Part 6

1.5K 97 2
                                    

"Temenen itu kalo gak dia yang nusuk, pasti kita yang nusuk."
Jihan Putri Catelya

"Dlil!"

Seorang laki-laki yang tengah berjalan menuju gerbang terhenti ketika mendengar namanya dipanggil. Pria remaja itu membalikan badanya, menatap orang yang memanggilnya kini tengah berada disebrang jalan.

"Tunggui gue!"

Fadlil mengangguk ketika mendengar ucapan dari Ababil. Menunggu pria itu sampai didekat gerbang sekolah setelah dibantu oleh satpam sekolah menyebrang mengingat ramainya jalan saat ini. "Lo baru datang? Tumben," tanya Fadlil.

Ababil menghendikan bahunya. "Enggak tahu gue. Kayaknya tukang angkot sama jalanan lagi berkonspirasi bikin gue telat, deh," ujar Ababil didepan Fadlil. "Buruan kita masuk, hari ini pelajaran pertama Siskom 'kan?"

Fadlil mengangguk.

"Lo kenapa selalu telat dateng? Rumah lo itu jalan 20 langkah juga udah sampai." Ababil berbicara sambil berjalan menuju kelas mereka.

"Enggak pernah telat," elak Fadlil membuat Ababil berdecih. Memang, Fadlil tidak pernah telat, namun tetap saja pria itu selalu datang ke sekolah tiga atau empat menit sebelum bell berkumdang.

"Tapi, hampir," tukas Ababil.

Fadlil tergelak membuat perempuan-perempuan yang mereka temui di sekitar jalan berbisik-bisik. Bahkan terang-terangan ada yang menyapa Fadlil.

"Noh, pagi-pagi udah disapa fans."

"Gak ada fans."

Jika Ababil adalah incaran para wanita sosial media untuk menjadi pacar. Maka, Fadlil adalah laki-laki yang diidam-idamkan oleh perempuan taat untuk menjadi imam mereka.

Fadlil yang pendiam, jarang berbicara dan selalu bertampang cool membuat para wanita-wanita menjadi salah tingkah jika berdekatan dengan wanita itu. Belum lagi senyum Fadlil-sangat jarang dikeluarkan-- yang mampu menggetarkan ukhti-ukhti solehah.

"Iyain, enggak ada fans. Tapi, tamat SMK nyebar undangan," cibir Ababil sambil terkekeh. "Gak ada fans beneran itu!" celetuknya lagi, Fadlil yang mendengarkannya entah mengapa ikut tertawa. Ia tidak pernah berpikiran kesana, namun jika takdir sudah berkehendak, maka apapun yang dilakukan manusia hanya sia-sia.

"Antara gue sama Riko, lo yang paling anti sama perempuan. Bahkan gue gak pernah lihat lo berinteraksi berlebihan sama perempuan," ujar Ababil sambil berjalan terus menuju kelas mereka. "Lo straight kan?" Ababil bertanya ragu.

"Normal kok, tapi belum waktunya."

"Iya, sih. Bener-bener."

"Salut gue. Masih ada spesias yang kayak lo begini." Ababil menganggukan-anggukan kepalanya. Ababil akui sifat seperti Fadlil ini wajib dilestarikan. Rajin sholat, tutur katanya sopan dan tingkahnya baik.

Ababil mengingat-ingat. Apa pernah Fadlil berkata buruk salama mereka berteman?

Tidak. Jawabanya tidak pernah.

"Udah Pr Siskom?" tanya Ababil pada Fadlil. Laki-laki itu menyengir, membuat Ababil menghela nafas sambil mengeleng-gelengkan kepalanya. Ingat, manusia tidak ada yang sempurna.

"Lo udah?" tanya Fadlil balik.

"Udah." Ababil mengangguk.

"Boleh lihat dong?"

"Pake bissmilah."

Fadlil mengerutkan keningnya. "Biar halal contekannya?"

Ababil menggeleng lalu terkekeh. "Biar jawabannya bener semua."

Smk & SmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang