Part 1

3.5K 151 9
                                    

"Sekolah cuman kebutahan instastory? Gue."
Ababil Chandra Prasetya

***

"Kenapa telat lagi Ababil?"

Ababil mengelap dahinya yang sudah bercucuran keringat. Akibat Angkot yang ia tumpangi mengalami kerusakan pada jendelanya. "Angkotnya bikin kesel, Bu. Mana tadi ada ibu-ibu yang minta di atar ke depan pintu rumahnya. Ya kali kan, Bu. Suruh bawa mobil sendiri aja kalo mau sampe depan pintu," dumel Ababil sambil terus mengelap dahinya.

"Terus?"

"Belum selesai penderitaan Ababil, Bu. Kan Kang Sopirnya bawa anak sama isteri, Bu. Anaknya mau pup, jadilah Kang Sopir cari toilet umum. Padahal Kang Sopir mau antar kami dulu baru ngurus anaknya, tapi lihat isterinya yang make make-up setebal buku sejarah udah natap tajam bener. Akhirnya Kang Sopir nyari toilet dulu."

Ababil menghela nafasnya setelah menceritakan itu semua dengan satu tarikan nafas. Mengabaikan Ibu Leni--Guru BK yang sedang menjaga gerbang-- terpukau mendengar ucapan Ababil.

"Untung di angkot ada cewek cantik terus sinyal juga lagi lancar, Bu. Kalo enggak, udah Ababil balik, tuh, angkot."

Mata Bu Leni tiba-tiba menajam. "Kamu bawa ponsel?" tanyanya mengingat peraturan sekolah yang tidak boleh membawa ponsel.

Ababil memelotokan matanya, ia lupa dengan peraturan sekolah ini. "A-aa, itu, Bu. Maksudnya, main pake laptop. Iya! Pake laptop!" ujar Ababil berbohong yang untungnya dipercayai oleh Bu Dessy.

Jika ketahuan membawa ponsel, Ababil terpaksa harus berpisah dengan ponselnya yang sudah menemani Ababil melewati hidup, selama lima hari. Kan kasian ponselnya sendirian di ruang BK. Terus, nanti pengambilannya harus ditemani oleh orang tua siswa berserta matrai.

"Karena semester ini kamu udah dua kali terlambat. Kamu sekarang ke ruang BK."

Muka Ababil langsung pias ketika mendengar kata BK. Bukan karena takut di cap sebagai anak buruk, bukan juga takut pada hawa ruang BK yang dingin karena AC. Melainkan karena harus bertemu dengan Bu Deti.

"Tenang, Bu Deti lagi cuti."

Remaja laki-laki itu menghela nafasnya lega. Lalu berdiri dari posisi jongkoknya dan meninggalkan siswa-siswi yang masih ditanyai alasan kenapa telatnya. Begitulah setiap hari di SMK Cendikiawan, para murid yang telat akan dikumpulkan di depan gerbang dengan posisi jongkok dan ditanyai alasan kenapa terlambat. Jika siswa tersebut melewati batas minimal keterlambatan, maka akan dimasukan ke ruang BK.

Ababil berjalan santai memasuki lingkungan sekolah yang sudah sepi. Sebelum memasuki ruang BK, Ababil terlebih dulu membasuh rambutnya dengan air keran. Walaupun Bu Deti, Guru BK yang selalu merazia rambut siswa laki-laki sedang cuti, ia tetap berjaga-jaga saja dari ancaman untuk jambulnya. Setelah jambulnya nampak menyatu dengan rambut lainnya, barulah Ababil menuju ruang BkK.

"Assamualaikum! Ababil mau masuk!" salam Ababil.

"Walaikumsalam, masuk saja, Nak."

Seorang pria paruh baya dengan rambut yang sudah memutih namun tertupi oleh peci menyambut Ababil. Senyum ramah dari bibir yang nampak keriput itu membuat Ababil lega. Nampaknya guru tersebut tidak akan mengancam si jambul.

Ruang BK cukup luas. Dibagi menjadi tiga bagian, satu bagian cukup luas terdapat sofa yang cukup menangkup lima orang. Lalu dua bagian yang sama ukurannya. Ababil masuk kedalam ruangan yang hanya ada  dua kursi dengan satu meja sebagai pembatasnya.

"Ababil 'kan?" tanya pria paruh baya itu ramah. Ababil mengangguk dan kalo tidak salah nama pria yang berada didepannya ini adalah Pak Asmen.

"Ababil Chandra Prasetya. 10 TKI 1." Pak Asmen menyebut nama lengkap dan kelas Ababil. "Jurusan TKI, kelas 11 nanti mau ngambil apa?" tanya Pak Asmen masih dengan nada ramah.

Smk & SmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang