XVI. Choose

500 49 7
                                    

Hi there! Please don't be a siders. One of your vote will encourage author to publish the next chapter. thank you & enjoy!!..😘😘😘
.
.
.
.
.
.
.
Yoongi masih tetap di tempatnya menatap Seokjin yang bicara namun tak menatap matanya. Ia gugup sangat gugup. Tapi berbeda dengan Yoongi yang sudah amat kesal. Emosi yang selama ini ia pendam, akhirnya memuncak saat ini.

****

Pilihan. Siapa yang bisa menentukan satu pilihan atas semua pilihan yang ada di depan mata. Siapa yang harus dipilih? Hubungan mana yang harus diselamatkan?

Haruskah ia mengulang semua kejadian masa lalu agar tidak bertemu dengan dua pria itu? Entahlah. Yang pasti sekarang ia tengah merenung dalam kungkungan sang dominan.

Yoongi masih tetap diam di tempatnya. Tak berniat pergi, membuat sang bottom tak berkutik. Tatapan sang dominan sangat kuat, seakan bisa menembus kepalanya.

Yoongi beralih pada telinga Seokjin. “Hyung.. Dengarkan aku..” lirih Yoongi di telinga Seokjin.

Seokjin mengerut. Ia masih belum bisa menerima kenyataan ini. Ia bingung. Ia cemas. Ia tak bisa menjelaskan apapun pada adiknya.

Yoongi menarik dagu Seokjin. Mau tak mau, mata mereka bertemu. Manik coklat itu menajam, menemukan titik lemah pada lawan bicaranya.

“Aku mencintaimu” ucapnya lalu menarik dagu itu. Menempelkan bilah bibirnya pada bibir plum lawannya. Sang bottom.

Bibir itu terlepas. Mata Seokjin tertutup seiring kepalanya yang menunduk. Ia tak tahu harus berbuat apa, harus melakukan apa, harus mengatakan apa, pada Yoongi.

“Yoongi-ah, kumohon jangan melakukan ini. Aku sudah bertunangan, dan beberapa bulan lagi akan menikah. Aku tak bisa menerima rasa cintamu. Tapi aku tetap bisa jadi saudaramu. Kuharap kau akan menemukan cintamu nanti” ucap panjang lebar Jin. Ia membuka suara karena ia tau ini salah.

Yoongi tertawa perih. Ia sakit. Sakit hati. Sungguh, jika ia bisa menangis maka ia akan menangis sekarang juga. Menangisi dirinya sendiri.

Ia dengan bodohnya mencintai sosok kakak yang selalu menjaga dan merawatnya. Yang terus memperhatikannya. Yang terus mendengarkan apa yang ia katakan. Hingga ia sendiri tak sadar perasaan itu tumbuh semakin besar.

Cinta ibarat bibit pohon. Dan rasa nyaman adalah alat pembantu pertumbuhannya.

Dan pohon itu kini sudah tumbuh terlalu besar, hingga berakar dan sulit untuk dicabut. Apakah ia sendiri harus menunggu pohon itu layu dan mati pada akhirnya?

Jika iya, maka ia harus menyiksa diri sendiri dengan meninggalkan kakaknya dan melihatnya dengan pria lain.

“Kumohon maafkan aku, Yoongi-ah. Aku akan tetap menyayangimu sebagai adikku” ucap Jin lalu mengelus pipi tembam sang adik yang kini basah.

Ia menghapus jejak air mata di pipi tembam itu, lalu tersenyum. “Maafkan aku Yoongi-ah. Sepertinya aku tak pantas untuk cintamu, makanya tuhan menghadiahimu sosok lain untuk itu.. Jika kau sudah menemukan dia, beritahu aku ya.. Jangan sungkan. Aku masih kakakmu"

Kini Seokjin ikut menangis. Ia menghapus air matanya dengan kasar, dan langsung ditepis oleh tangan Yoongi. Pria dominan itu langsung memeluk sang kakak. Dan menangis bersama.

#####

Usai acara tangis bersama. Mereka duduk berdampingan di atas sofa. Masih saling diam. Hanya nafas tersendat yang terdengar, karena mereka menangis cukup lama.

“Yoongi-ah, hyung mau tidur dulu ya.. Kau juga tidurlah” ucap Jin lalu berdiri. Namun ditahan oleh Yoongi.

“Boleh aku tidur bersamamu hyung?” pinta Yoongi tanpa menatap mata sang lawan bicara. Dan ini membuat Seokjin gemas. Adiknya ini sangat jarang meminta tolong atau apapun. Dan kini ia meminta untuk tidur bersama.

Sweet and Clumsi'es Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang