sepuluh -- malioboro

118 12 3
                                    

Malioboro. Ya, hari ini adalah hari terakhir bagi kelasku untuk melakukan study tour. Tapi di kunjungan wisata kali ini berbeda dengan sebelumnya, yang sebelumnya harus membuat laporan dan harus mencatat. Sedangkan ini, kita hanya perlu mem--foto bagian bagian Malioboro yang kita kunjungi dan kita per--kelompok diberi waktu 2 jam untuk muter-muter daerah Malioboro.

Kita bebas jika ingin beli kaos, sandal, apapun yang ada di daerah Malioboro. Konon katanya, Jogja itu istimewa. Apalagi bagian Malioboro nya, banyak orang yang berpacaran duduk duduk di bangku Malioboro.

"Sya, mau kemana?" tanya Farrel,
"Kemana aja. Terserah kamu."

"Dih, gue belum tau daerah sini. Ajakin gue kek kemana gitu?"

"Kemana ya? Kamu mau beli kaos khas Yogya ndak?"

"Boleh."
"Disitu tempatnya. Langgananku." aku menunjuk tempat jual kaos batik khas Yogyakarta.

Kemudian aku berjalan menuju toko tersebut dan menyapa penjualnya, "Pak Andi! Apa kabar pak?"

"Eh mbak cantik, baik mbak. Mbak apa kabar? Kok jarang ke Malioboro sekarang? Jarang lihat!" jawabnya,

"Hehehe, iya pak. Lagi sibuk sekolah." jawabku,

"Oalah, iya mbak. Ngomong-ngomong ini pacarnya mbak? Ganteng banget. Sekali ke Malioboro eh kok udah punya pacar toh mbak?" ucap Pak Andi,

"Hah? E---bukan pacar saya pak! Temen aja, kebetulan sekelompok. Lagi ada study tour soalnya." jawabku sambil menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya ndak gatal.

"Aminin aja pak, siapa tau beneran jadi pacarnya." ucap Farrel,

Maksud Farrel apa sih tiba tiba ngomong kayak gini? Di depan Pak Andi pula.

"Siap, mas! Saya aminin sekarang juga." jawab Pak Andi,

"Aduh, udah-udah. Kamu cepetan pilih-pilih kaos nya! Ini tuh kaos nya bagus kalo beli di Pak Andi, dijamin ndak nyesel lho, Rel!"

Kemudian Farrel memilih kaos batik yang semuanya bernuansa hitam. Ya, Farrel itu orangnya suka warna hitam. Jadi apa-apa harus hitam.

Setelah memilih kaos batik khas Yogyakarta, akhirnya Farrel membayar kaos tersebut kemudian aku melanjutkan perjalananku lagi bersama Farrel di daerah Malioboro.

"Kemana lagi?" tanya nya,
"Kamu mau kemana?"
"Ada yang jual makanan gak sih sekitar sini?"
"Ada. Kamu mau ice cream?"
"Boleh."

Akhirnya aku dan Farrel menuju toko ice cream didekat Malioboro. Aku segera memilih ice cream favoritku, rasa strawberry sedangkan Farrel memilih rasa coklat.

Kemudian setelah membeli, aku berjalan kembali untuk duduk duduk di kursi Malioboro sambil mendengarkan alunan musik dan melihat indahnya Yogya pada malam hari.

"Di Yogya enak banget ya kalo malem-malem gini? Apalagi ke Malioboro?" ucap Farrel,

"Emang. Dulu, aku sering sama bapak kesini malem-malem. Cuma gara gara bapak sekarang sibuk kerja, jadinya jarang."

"Emang, bapak lo kerja dimana?"
"Di solo."
"Oh... btw Sya."
"Ya?"
"Lo cantik deh malem ini."

Sya, please ndak boleh deg-degan, nge-fly dan semacamnya.

"Maksudnya?"
"Ya lo cantik. Gue beruntung deh satu kelompok terus sama lo."
"Kenapa gitu?"
"Lo orangnya asik. Trus enak kalo dibuat ngobrol. Ada tambahannya lagi."
"Apa?"
"Cantik."

Aku terdiam sejenak.

"M--makasih."

Kemudian kita berdua hening, ndak ada satupun yang ngajak ngobrol. Sibuk dengan ice cream nya masing-masing.

YogyakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang