Candi borobudur. Ya, itu adalah salah satu kunjungan wisata yang paling pertama kita kunjungi. Kami semua diberi waktu sekitar 2 jam untuk mengamati, berfoto, mencatat sejarah di candi borobudur ini. Masih ingat? Aku dan Farrel satu kelompok. Jadi jelas saja, aku kemana mana selalu berdua dengan Farrel.
"Kamu tulis nih yang tadi udah di kasih tau sama Pak Wiryo!" ucapku. Pak Wiryo adalah salah satu tour guide yang mengarahkan kelasku selama ada di candi borobudur ini.
"Gak. Lo aja. Gue males."
"Dih? Aku bilangin Bu Riska, yo?"
"Kenapa sih? Ember banget tuh mulut."
"Biarin aja. Biar kamu ndak dapet nilai, trus kamu dimarahin tru...." ucapanku dipotong oleh Farrel yang tiba tiba menutup mulutku."Ngeselin. Yaudah sini, gue tulis." balasnya, untung saja dia mau. Kerjaanku adalah untuk mem-publikasi study tour ini.
"Sya!" panggilnya,
"Ya?"
"Ayo foto." ucap Farrel. Lagi lagi dia mau buat gosip."Ndak. Mau buat Clara marah lagi?"
"Lo lupa? Clara kan udah gue omongin pas itu, Sya. Lagian, tugas kita kan harus ada foto kita? Gimana sih lo?"
Aku menggaruk garuk rambut yang sebenarnya ndak gatal.
"Satu foto aja."
"Dua kali. Biar banyak buat tugasnya nanti."
"Satu."
"Dua!"
"Yaudah iya!" aku menghentakkan kakiku. Kemudian, Farrel mulai memegang pundakku dan mengadahkan tangannya keatas sambil membuka kamera handphonenya.
"Ndak usah dirangkul juga akunya."
"Gapapa. Biar gak ilang."
"Ndak! Apaan toh!"
"Yaudah enggak."Kemudian kita berfoto. Sesuai dengan janjinya, kita berfoto sebanyak dua kali. "Kurang bagus ah, hasilnya!"
"Duh kamu tuh ribet banget sih, Rel? Udah ah, udah disuruh kesana sama Pak Wiryo!"
Kemudian aku berjalan lalu tangan kiriku dipegang oleh Farrel, "Gue gak digandeng?"
"NGAPAIN?! Udah, ndak usah lebay."
Aku dan Farrel serta teman teman lainnya mengikuti langkah Pak Wiryo dari belakang sesuai dengan kelompok kita masing masing. Tentu saja, Clara masih melihat ke arahku dengan mata yang cukup sinis.
Akhirnya setelah 2 jam, kunjungan kita ke candi borobudur telah selesai. Aku dan Lira memberhentikan perjalananku sebentar disebuah toko minuman. Aku membeli minuman air putih dingin, begitu juga dengan Lira.
"Gimana tadi?" tanya Lira,
"Apanya gimana?"
"Duh ndak usah pura pura ndak ngerti deh, Sya!"
"Gimana toh? Aku ini beneran ndak ngerti. Aneh kamu."
"Ya tadi, sama Farrel. Aku lihat tadi kamu foto-foto ya sama dia?"
"Ya... gimana? Itu kan buat tugas. Ndak ada maksud yang lain."
Lira tertawa kecil, "Hati-hati suka ya."
Aku menyenggol tubuh Lira pelan, "Ngomong apa toh, kamu?" kemudian Lira tertawa.
Sekarang adalah saatnya kita untuk kembali ke bis dan berhenti sebentar di sebuah restoran makanan. Jelas saja aku sudah hafal dengan restoran tersebut, ini masih di Yogya dan aku adalah orang asli Yogya. Mana bisa aku ndak tau semua tentang Yogya?
Setelah kembali ke restoran, kami kembali ke villa di Yogya yang sudah disewa tiga hari untuk study tour ini. Villa nya cukup jauh dengan rumahku.
Saat di villa, aku menurunkan barang yang sudah aku bawa. Aku hanya membawa dua tas saja. Satu tas untuk berpergian santai, dan satu tas untuk baju-bajuku. Aku masuk ke kamar bersama Lira, satu kamar terdiri dari 3 orang. Aku memilih teman kamarku adalah Lira dan Diana. Kalau nanya Clara, ya jelas sudah sama Viola.
"Sya, aku tidur diatas yo? Aku ndak biasa tidur dibawah." ucap Diana,
"Oh iya, ndak papa Na. Biar aku dibawah sama Lira."
Kemudian 2 jam setelahnya adalah waktu santai untuk kami semua, istilahnya adalah coffee break. Ada yang berfoto foto, ada yang bercerita, dan masih banyak lagi. Tak kusangka, ternyata Clara datang menghampiriku,
"Heh! Kamu itu ndak usah ambil kesempatan yo! Mentang mentang satu kelompok lagi sama Farrel, dan mentang mentang Farrel udah marahin aku kamu bisa jadi seenaknya! Lihat aja pembalasanku besok!" ucapnya,
"Hah? Maksudnya? Aku itu ndak pernah sama sekali punya niat ambil kesempatan dalam kesempitan, Clar! Berhenti nuduh aku kayak gini!"
"Alasan. Udah yo, kita sekarang ndak ada lagi yang namanya sahabat." kemudian Clara meninggalkanku, entah apa yang dimaksud oleh Clara berkata seperti itu. Semakin Farrel memberitahu dan memarahinya, sikap Clara semakin menjadi jadi.
"Udah, Clara itu emang judes orangnya. Sabar aja yo, Sya? Kan masih ada aku." ucap Lira yang membuatku tersenyum kembali.
***
Malam telah tiba, jam menunjukkan pukul 11.30. Tadi ada pengarahan sedikit di aula villa tentang kunjungan wisata besok.
Diana sudah tidur, tampaknya dia sangat kelelahan. Namun Lira, belum. Lira ini orangnya kalau pergi sama aku, ndak mau tidur kalau aku belum tidur.
"Kok belum tidur sih, Ra?"
"Kamu sendiri kenapa belum? Nunggu di ucapin good night sama Farrel?"
"Hih apasih! Udah ah, yuk tidur!"
Kemudian saat aku mencoba memejamkan mata, handphone ku berbunyi.
📜 One message from FarrelNgapain malem malem whatsapp? Kayak kurang kerjaan aja.
Farrel
Hai. Udah tidur belum?
Good night ya, Sya!
Siapin diri buat besok kita kerja keras lagi di kunjungan wisata ke dua.Me
✅✅Udah ini. Tapi kamu ganggu jadi melek lagi.
✅✅Iya makasih. Selamat malam juga.Farrel
Lo gak bisa apa jawabnya pake bahasa inggris juga? Norak amat.Me
✅✅Intinya sama.Farrel
Duh ngeselin.
Liat aja ya besok.Me
✅✅Besok aku mau cerita ke kamu.Farrel
Tentang?Me
✅✅Rahasia. Kalau aku jawab sekarang nanti kamu ndak kaget.Farrel
Emang ya, anak cewek.
Sukanya rahasia rahasiaan.Me
✅✅Udah! Tidur.
Nanti kamarmu dicek Pak Bondan lho!Farrel
Ya lo juga tidur.
Ntar kamar lo dicek Bu HanaMe
✅✅Oke.Tak kusangka, selama aku chattingan bersama Farrel, mulutku ini rasanya ingin senyum terus. Mengapa ya?
"Hayo! Belum tidur! Habis chattingan?" tiba tiba Lira terbangun,
"Ndak! Tadi ibu nelfon sebentar, udah yuk tidur lagi."
Kalau aku jujur sama Lira, bisa bisa Diana ikut terbangun karena pasti Lira cie cie in aku. Terpaksa bohong deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yogyakarta
Novela JuvenilJatuh cinta pada anak baru dan teman kelas sendiri dengan berbagai halangan dan rintangan. Dan disini adalah cerita yang semuanya mengenai Yogya. Kau tahu? Yogya itu indah dan istimewa. Lalu, bagaimana cara Raisya meneruskan rasa jatuh cinta pada te...