alat perangnya; laptop, mouse dan buku tulis sebagai alas untuk mouse. Tidak lupa kipas kecil portobel jika sewaktu-waktu suhu meningkat. Kan nanti panas.
"Lo mau bikin? Copas nanti ya."
"Enggak boleh samaan, unta!" Ababil menoleh ke arah Keken yang nampak asik dengan ponselnya. Pasti mau ikutan goyang sopi. "Ken, cariin jaket dong. Cari buat lo juga, gue yang bayar nanti. Lo punya kupon free ongkir 'kan?"
"Punya. Tumben lo beli jaket pake uang sendiri. Beliin gue juga lagi."
"Mau spend money gue itu," ujar Ababil sombong membuat Keken berdecih.
"Mau yang mana?" Keken meng-scroll pilihan jaket yang ada di situs belanja online itu dan Ababil pun ikut memperhatikan gerakan jari Keken. Mengomentari ini dan itu, menanyai bahan, bikin panas atau tidak, nyerap keringat, dan masih banyak lain.
"Lo udah kayak emak-emak, deh, Bil."
"Keseringan belanja sama emak gituloh."
Akhirnya pilihan mereka jatuh pada jaket hitam dengan strip putih pada bagian lengannnya. Tidak ada lupa ada kantong dibagian bawah depan. Tentu saja dengan bahan yang bagus dan harga yang murah meriah.
"Masukin kek keranjang, Ken."
"Kenapa gak langsung pesan aja? Lo mau beli apa lagi?"
"Gak ada, biar keliatan kayak holkay masukin-masukin ke keranjang gitu."
Keken tergelak begitu juga dengan Ababil yang ikut tertawa. Sampai-sampai Ababil melupakan kegiatan awalnya yang ingin membuat tugas. Begitu muda tergiur dengan situs belanja online dan Keken.
Dasar Ababil.
Ting!
maaf ya bil
gue lagi ada kerja klompok
lain kali aja ya pulang barengnyaAbabil menghela nafasnya setelah membaca sederet kata yang dikirim oleh Jihan. Gagal sudah niatannya untuk pulang bareng dengan Jihan. Namun, perasaan senang juga melingkupi hatinya saat Jihan mau membalas pesannya setelah sebelumnya pesan wanita itu hanya ia baca.
Iya gak papa han
Take care ya😊"Kenapa lo?" tanya Keken saat melihat raut wajah Ababil. Senang iya, sedih juga iya.
"Jihan gak bisa pulang bareng," ujar Ababil sambil mendesah sedikit kecewa. "Dia mau kerja kelompok, idaman banget," lanjutnya dengan wajah berbinar. Sangat kontras dengan wajahnya yang sebelumnya.
"Dasar bucin!" ejek Keken.
"Udah, ah. Gue mau mulai bikin gamenya." Ababil kembali ke duduk tegap dibangkunya, menghidupkan hostpot-nya untuk disambung ke laptop. Mulai mencari bahan untuk membuat gamenya. Software sudah terpasang. Hanya tinggal mencari bahan soal dan materi untuk tugas game kuisnya.
"Santai aja, Bil."
"Gue enggak mau santai-santai. Terakhir santai sama lo, tugas kita gak diterima." Keken mendengus, Ababil mengingatkannya pada tugas mereka yang akhirnya tidak diterima. Bukan hanya mereka sebenarnya, tapi hampir separuh isi kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smk & Sma
Teen Fiction"Dari awal kita berbeda, benar-benar beda. Dan, yang beda nggak akan pernah bisa bersatu." Pertemuan pertama Ababil dan Jihan tidaklah mengenakan. Pria itu harus rela disangka sebagai Cowok Mesum karena sedari angkot berjalan memandangi ke arah Dada...