II. Stuck

1K 93 1
                                    

"Jangankan menatapmu, mendengar namamu saja akan membuatku terbayang"

Kim Seok Jin menatap taman belakang rumah sakit dengan tatapam kosong, bahkan ia juga memegangi bekas merah di lengannya.

Tanpa sadar, air matanya kembali menetes, dengan cepat dia mengusapnya.

"Kau sudah makan siang hyung?" tanya seseorang dari belakang.

"Sedang tak ingin makan" Jin mengeluarkan handphonenya lalu membuka app Wattgram.

"Ayo makan, aku akan menyuapimu" ucap pria itu lagi lalu duduk di samping Jin. Ia mengeluarkan kotak bekal.

Pria itu bernama Min Yoongi, teman masa kecil Jin yang sudah menemani hampir seumur hidupnya.

"Aku tak mau makan" Jin menampis tangan Yoongi. Yoongi tak punya pilihan selain memeluk pundak lebar Jin. "Aku tau, jangan pikirkan itu lagi" ucap Yoongi.

Mata Yoongi menangkap bekas merah di tangan kiri Jin. "Siapa yang melakukan ini padamu hyung?" tanya Yoongi, Jin menggeleng. "Bukan siapa-siapa" ucapnya.

Yoongi menatap singkat mata sayu itu. Lalu ia mengambil tangan lentik itu. "Hyung, jangan sedih terus, kau bisa cari pacar baru bukan. Jangan sedih, bagaimana kalau malam ini kita minum?" tanya Yoongi.

Jin mengangguk.

#

"mudah mungkin untuk mengatakan carilah pacar baru, namun jika kau jadi aku, apa kau akan melakukan hal yang sama?"

Jin dan Yoongi sampai di sebuah club. Mereka berjalan beriringan. Yoongi mengajak Jin kemari bukan tanpa alasan, namun karena ia tak mau hyung yang ia sayangi terus sedih karena namja tak berguna.

"Aku mau vodka saja" ucap Jin, Yoongi menolaknya. "Kau bisa mabuk karenanya"

Jin tetap keukeuh meminta vodka. Sedangkan Yoongi memesan cocktail.

#

Malam semakin larut, entah berapa banyak yang sudah Jin minum hingga ia mabuk. "Yoongi-ah, aku mau ke toilet dulu" ucap Jin, Yoongi hanya mengangguk sejenak.

Jin berjalan ke arah kamar mandi. Namun apa yang terjadi adalah dia bukan masuk ke kamar mandi melainkan ke sebuah kamar yang sudah dipesan oleh seorang ceo, Kim Nam Joon.

Jin langsung masuk tanpa permisi dan ketuk pintu, membuat Namjoon yang sedang melepas dasinya terkejut, mengetahui kalau orang yang ia pesan bukanlah wanita, melainkan dokter kim.

Jin ambruk di pelukan Namjoon.

#

"Entah terjebak bersama siapa ia kali ini, namun itu terasa seperti surga" 

Namjoon mengamati wajah polos namja dihadapannya. Wajahnya entah kenapa sangat pure dan tanpa kesalahan sedikitpun.

Hidung mancung, bulu mata yang lentik, badan yang bagus dan terawat. Entah kenapa terlihat sangat cantik di mata Kim Nam Joon.

"Kenapa kau cantik sekali sih?" tanya Namjoon lalu melepas jasnya dan berbaring di sebelah Jin.

Menutup tubuh keduanya dengan selimut hangat. Jin menggeliat lucu lalu memeluk Namjoon erat. "Kau sangat jahat!" racaunya.

Namjoon yang sudah akan terlelap kembali terjaga, mencerna perkataan namja ini. Ia menatap Jin lalu balas memeluknya. "Siapa yang kamu bilang jahat? Aku?" tanya Namjoon pada Jin.

Mereka akhirnya terlelap.

#

"Jika diibaratkan, kamu adalah sebuah angsa dan aku mahkotamu"

Cahaya matahari memasuki ruangan yang ditempati oleh Jin dan Namjoon. Jin menggeliat dan terbangun.

Ia menyadari kalau tempat ini bukanlah kamar miliknya. Ia terbangun dan merasakan tangan berat melingkari pinggangnya.

Ia membalikkan badan. 'Bagaimana bisa pria kasar itu ada disini?' tanyanya dalam hati.

Ia menggeser tangan itu dengan hati-hati. "Kau mau kemana?" Namun sialnya orang itu terbangun.

"Kenapa kau bisa ada disini?" tanya Jin berusaha bangun, namun lengan berat itu tetap bertengger di pinggangnya yang ramping.

"Bukankah aku yang seharusnya bertanya begitu? Kenapa kau bisa ada di kasurku Dokter Kim?" tanya Namjoon dengan nada intimidasi dan tatapan mendominasi.

Jin mendorong badan Namjoon, lalu bangun. Ia merasakan pusing teramat sangat. "Kau terlalu banyak minum Jin Hyung" ucap Namjoon lalu memakai kemejanya.

Jin hanya menatap Namjoon dengan tatapan tak suka. Bagaiman bisa seseorang yang bersikap kasar ini berakhir dengannya? Jin mencari handphonenya untuk menelpon Yoongi.

"Kau kemanakan handphoneku?" tanya Jin sambil mencari-cari handphonenya.

"Kemana ya? Aku juga tak tahu" Namjoon bahkan menaik turunkan bahu tanda tak tahu.

"Pasti dibawa oleh Yoongi, Tuan boleh ku pinjam handphonemu?" tanya Jin memberanikan diri dan melepas harga dirinya.

"Ada bayaran untuk itu" ucap Namjoon. Jin mengangguk. "Kau bisa mengambilnya nanti, saat aku pulang nanti"

Jin memencet beberapa nomor dan meletakkan handphone bermerek itu di telinganya yang bertindik. "Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi"

Beberapa kali ia menelpon, balasannya tetap sama. Hingga ia bosan, dan akhirnya duduk cemas di sofa yang ada di kamar itu. Namjoon yang sudah rapi, menghampirinya.

"Bagaimana?" tanyanya, namun raut wajahnya terlihat amat senang. Bahkan senyumnya melebar dari biasanya, dan itu malah terlihat seperti seringai.

"Tidak ada yang mengangkat teleponku, kemana sih Yoongi itu?" tanya Jin monolog. Namjoon mengambil kunci mobil, "Bisa tidak kau mengantarku pulang?" tanya Jin ragu.

"Tentu, tapi ada bayaran untuk itu" Jin mengangguk setuju.

Mereka keluar dari club dan masuk ke dalam mobil mewah milik Namjoon. Tanpa sadar sepasang mata membuntuti mereka berdua.

"Kalian tertangkap basah!"

#
#
#

Annyeong haseo!!
Author is come back!!!!

Sebenernya cerita ini ada dua versi. Dan yang ini versi yang lebih ganas dan kompleks dibanding versi satunya.

Semoga kalian suka!!
Chu~

From author😘

Sweet and Clumsi'es Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang