Jeonghan ft Dino (1)

601 49 3
                                    



****

Ting Tong!

"Noona!" Jun membukakan pintu dorm Seventeen, tepat saat aku akan menekan tombol bel yang ke dua kalinya. Aku tersenyum membalas panggilanya.

"Jeonghan sudah bangun?" Jun mempersilahkanku masuk kedalam dan aku mengikutinya.

"Belum. Seventeen dapat jatah satu minggu setelah Japan tour"

"Ah, pantas. Ah, bukankah kau tidak kembali ke Korea setelah tour di Jepang?" Aku mengikuti Jun duduk di ruang tamu.

"Eo. Aku dan Shua Hyung pulang ke kampung halaman. Tapi aku baru saja sampai di dorm. Tidak lama setelah itu kau datang" Aku manggut-manggut.

"Terimakasih sudah membukakan pintu. Aku akan membangunkan Jeonghan. Kau bisa beristirahat lagi. Ah ya! Ini kubawakan makanan untuk kalian" kataku. Aku beranjak dari ruang tamu setelah mengobrol dengan Jun lebih dari 10 menit, Jun mengangguk. Tak lupa aku mengingatkan Jun untuk memanggil member lain untuk sarapan. Sejujurnya ini sudah terlalu siang untuk disebut sarapan.

Aku memasuki kamar Jeonghan. Dengkuran terdengar saat aku mendekat kearahnya. Ia terlihat lelah,warna rambutnya berubah menjadi silver, terakhir kami bertemu warna rambutnya masih pirang. Aku mengelus lembut rambutnya, tersenyum melihat wajah tanpa make upnya.

"Jeonghan-a" aku berbisik membangunkanya. Katanya semalam ingin bertemu denganku, karena ada suatu hal yang ingin dibicarakan. Karena aku juga tidak banyak pekerjaan aku langsung pergi ke dorm, daripada harus bertemu diluar nanti terciduk oleh dispacth, berabe.

Jeonghan masih diam tak. Aku memanggilnya berkali-kali, mengusak-usak rambutnya tapi dia nggak bangun. Aku menciumi seluruh wajahnya—berkali-kali.

Aku tertawa saat Jeonghan merengek memintaku untuk berhenti. "Aku jarang melakukan ini" Jeonghan menariku, sekarang posisiku berbaring diatasnya. "YA! Bagaimana jika mereka lihat"

"Biarin" Ia memeluku erat. Suara deguban jantungnya masih sama saat ia denganku. Aku tersenyum dan menyandarkan kepalaku didadanya. "Kenapa kesini? bukankah kita akan bertemu diluar?" lanjutnya.

"Nggak mau diluar. Aku terlanjur kangen. Kita udah sebulan lebih nggak ketemu" Aku merengek, Jeonghan tertawa.

Jeonghan mengangkat wajahku dengan kedua tanganya agar dia bisa menatapku. Kami tersenyum. Jeonghan menaikan sedikit wajahnya dan mencium bibirku. Dia bangun tidur, belum sikat gigi—







Tapi aku tetap menikmati ciumanya.

"Jeonghan Hyung, ayo kita—" Aku yang sedang asyik melumat bibirnya terkejut saat seseorang memasuki kamar Jeonghan.

"YA! Biasakan mengetuk pintu" Jeonghan memarahi seseorang yang mengganggu aktivitas kami. Aku malu, sungguh.

"Ma-maafkan aku. I-itu member mengajak untuk makan siang bersama. Hyena Noona yang membawakan" Dia, Soonyoung yang memergoki kami berciuman.

"Arraseo. Keluarlah kau membuat kekasihku malu" Soonyoung terbahak.

"Hyena Noona agresif juga ternya—" Aku melempar bantal kearah Soonyoung, tapi dia dengan gesit menghindari lemparan bantalku. Sedangkan Jeonghan hanya tertawa.

"Cepat kita bicarakan apa yang ingin kau bicarakan. Habis ini aku langsung pulang"

"Euuuung~~ disini dulu. Ayo kita lanjutkan yang tadi" Jeonghan memajukan kepalanya lagi untuk mencium bibirku. Tapi aku segera memalingkan wajahku, bangkit dari atas tubuh Jeonghan. Kita memang sudah terbiasa seperti ini mengingat usia kami sudah dewasa. Hanya tidur seperti ini, berciuman. Tidak lebih. Tapi Jeonghan itu laki-laki normal, terkadang dia hampir kelepasan untuk bertindak lebih jauh.

"Jeonghan-a" Kali ini aku yang merajuk.

Jeonghan menyenderkan tubuhnya ditembok kamarnya. "Satu kali dulu. Kita bicara diluar"





Dan detik selanjutnya Jeonghan sudah menariku kepangkuanya, melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda karena kepergok Soonyoung.

****

"Eung, jadi begini—" Aku tidak tahu apa yang akan dibicaran Jeonghan, karena dia terlihat canggung. Aku menatapnya. Kami sekarang berada diruang tamu dorm Seventeen. Bertiga dengan Chan yang memainkan ponselnya.

"Adik perempuanku, dia kan akan masuk kuliah tahun ini, dia sudah mendaftar di Universitas Seoul"

Aku melirik Chan yang ada disofa tunggal, sedangakan aku dan Jeonghan duduk di sofa yang cukup untuk berdua.

"Eung bolehkah dia menginap ditempatmu? Maksudku, kan kau tinggal sendirian di rumah yang cukup besar. Eung—"

Benar, aku tinggal sendirian di perumahan dibelakang gedung Pledis. Aku punya 1 kakak perempuan yang ikut orang tuaku di Eropa. Jadi aku sendirian dirumah.

"Untuk masalah listrik atau belanja keperluan rumah biar aku saja" Aku melirik Chan yang menatapku dengan mata berbinarnya. "Aku sudah meminta ijin pada orangtuamu, dan mereka memperbolehkanya"

"Jinjja?" Jeonghan mengangguk lucu.

"Kalau tidak boleh tidak apa-apa. Aku hanya ingin mengurangi biaya sewa apartemen, tapi mungkin aku akan mencarikan kost yang murah untuknya disekitar –"

"Oke! Joha. Adikmu itu sudah lama dekat denganku, jadi dia boleh menginap ditempatku. Agar aku tidak kesepian" Jeonghan menatapku tak percaya.

"Jinjja?" Aku tersenyum dan mencubit pipinya gemas. "Aku akan kekamar mengambil ponsel untuk memberitahu Haera dan orangtuaku" Jeonghan beranjak meninggalkanku dan Chan.



"Ya Chan-ah. Kau bahagia kan?"









Dan Chan tersenyum malu-malu



****

DATING WITH SEVENTEEN (95L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang