delapan belas -- ujian

99 6 1
                                    

Di hari senin ini, Bu Hana, wali kelasku berkata pada murid muridnya, kelas 11 Mipa 5,

"Mulai besok akan diadakan ujian akhir semester. Mata pelajaran yang diujikan sesuai mata pelajaran pada hari itu juga." ucap Bu Hana,

Sontak aku dan teman-temanku tentunya kaget mendengar kabar itu. Biasanya, H-seminggu ujian akhir semester, akan ada kabar melalui aplikasi whatsapp.

"Bu, kok mendadak banget, toh?" ucap Maudy, wakil kelasku.

"Bu, ndadak banget! Ndak bilang bilang dulu ibu ini." ucap teman bangku belakangku, Rian.

"GAK ADIL INI BU NAMANYA, KOK MENDADAK GINI SIH?" ucap Viola sambil berdiri menggebrak meja,

"Kalau kalian ndak mau ujian, ndak papa. Gampang. Tinggal saya laporin ke Pak Fendi (kepala sekolahku) dan orang tua kalian saya panggil." ucap Bu Hana,

Teman-temanku kembali berdecak dan mengungkapkan rasa jengkelnya pada ujian yang sangat mendadak ini. Meskipun aku ndak protes ke Bu Hana, tapi tetap saja, aku masih merasa kecewa.

"Sudah sudah, diam. Sekarang buka bab 9." ucap Bu Hana,

Lalu kami semua membuka bab 9 dan memperhatikan Bu Hana didepan untuk menerangkan mata pelajaran tersebut. Kemudian, Farrel melempar aku sebuah kertas dan mengenai lenganku, iya, masih ingat ndak? dia duduk di bangku sebelahku. Jadi kita duduknya sebelahan.

"Eits, ada apa Rel?" tanyaku memelankan suaraku,

"Nanti gue ke rumah lo." ucapnya pelan pelan,

"Ngapain? Kayak ndak punya rumah sendiri aja." ucapku lalu memalingkan wajahku ke arah papan tulis,

"Bodo amat. Pokoknya gue ke rumah lo nanti malem." jawabnya lalu aku tidak menghiraukannya lagi.

Dia mau apa nanti malam ke rumahku?
Apakah mau belajar bersama denganku? Atau apa?

Bu Hana tetap menerangkan mata pelajarannya, jelas saja, kalau mata pelajaran Bu Hana, semua teman-temanku sangat memperhatikan. Kenapa? Ya karena Bu Hana adalah wali kelasku sendiri. Berbeda dengan guru yang lainnya.

Selang 2 jam pelajaran, akhirnya Bu Hana menyelesaikan pelajarannya, karena bel pun sudah menandakan bahwa jam ke dua sudah selesai.

"Ibu akhiri pelajarannya sekarang. Jangan lupa belajar dan semangat untuk ujian besok. Ada yang mau bertanya?" tanya Bu Hana,

Lalu Farrel mengacungkan tangan, "Gak dapet kartu ujian nya bu? Biasanya kan kalau kartu akhir semester gitu dapet, kalo ini?"

"Besok akan dibagikan langsung sesuai dengan pengawas yang menjaga ruangan kalian." ucap Bu Hana,

Lalu semua anak mengangguk dan mengerti bagaimana prosedur untuk ujian akhir semester besok. Kemudian Bu Hana keluar dari ruang kelasku.

"Rel, nanti ngapain toh ke rumahku?" tanyaku,

"Belajar bareng." jawabnya,
"Hah? Ini seriusan?"
"Duarius, Sya. Kenapa emangnya?"
"Aneh aja dengernya kamu mau belajar sama aku."
"Ye gini gini gue juga belajar, kali."
"Iya iya bercanda." aku menyenggol lengannya pelan kemudian Farrel tertawa tipis.

Tawa tipis nya yang mampu membuat dunia ini seakan hanya milikku dan milik Farrel saja.

Kemudian Clara datang duduk di sebelah Farrel sambil memegang tangannya,

"Rel, nanti belajar bareng yuk?" tanya Clara,

Mengapa saat Clara memegang tangan Farrel, aku merasa hatiku remuk. Benar benar remuk. Apa aku mulai jatuh cinta padanya? Ah, Raisya.

YogyakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang