"Rel, bangun." ucapku membangunkan Farrel yang sedang tidur di kamarku karena kejadian tadi malam. Aku membangunkan dia jam 04.00 mengapa? Karena aku ingin dia belajar sebentar dengan lebih sungguh daripada tadi malam.
"Rel, bangun, belajar dulu yuk sebentar." ucapku menggoyang-goyangkan tubuhnya, namun sama saja, ndak ada tanggapan apapun darinya.
"Rel, ayo bangun. Kita belajar dulu." ucapku membuka selimut yang dia pakai. Kemudian dia membuka matanya dengan tatapan yang samar-samar.
"Apaan sih? Masih jam....masih jam 4 juga, ngapain bangun sepagi ini?" tanya Farrel sambil melihat jam dinding yang ada dikamarku.
"Belajar bentar. Kamu tadi malem belum paham apa-apa lho. Jangan salahin aku kalau nanti kamu ndak bisa ngerjain ya!" ucapku menuju meja belajarku,
Lalu ia bangun dari tidurnya dan mengucek-ucek matanya kemudian berjalan dengan terengah-engah ke meja belajarku.
"Kita belajar mulai dari awal, sosiologi." ucapku,
"Males banget." jawab Farrel sambil menindihkan kepalanya di kedua tangannya yang sudah ia tumpuk di meja belajar.
"Yaudah terserah, jangan salahin aku kalau nanti kamu ndak bisa." ucapku.
Kemudian Farrel mendekatkan wajahnya ke pundakku, "Lo rajin juga ya?"
"Ya gimana ndak rajin."
"Bayangin, jam 4 udah bangun."
"Ini hal biasa, udah ayo belajar!"Kemudian Farrel membuka buku sosiologinya dan kita pun belajar. Kita juga ndak lupa untuk mempelajari pelajaran matematika wajib, bahasa inggris, dan fisika. Hari ini memang banyak sekali mata pelajaran yang diujikan.
Saat kami berdua belajar, aku melihat Farrel dengan penuh seksama. Aku percaya, kali ini dia nampak lebih tampan daripada sebelumnya. Mengapa bisa begitu? Pagi ini dia belajar dengan sungguh-sungguh, membaca buku --yang dipelajari-- dengan gigih.
Aku suka kamu yang seperti ini.
Kemudian tak ku rasa, jam sudah menunjukkan pukul 05.30, beberapa jam lagi kita akan berangkat sekolah, namun Farrel ndak membawa seragamnya. Memang sih, tadi malam kan ndak ada rencana Farrel mau nginep di rumahku.
"Rel, udah jam setengah enam, kamu mau sarapan dulu disini apa pulang ganti baju dulu?" tanyaku sambil membereskan buku-buku.
"Gue pulang aja. Takut ngerepotin ibu lo, gue udah dikasih makan tadi malem, trus gue dikasih kesempatan nginep dirumah lo, kurang baik apa coba ibu lo sama gue?" ucap Farrel,
"Halah, aku sama ibuku ndak pernah ngerasa direpotin kamu. Yaudah, kalo gitu kamu pulang dulu aja, kalau mau sarapan disini ndak papa kok. Tinggal masuk aja." jawabku,
"Lo enak ya punya ibu yang care banget sama lo. Sedangkan gue?" ucap Farrel yang membuatku bingung,
Maksudnya apa dia berkata seperti itu? Apa ibu dari Farrel tidak se-perhatian ini? Aku bener-bener ndak paham.
"M--maksudnya?" tanyaku,
"Nanti pulang sekolah gue mau cerita sama lo."Aku hanya mengangguk kemudian aku tetap melihat wajah Farrel yang lesu, nampaknya Farrel sedang menyembunyikan sesuatu tentang ibunya. Kemudian aku keluar dan diikuti Farrel dari belakang, lalu aku menghampiri ibu yang sedang menyiapkan sarapan pagi ini.
"Bu, Farrel mau pulang." ucapku,
"Lho? Kok pulang? Ndak sarapan dulu disini?" tanya ibu,
"Gak usah tante. Makasih banyak." ucap Farrel mendekat ke arah ibu, aku lihat sorot matanya, nampaknya ia ingin meneteskan air mata namun ndak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yogyakarta
Fiksi RemajaJatuh cinta pada anak baru dan teman kelas sendiri dengan berbagai halangan dan rintangan. Dan disini adalah cerita yang semuanya mengenai Yogya. Kau tahu? Yogya itu indah dan istimewa. Lalu, bagaimana cara Raisya meneruskan rasa jatuh cinta pada te...