satu -- awal

706 18 0
                                    

Namaku Raisya Margaretha. Kalian cukup panggil aku Raisya aja. Aku sekarang lagi menempuh pendidikan kelas 11 Mipa 5 di SMA Garuda Yogyakarta. Aku punya dua orang sahabat, namanya Lira dan Clara.

"DOR!" Tepuk ku dan Clara ke bahu Lira karena dia tertidur di jam pelajaran fisika. Selain itu, Lira ini memang anaknya suka sekali tidur.

"Hah? Aku dimana? Sama siapa?" tanya Lira.

"Kamu itu habis mimpi apa sih, Ra?" tanyaku menggunakan logat Yogyakarta.

"Ndak habis mimpi apa apa Sya. Cuma kaget." ucap Lira.

"Sudah ta ngomong ngomongnya? Ini kasihan lho Pak Sandi ndak direken." ucap Clara yang sangat menyukai pelajaran fisika. Kalau aku sama Lira masalah fisika, angkat tangan. Ndak bisa apa apa.

2 jam kemudian, pelajaran Pak Sandi selesai. Aku dan Lira menghela nafas lega karena setelah melakukan pembelajaran ini. Berasa sedang disiksa saja.

Tiba tiba, saat aku sedang bercengkrama bersama Clara dan Lira, Bu Hana memanggilku dari sudut pintu kelasku. Oh iya, aku ini adalah ketua kelas di kelas 11 Mipa 5.

"Ada apa ya,Bu?"

"Ini lho, Sya. Besok itu akan ada anak baru di kelas ini."

"Anak baru, Bu?"

"Iya, Sya. Sudah ya, kasih tau teman teman mu itu, biar besok ndak kaget. Kalau kaget, nanti nyalahin ibu. Jangan lupa ya Sya bilangin ke teman teman nya?" tanya Bu Hana,

"Iya bu. Ndak lupa, tenang aja." Bu Hana tersenyum lalu aku masuk ke dalam kelas untuk memberi tahu informasi.

"Teman-teman, aku punya kabar ini lho.."

Teman teman sekelasku masih tidak menghiraukan aku. Masih asik berbicara sendiri.

"Teman-teman, dengerin aku bentar. Aku cuma butuh waktu 2 menit kok ndak lama lama!"

Lalu teman-teman ku berhenti berbicara dan mengarah ke hadapanku.
"Besok akan ada anak baru di kelas ini. Tadi aku barusan dikasih tau Bu Hana, biar kalian ndak kaget besok."

"Laki apa perempuan, Sya?"

"Ganteng ta, Sya?"

"Aduh, sudah tak siapin ini lho Sya, tempat duduk buat anak baru nya."

"Aduh, satu satu ta. Aku ya ndak ngerti itu laki laki apa perempuan. Orang Bu Hana tadi cuma bilang besok mau ada anak baru. Itu aja."

"Semoga sih laki laki ya, Sya!"

"Semoga perempuan. Bisa ngelihat perempuan cantik berwajah baru."

Aku tidak menghiraukan mereka, aku kembali duduk di kursiku bersama Lira.

"Sya, kamu sudah tau wajah anak baru nya ya? Laki apa perempuan, Sya?" tanya Clara,

"Hmmmm, aku ya ndak tau Clar. Bu Hana ndak ngomong jenis kelamin e." jawab ku,

"Semoga laki laki. Duduk sebelahku aja deh! Kan enak, bisa nyempil modus dikit." ucap Clara kepadaku dan Lira. Aku hanya bisa diam dan bertatap muka dengan Lira.

Kemudian, aku dengar perut Lira keroncongan, tandanya dia sudah lapar.

"Aduh, aku laper. Ayo kantin yok!" ajak Lira. Kita bertiga beranjak dari tempat duduk dan berjalan menuju ke kantin.

Sesampainya di kantin,

"Pesen apa Ra, Clar?"

"Es jeruk sama soto."

"Es teh ndak terlalu manis sama rawon."

Aku segera memesankan pesanan mereka berdua. Lalu aku mengantarnya ke meja kita,

"Sya, bentar ta, menurutmu, anak baru nya itu laki apa perempuan?" tanya Clara,

"Duh. Aku ndak tau, Clar. Kalau aku tau ya sudah tak kasih tau kamu daritadi." jawabku,

"Kamu itu kok lama lama bu..bu... aduh apa sih. Yang katanya anak jaman sekarang itu lho!" ucap Lira, "Bucin!" Lira menyambungnya.

"Bucin?"

"Budak cinta, Clar."

Lalu kami bertiga tertawa terbahak-bahak dengan makanan yang sudah ada di meja kita.

YogyakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang