tujuh belas -- foto instagram

99 5 1
                                    

Sepulang dari keliling Yogyakarta bersama Farrel, hatiku nampaknya ada yang berbeda malam ini. Ada rasa yang ndak bisa aku jelaskan bagaimana rasanya, senang iya, gembira iya, dan masih banyak lagi. Dan, sosok Farrel selalu bisa membuatku menjadi orang yang ndak bisa mendeskripsikan perasaanku sendiri. Ia selalu menatapku dengan mata indahnya, wajahnya yang cukup sempurna yang membuat diri ini rupanya seperti bukan aku lagi. Ia membuatku tegang seharian.

Aku masuk ke dalam kamar dan ternyata Raskha sudah duduk di kasurku,

"Cie udah pulang?" tanya Raskha,

"Kamu mau ngapain di kamar mbak?" tanyaku sambil duduk di sebelahnya.

"Ndak usah ngalihin pembicaraan. Aku tanya mbak udah pulang?" tanya nya kembali,

"Kalau aku udah disini berarti tandanya aku udah pulang dong, Ras. Gimana sih?" aku tertawa,

"Iya, maksudku itu jam segini kok udah pulang? Ndak sampai malam jam 12 gitu sekalian?" tanya Raskha,

"Ras, mbak ini besok harus sekolah. Kalau pulang malam, bisa-bisa ibu marah dan mbak tidur di luar." jawabku,

Lalu aku menyambung omonganku, "Kamu udah mandi belum, Ras?"

"Udah dong. Lihat cantik kan Raskha?" ia mengibaskan rambutnya di depan kaca mickey mouse favoritnya,

"Kok masih bau, sih?"
"Hah? Emangnya iya mbak?"

Raskha mencium aroma tubuhnya mulai dari rambutnya, bajunya, dan seluruh badannya.

"Wangi gini kok bau sih, mbak?"
"Iya, bau kambing gitu lho, Ras!"
"Enak aja! Mbak yang bau kambing! Dari tadi belum mandi!"

Lalu aku tertawa sekencang mungkin, ya memang benar aku belum mandi. Mandi hanya tadi jam 10 saat mau jalan dengan Farrel.

"Yaudah, mbak mandi dulu. Kamu keluar sana, kerjain pr!" ucapku mengelus kepala Raskha,

"Yang wangi ya, nanti aku ke kamar mbak lagi!"

"Iya-iya bawel! Udah sana kerjain pr mu." aku mendorongnya pelan lalu mengeluarkannya dari pintu.

Hari ini cukup menguras tenaga yang banyak, aku belum mandi dan punggungku rupanya agak sedikit sakit. Karena ber-jam jam aku di motor Farrel yang ndak ada sendenannya. Ya, maksudku, semua motor memang tidak ada sendenannya. Lalu aku mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi, untung saja besok ndak ada pr. Jadi setelah mandi aku bisa menonton film, atau langsung merebahkan tubuhku di kasur.

***

Hari senin. Ya, seperti biasanya, aktivitas rutin yang dilakukan diseluruh sekolah, upacara. Sekolahku kalau upacara masuk jam 06.00 jadi aku berangkat dari rumah jam 05.45 karena rumahku memang sedikit jauh.

Aku berangkat hari ini bersama Pak Gundi --tetanggaku sebelah rumah-- karena antar jemputku lagi sakit. Ndak bisa ngantar hari ini. Sekitar 15 menit aku perjalanan menggunakan sepeda motor Pak Gundi yang sudah agak tua, aku sampai di sekolah.

"Pak Gundi, terima kasih yo? Maaf kalau Raisya ngerepotin. Abisnya antar jemput Raisya hari ini lagi sakit." ucapku,

"Oh nggeh, ndak papa mbak. Semangat nggeh mbak sekolahnya? Saya balik dulu." ucap Pak Gundi,

Lalu aku mengangguk dan melambaikan tanganku ke Pak Gundi. Setelah itu, aku masuk kedalam sekolah dan melewati koridor kelas lainnya untuk bisa masuk ke dalam kelasku.

Saat aku masuk kedalam kelas, tanganku langsung ditarik oleh Lira, ia lekas mengajakku untuk duduk di bangku bersama sebelum upacara mulai.

"Sini sini!" ucapnya,
"Eh, ada apa Ra?" (sambil Lira menarikku)

YogyakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang