"Jangan rebahan terus. Masa depan enggak akan nunggu lo buat siap."
Ababil Gandra PrasetyaOke, Ababil bisa merasakan saat ini jantungnya sedang tidak bekerja dengan normal, dag-dig-dug. Seperti itu terus, membuat Ababil merasa khawatir dengan kondisi jantungnya. Namun, saat menyadari bahwa jantung berdegup kencang karena seseorang yang kini tengah duduk diatas bangku lapangan Volly sekolahnya.
"Nih, minum dulu, Han." Ababil memberikan sebotol minuman rasa lemon tea kepada Jihan.
"Makasih." Jihan memberikan seulas senyuman kepada Ababil membuat pria itu tak bisa menyembunyikan senyum lebarnya.
"Yuk, sekarang gue antar lo ke mading sekolah," ajak Ababil membuat Jihan bangkit dari duduknya.
"Guru lo enggak masuk ke kelas ya, Bil?" tanya Jihan membuat Ababil menoleh ke arah perempuan itu. Ababil menggeleng sambil menyengir. "Enggak ada, Han."
"Pantesan bebas banget."
Sebenarnya jarak perpustakaan tidaklah terlalu jauh, berada tepat di depan lapangan futsal yang digabung dengan lapangan basket. Namun, banyak sekali kelas yang mengelilingi lapangan tersebut. Ababil meneguk ludahnya kasar, perlahan ia melirik jam tangannya. Astaga! Lima belas menit lagi Bell pulang sekolah dan itu artinya ada sebagian kelas yang sudah keluar untuk pulang.
Namun yang menjengkelkannya, pasti anak-anak tersebut tidak langsung meninggalkan kelas, malahan ada yang duduk-duduk, nongkrong sambil gibah, bahkan sampai mengganggu temannya yang sedang piket.
"Udah mau pulang ya, Bil?"
Ababil membulatkan matanya. Sumpah demi apapun ini sangat ramai, bagaimana tidak semua siswa-siswi kini tengah keluar dari kelasnya, belum lagi yang berada di lantai dua yang sepertinya sedang menunggu sesuatu. Dan, ABABIL HARUS MELEWATI LAPANGAN SEPERTI SEDANG FASHION SHOW, HAH!
"Han, tutup telinga lo ya," pesan Ababil dengan wajah pucat sedangkan Jihan hanya mengerutkan keningnya bingung.
"Eh anjirr ada Ababil woyy!"
"ABABIL ENDORS KRIPIK PISANG GUE DONG!""
"Ciee Ababil mainannya udah beda habitat!
"ABABIL PLIS ENDORS GUE!! KESEL ANJING JOMBLO TERUSS."
"ABABILL TENGKYUU UDAH ENDORS OLSHOP GUE, ENTAR GUE KASIH TESTINYA!"
Dan, masih banyak lagi teriakan-teriakan yang membuat Ababil harus menundukkan kepalanya dengan wajah pias sambil berjalan. Hingga akhirnya mereka sampai didepan mading sekolah yang tak jauh dari pintu masuk perpustakaan.
"Bil, lo okey?" tanya Jihan pelan.
Ababil mengangguk dengan wajah pucatnya. "Sehat, kok," jawab Ababil lemah. Niat ingin bisa bersifat cool sehingga bisa menarik perhatian Jihan namun apa daya, semuanya kandas akibat ulah teman-temannya.
"Eh, lo selebgram ya, Bil?"
Deg.
Tahan Ababil, tahan. Clamdown. -batin Ababil.
"Iya, Han," ujar Ababil sok singkat.
Padahal jika orang yang bertanya itu bukan Jihan. Mungkin saja Ababil sudah mengeluarkan kata-kata hebatnya. "Apa!? Lo enggak tahu gue selebgram? Main dimana aja lo selama ini? Gue itu ya blablabla." Untung kali ini mulut Ababil bisa di rem dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smk & Sma
Teen Fiction"Dari awal kita berbeda, benar-benar beda. Dan, yang beda nggak akan pernah bisa bersatu." Pertemuan pertama Ababil dan Jihan tidaklah mengenakan. Pria itu harus rela disangka sebagai Cowok Mesum karena sedari angkot berjalan memandangi ke arah Dada...