dua -- anak baru

278 13 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana anak baru akan memasuki kelas 11 Mipa 5 untuk yang pertama kalinya. Yang perempuan berharap supaya anak baru tersebut adalah laki laki, yang laki laki berharap supaya anak baru tersebut adalah perempuan.

"Laki apa perempuan ya? Masih penasaran aku."

"Perempuan aja deh."

"Ndak. Laki laki aja. Laki laki di kelas ini mbosenin semua."

Begitulah ucapan debat anak laki dan perempuan di kelasku. Kemudian, Bu Hana masuk dengan membawa tas favoritnya, berwarna coklat tua.

"Pagi, anak anak!"

Teman-teman tidak menjawab salam Bu Hana, tampaknya semua bingung dimana anak barunya.

"Anak baru nya dimana, Bu?"

"Ibu bohong ya?"

"Ibu ngerjain kita ya?"

"Ssttt. Ndak bisa diem apa ya? Ibu belum jelasin. Dan kalian juga belum jawab salam ibu."

Sontak semua anak menjawab, "Pagi bu!"

"Anak baru nya akan datang sejam lagi. Kalian ndak usah khawatir, anak baru nya jadi masuk dikelas ini kok." ucap Bu Hana,

"Saya khawatir bu!" ucap Viola, salah satu anak perempuan yang lebay, alay pakai plus plus.

"Kenapa, Viola?"

"Khawatir, kalau anak baru nya perempuan, nanti lebih cantik dari saya gimana? kalau laki-laki trus wajahnya mbosenin kayak laki-laki dikelas ini gimana, bu?" ucapnya membuat seluruh anak kelas 11 Mipa 5 ricuh.

Bu Hana tertawa, "Viola, Viola. Sudah sudah, nanti kalian bisa lihat sendiri anak baru nya. Sekarang kita masuk ke pelajaran dan buka bab ke 7."

Semuanya mulai mengeluarkan buku dan kita memulai pelajaran matematika dengan Bu Hana. Aku cukup menyukai matematika. Tapi kalau fisika, aku angkat tangan.

Satu jam kemudian, ada seorang laki laki cukup tampan, tinggi, memakai jam tangan hitam di tangan kanannya, memasukan tangannya ke dalam saku celana, menyangklong tasnya hanya di bagian pundak sebelah kiri, dan bajunya lumayan tidak rapi memasuki sudut pintu kelas 11 Mipa 5.

Semua anak perempuan tertuju pada laki laki tersebut dan mulai gosip sana sini. Laki laki itu berkata, "Selamat pagi, Bu."

"Oh iya! Silahkan masuk!" ucap Bu Hana mempersilahkan.

"Itu anak baru nya? Ganteng banget!"

"Sya, sya! Lihat itu ganteng banget!" ucap Clara,

"Kok laki laki sih? Kenapa ndak perempuan? Kecewa diri ku."

"Anak anak, minta perhatiannya sebentar. Ini anak baru yang ibu ceritakan ke kalian."

Anak laki itu tersenyum dan membuat perempuan perempuan meleleh.

"Nak, perkenalkan diri kamu."

Laki itu maju 2 langkah, "Kenalin. Gue Farrel Raihansyah. Lo semua bisa panggil gue Farrel. Gue pindahan dari Jakarta. Gue seneng bisa ketemu lo semua disini."

"Baik, Farrel. Silahkan duduk di bangku kosong." Lalu Farrel melangkahkan kakinya dan duduk bersama Reno.

Lalu Asya, pacar Reno berkata "Yaampun! Ganteng banget!"

"Pinter kamu sekarang. Aku pacarmu sendiri ndak kamu anggap. Kamu mau putus sekarang?" ucap Reno yang membuat Farrel dan anak lainnya tertawa.

"Baik. Kita lanjut ke pelajaran matematika." Bu Hana kembali menerangkan. Namun tidak ada satupun yang memperhatikannya, semua mata hanya tertuju pada wajah Farrel yang cukup tampan itu.

"Sya! Duh ganteng banget ya?" ucap Clara,

"Ndak, biasa aja."

"Ih kok biasa aja! Jarang-jarang tau, kita kedapetan anak baru yang ganteng gini!"

"Clar, udah perhatiin dulu Bu Hana. Nanti waktu ujian kamu ndak bisa lho." jawab Lira yang rupanya sudah mulai muak dengan Clara.

Clara menatap Lira sinis dan penuh wajah sebal. Lira membisikanku sesuatu, "Clara kayak ndak pernah lihat orang ganteng aja ya, Sya?" itu membuatku tertawa.

2 jam kemudian, pelajaran Bu Hana selesai. Bu Hana meninggalkan ruangan dan tentunya, semua perempuan menghampiri meja Reno dan Farrel.

"Farrel! Kenalin aku Viola."

"Farrel, farrel! Foto dulu yuk!"

"Farrel! Nama aku Clara, salam kenal ya?"

"Farrel, ke kantin yuk?"

"Farrel, kok kamu pindah Yogya? Orang tua kamu kerja di Yogya?"

Namun, sikap Farrel hanya biasa saja. Aku melihat Farrel nampaknya dia adalah laki-laki dingin.

"Sya, kok anak-anak bisa fanatik gitu ya sama Farrel? Padahal menurutku Farrel biasa biasa aja." ucap Lira dan aku mengangguk sambil melihat sikap Clara yang begitu lebay.

Ya. Benar. Hanya aku dan Lira perempuan yang masih duduk di bangku kita tanpa mengumpul ke meja Farrel.

"Rel, ngantin yuk?"

Farrel menjawab, "Gak. Makasih."

"Trus trus, kamu mau kemana Rel?"

"Permisi ya. Gue mau ke kantin sendirian." lalu Farrel beranjak dari kursinya dan keluar menuju ke kantin.

Kemudian Clara kembali duduk didepanku, "Duh! Farrel dingin banget sih sikapnya!"

"Lah emang kenapa, Clar?" tanyaku,

"Aku itu jatuh cinta pandangan pertama sama Farrel. Buka mata kalian dong, Farrel itu ganteng. Masa kalian gak cinta?"

"Cinta bukan dipandang dari fisiknya. Tapi dari sikap dan hatinya." ucapku.

Lalu Lira menyaut, "Clar, Sya! Ke perpustakaan yuk! Pengen nyari novel nih."

"Ayo!" jawabku,

"Ndak ikut." Clara menjawab,

"Kenapa?"

"Bosen. Di perpustakaan cuma gitu gitu aja. Ndak ada pemandangan lain, cuma buku buku. Bosen." jawabnya,

"Kalau disini emang ada apanya?" tanyaku ke Clara,

"Ada Farrel." Clara memeletkan lidahnya ke arahku,

Lira menyaut lagi, "Dih apa sih! Udah udah, ndak usah direken lagi si Clara."

"Iya, terobsesi sama Farrel." sambungku,

"Biarin aja." jawab Clara.

Lalu aku tidak mempedulikan Clara, aku dan Lira tetap keluar dari kelas ku dan berjalan ke perpustakaan yang ada di lantai 2.

YogyakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang