"Raisya.... ayo bangun! udah ditunggu teman mu didepan.." ibu membangunkanku diluar pintu, sontak itu membuatku kaget. Aku bangun dengan nyawa yang belum utuh, rambut masih acak-acakan, wajah masih kumel dan lain-lainnya langsung menengok ke jendela. Aku melihat bahwa ada motor laki besar berwarna merah, nampaknya aku sudah ndak asing sama motornya. Aku pernah ketemu, tapi kapan ya?
Lalu aku membukakan pintu untuk ibu dan menarik ibu untuk duduk di kasur ku, "Bu, itu siapa toh jemput aku? Aku ndak pernah janjian sama temen buat jemput aku."
"Itu Farrel, yang katanya tadi malem temanmu itu lho. Rumahnya di blok F." aku kaget se-kaget kagetnya mendengar ucapan ibu, bagaimana bisa Farrel menjemputku? dia mau buat gosip apa di sekolah nantinya?
"Udah, ayo cepetan mandi. Udah ditunggu! Ibu bikin teh dulu buat Farrel." lalu ibu keluar dari kamarku.
Aku yang masih duduk dikasur memasang wajah bingung, Farrel ini maunya apa? gimana kalau nanti aku ketahuan Clara kalau aku bareng Farrel?
25 menit kemudian, aku sudah siap dengan memakai seragamku, sudah memakai sepatu, dan menguncir rambutku satu. Aku keluar dari kamar dan langsung bergegas ke ruang tamu, tempat dimana Farrel duduk.
"Hey, Farrel. Kamu ngapain toh pakai jemput jemput aku segala?" ucapku bingung,
Farrel tersenyum, "Rumah kita kan deket. Ga ada salahnya lagi gue jemput lo. Lagian ibu lo juga seneng seneng aja kan?"
Aku mendengus kesal.
"Lo dah siap? Berangkat yuk!" ucapnya lalu berdiri,
"Hey hey tunggu dong, aku mau pamit ibu dulu. Kamu ndak mau pamit ibu ku?" lalu aku memanggil ibu dan pamit ke ibu, "Hati hati ya! Nak Farrel, Ndak boleh ngebut-ngebut ya.." ucap ibu.
Kemudian aku keluar dan menaiki motor Farrel. Farrel mulai melajukan motornya, benar, Farrel ndak ngebut. Kecepatannya juga biasa saja.
"Nanti turunin aku di warung dekat sekolah itu yo, Rel?" ucapku,
"Lah kenapa ga sampe sekolah aja?"
"Kamu mau buat gosip apa sama aku?"
"Maksud lo?"
"Aduh, kamu kan disukai banyak cewek disekolah, nanti pasti cewek-cewek itu gosipin aku. Apalagi sahabat aku, Clara suka sama kamu. Ya aku ndak enak lah sama dia."
"Lo tenang aja."
Farrel melihat wajahku yang gugup dari kaca spion di motornya. Aduh Farrel, kamu itu maunya apa toh?
Dan akhirnya sekitar 10 menit, aku sampai disekolah. Dan benar saja, aku dilihatin oleh semua perempuan-perempuan fans Farrel. Aku hanya bisa menunduk dan jalan mendahului Farrel.
"Ih, kok Farrel boncengan sama Raisya sih!"
"Yaampun ndak cocok!"
"Kok ndak aku aja sih yang dibonceng! Duh kesel ah sama mas Farrel!"
Aku jalan di setiap koridor kelas hanya bisa menunduk, aku ndak mau mendengarkan semua kata kata negatif dari fans fans Farrel. Fix ini semuanya salah Farrel.
"Sya! Cepet banget sih kalo jalan!" teriak Farrel,
Aku tidak menghiraukan omongannya. Aku tetap berjalan cepat untuk memasuki kelas. Tiba tiba, saat aku sampai di pintu kelasku, Clara dan Viola menghadangiku untuk masuk,
"Stop!" ucap Viola,
"Kamu itu sama sahabat sendiri kok nikung sih, Sya? Aku ndak habis pikir yo sama kamu." ucap Clara,
Aku mendongakkan kepala dan gugup menjawabnya, "Lho Clar, aku bisa jelasin.. Ini ndak kayak apa yang kamu lihat kok, jadi tadi pag...."
"Udah. Aku kan udah bilang sama kamu, aku itu suka sama Farrel. Tapi kenapa kamu nikung aku sih, Sya?" ucap Clara lalu duduk di kursinya,
"Clar Clar, aduh aku bisa jelasin! Tadi pagi itu Farrel tiba tiba jemput aku. Aku ndak minta Farrel jemput. Dia yang tiba tiba ada di rumahku, aku ya ndak tau Clar...." ucapku di meja Clara,
Clara tetap tidak menghiraukan aku, dia malah keluar kelas sambil menyenggol pundak ku. Aku sebagai sahabatnya merasa bersalah, tapi aku sendiri juga ndak ngerti maksud Farrel itu apa tiba tiba jemput aku. Aku langsung duduk di bangku ku bersama Lira,
"Sya, gimana ceritanya sih? Trus yang tadi malem kamu dibonceng Farrel habis beli nasi goreng itu apa?" tanya Lira,
Lalu aku menceritakan hal yang terjadi sebenarnya kepada Lira. "Oalah, gitu ta ceritanya? Tapi kok bisa ya dia tiba tiba jemput kamu? Konsepnya apa?" tanya Lira,
"Duh aku ya ndak tau, Ra. Tiba tiba dia udah nunggu di ruang tamu. Udah aku bilangin, ndak usah bikin gosip sama aku. Kok ngeyel aja." ucapku sambil mendengus kesal.
***
Pelajaran pagi ini diawali dengan Mam Rosa, tapi entah kemana Mam Rosa ndak masuk. Jadi selama 2 jam pembelajaran kita jam kosong. Ada yang tidur, ada yang foto foto, ada yang main game dan masih banyak lagi.
Aku menghampiri meja Farrel dan mengajaknya keluar, tentu saja, semua perempuan di kelasku melihat sinis ke arahku. Bahkan, ada yang berkata "Kemarin udah satu kelompok bulu tangkis sama Farrel, sekarang masih belum puas aja tuh ketua kelasmu."
Aku tetap tidak mempedulikan mereka, aku membawa Farrel keluar untuk duduk bersama di kursi yang ada di koridor kelas.
"Rel, ini semua salahmu lho." ucapku,
"Loh kok gue? Salah gue apa?"
"Kamu itu kan udah tau, Clara suka sama kamu. Tetep ngeyel aja masih mau nganterin aku. Lagian ngapain toh kamu jemput aku segala? Besok besok ndak usah jemput. Kamu itu bikin aku bertengkar aja sama Clara!" ucap ku panjang lebar,
"Udah ngomongnya?" demi apapun Farrel ini ngeselin. Aku kenal dia baru dari gerobak nasi goreng itu tapi ngeselin nya udah muncul aja.
"Duh Farrel! Aku ndak bercanda! Ini kamu harus tanggung jawab gimana urusanku sama Clara?"
"Dih ya lo tinggal bilang aja kalo Farrel itu gasuka sama lo Clar, ngomong gitu aja susah?" jawabnya sambil memasang earphone.
Kemudian earphone nya langsung aku lepas dari telinga nya, "Ndak segampang itu. Kamu ndak mau ngerti perasaannya Clara apa?"
"Ya lo ga ngerti perasaan gue sih. Gue itu ga suka sama Clara. Lagian Clara siapa sih ga ngebolehin gue jemput lo?Udah ah, gue bosen mau ke kantin." "Yuk, Ga!" sambungnya mengajak Rega ke kantin.
Baru ngomong sebentar aja udah ngeselin kalo lagi gini. Duh semoga takdir berkata beda, semoga hubunganku dengan Clara baik baik saja. Jelas aku ndak mau kita bertengkar cuma gara gara Farrel si anak baru itu.
Tiba tiba, Clara menepuk bahu ku, dia bergandengan tangan bersama Viola,
"Gimana ngobrolnya? Seru?" ucap Clara,
"Clar, kamu itu bisa dengerin aku bentar ndak sih? Aku ndak minta apa apa dari Farrel, itu semua Far....." ucapanku terpotong karena Clara kembali berbicara,
"Duh ndak percaya." sambil mengibaskan rambutnya,
"Clar, kamu kok jadi berubah gini toh?" tanyaku,
"Kalo kamu sama Farrel ndak kayak gini, ya aku ndak bakalan berubah." lalu Clara meninggalkanku berjalan bersama Viola.
Clara yang kemarin sedang baik-baik saja denganku, hari ini sudah berbeda hanya gara-gara Farrel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yogyakarta
Teen FictionJatuh cinta pada anak baru dan teman kelas sendiri dengan berbagai halangan dan rintangan. Dan disini adalah cerita yang semuanya mengenai Yogya. Kau tahu? Yogya itu indah dan istimewa. Lalu, bagaimana cara Raisya meneruskan rasa jatuh cinta pada te...