"Lo mati-matian demi dia, nanti suatu saat lo yang dimatiin dia."
Jihan Putri Catelya
"Enak ya, kerja kelompok disini?"
Ababil tersenyum kecut saat mendengar sindiran Keken yang begitu menohok, sedangkan laki-laki bertubuh goals itu mati-matian menahan tawanya agak tak menggelegar di kedai itu. Ababil tak menyalahi Jihan yang berbohong atau apalah nama dan sebutannya.
Toh, Ababil hanya seseorang yang mungkin derajatnya lebih tinggi dari pada stranger bagi Jihan. Mungkin.
"Sedep banget kan, Chae?"
Seorang wanita yang tengah sibuk dengan ponselnya, mendongak. "Hah?" tanya tak tahu. "Lo pada ngomongin apa, sih?"
"Itu lho." Keken akhirnya tertawa terbahak-bahak.
Chae mengabaikan tawa Keken, lebih fokus pada muka sengsara Ababil yang sangat kentara. Mengikuti arah pandang laki-laki itu yang selalu melihat ke arah pintu. Wanita itu mengerti, Ababil tidak sedang memperhatikan pintu itu namun pada sepasang remaja SMA yang berada didekat sana.
"Gebetan lo? Doi? Pacar atau ... Tapi kayaknya gak mungkin." Chae ragu. "Mantan?" tanyanya membuat Ababil menolehkan pandangannya pada wanita itu dan membuat tawa Keken terhenti. Chae itu hebat dalam menebak situasi.
"Cuman polow-polowan Instagram."
Sudah pasti. Itu Keken.
"Kejam lo, Ken," sahut Ababil sambil menggigit lengan sweaternya yang telah ia lepas.
"Muka lo, sih. Kayak orang nahan pup seharian waktu nemu toilet tapi sayangnya toiletnya enggak bisa digunain."
Ababil dan Chae saling pandang saat mendengar ucapan Keken, sedangkan pria itu sudah tergelak hebat sambil menepuk-nepuk bangku yang ia duduki. Wajah mereka berdua sama-sama berkerut.
"Lo ngerti, Bil?" bisik Chae.
"Udah naek nih anak," balas Ababil sambil menghendikan bahunya.
Tepat saat itu, seorang pelayan mengantarkan pesanan mereka bertiga. Ababil menyambutnya dengan wajah berbinar cerah, langsung melupakan masalahnya sejenak. Satu es krim vanilla dengan toping beraneka ragam milik Keken. Satu es krim rasa durian milik Chae dan satu es krim chocolate original milik Ababil.
"Mood gue," desah Ababil saat menyendokan satu es krim penuh ke mulutnya. Rasa manis dan sedikit pahit langsung memenuhi indera perasanya.
"Oh, iya. Jadi kenapa lo ngajak gue sama Keken kesini, Bil?" tanya Chae membuka obrolan. Pria itu tiba-tiba saja sudah berada didepan kelasnya saat bel pulang sekolah berbunyi, mengajaknya ke salah satu kedai es krim terdekat dari sekolah.
Sedangkan Keken, sudah sibuk sendiri dengan es krimnya. Pria itu tidak ambil pusing, selagi ini ada kata gratis dari kalimat ajakan Ababil. Hayuk-hayuk saja.
"Gue dapat tawaran endorse," kata Ababil.
"Oh, gue tahu. Lo mau berbagi sama poor people kayak Chae 'kan?" tanya Keken santai sambil meniup-niup es krimnya. Entah apa gunanya. Hanya Keken dan Tuhan yang tahu.
"Seolah-olah banget mulut lo itu?!" sahut Chae tajam, tak lupa sendok es krim yang kini tengah ia gigit dengan kuat. Mengibaratkan daging Keken yang tebal tengah ia cabik-cabik.
"Dia mau di buat video, nanti gue yang jadi modelnya. Chae yang nge-shoot dan Keken yang edit."
"Mulut lo!" sentak Keken dan Chae kompak, tak hanya suara mereka yang membuat Ababil terkejut tetapi juga gebrakan dari tangan mereka yang membuat es krim Ababil hampir jatuh, untung hanya tinggal tempatnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smk & Sma
Teen Fiction"Dari awal kita berbeda, benar-benar beda. Dan, yang beda nggak akan pernah bisa bersatu." Pertemuan pertama Ababil dan Jihan tidaklah mengenakan. Pria itu harus rela disangka sebagai Cowok Mesum karena sedari angkot berjalan memandangi ke arah Dada...