enam belas -- yogyakarta

118 9 2
                                    

Keesokan harinya adalah hari minggu, senang rasanya semalam bisa jalan jalan bersama Farrel. Manusia yang selalu membuatku terjebak dalam rayuan gombalnya. Masih ingat? Aku hari ini udah janjian sama Farrel mau keliling Yogyakarta, daerah kelahiranku yang sangat istimewa ini. Istimewa daerahnya, istimewa juga orang-orangnya.

Wajar saja Farrel mau mengajakku keliling, dia orang Yogyakarta. Belum sepenuhnya tau tentang Yogyakarta. Jadi ceritanya hari ini aku akan menjadi tour guide Farrel. Seharian. Iya. Hari minggu ini aku habiskan bersama Farrel di kota Yogyakarta.

Aku memilih baju yang simple hari ini, kaos hitam, jaket denim, celana ripped jeans favoritku, dan sepatu old skool vans pemberian ibu saat aku ulang tahun ke 17 kemarin. Aku juga menghampiri ibu yang lagi lagi kerjaannya hanya membuat kue kering di dapur kesayangannya.

"Ibu..." ucapku seperti minta sesuatu,

"Kenapa? Kok tumben manggilnya pake nada kayak mau minta sesuatu gitu?" jawab ibu,

Aku tersenyum kecil sambil berdiri di sebelah ibu, "Hehehe, Raisya suka deh kalo ibu peka kayak gini."

Ibu berdecak pelan, "Mau apa?"

"Izin, bu."
"Izin? Mau kemana?"
"Keliling Yogya sama Farrel."

Lalu ibu sejenak memberhentikan mixer nya dan meletakkan semua peralatannya, seperti balon whisk, mixer, mangkok, sendok dan lainnya.

"Bagus. Ibu setuju." tetiba ibu menjawab seperti itu, aku kira ibu melarangku keliling Yogya bersama Farrel hari ini.

"Kok setuju?"
"Apapun tentang kamu dan Farrel ibu setuju."

Direstuin nih bu?

Aku tersenyum kecil, "Ibu bisa aja."

Memang, ibu selalu senang tentang diriku dan Farrel. Ibu juga semakin senang apalagi aku dan Farrel jalan berdua.

"Yaudah bu, Raisya tunggu Farrel didepan yo!" aku mencium punggung tangan ibu,

"Iyo nduk. Ibu ndak keluar yo? Masih bikin pesanan, repot banget."

"Iya bu ndak papa. Raisya pergi dulu ya bu, dah!" aku melambaikan tangan ke ibu lalu aku duduk di teras sambil menunggu kedatangan Farrel dengan motor ninja berwarna merah itu.

Sekitar 5-7 menit aku menunggu Farrel, nyatanya dia datang tepat waktu. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10.00 dan memang benar, janjiannya memang jam segitu, right?

"Aku tepat waktu kan?" ucapnya diatas sepeda motor sambil melepas helm,

Aku mengangguk.

Farrel menyengirkan bibirnya, "Lo beruntung bisa deket sama cowo yang kalo mau jalan bisa tepat waktu, biasanya lainnya ngaret kan?"

Aku mengangguk.

Farrel berdecak kesal, "Kok ngangguk doang sih? Jawab kek, iya, atau apa gitu? Cuek amat jadi cewek."

"Iya." jawabku,
"Cuma iya doang?"
"Tadi katanya disuruh jawab iya kek atau apa gitu, yaudah."
"Ck." Farrel berdecak.

"Rel kamu tau ndak, kamu banyak omong." ucapku spontan,

"Eits? Maksud lo?"
"Udah ayo berangkat. Mau keliling Yogya ndak?"
"Ayo. Tapi--"
"Apalagi?"
"Ibumu?"
"Ibu lagi bikin kue kering. Tadi katanya ibu ndak bisa keluar, repot."
"Oh oke--let's go!"

Aku menaiki motornya, lalu Farrel menancapkan gas nya yang membuat motor ninja nya itu melaju dengan sangat cepat. Beruntung, hari ini cuaca Yogya tidak sepanas biasanya, agak mendung.

YogyakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang