Seungcheol

463 32 0
                                    



Aku merintih kesakitan saat kurasa perutku diremas dari dalam.

Sakit, sangat sakit.

"Sayang, kumohon bertahanlah" Gumamku sambil mengusap lembut perut buncitku.

Aku memilih menjauh dari hiruk pikuk ibu kota, kembali ke kampung halamanku -Daegu-. Meninggalkan Seungcheol dan meninggalkan cafe.

Sekarang ini aku sedang berada di depan toko bunga yang tidak jauh dari rumah. Ini pertama kalinya aku keluar rumah setelah berbulan-bulan mendekam didalam rumah, karena aku malu terlihat hamil tanpa adanya sosok suami disisiku.

"Agassi?" Aku mendongkak menatap sesosok wanita paruh baya dihadapanku. Pandanganku sudah tidak jelas lagi, buram. "Astaga! Kang Hanbyeol? Ada darah di kakimu" Aku tidak tau siapa Ajjuma itu karena setelah beliau bilang ada darah mengalir dikakiku, aku pingsan.

****

"Anak siapa ini, Hanbyeol-a?" Baru saja aku mengerjapkan mataku, sudah di tanyai macam-macam. Bahkan yang menanyaiku pun aku tak tau siapa, tunggu ini---

"Eommoni?" Ibu Seungcheol!.

"Anak siapa yang kau kandung?" Tatapanya tajam. "Anak Seungcheol?" Aku diam tidak menjawab pertanyaan beliau. "Seungcheol-ie dia selalu menelponku dan bertanya 'Eomma, apakah kau bertemu dengan Hanbyeol? Dia sedang mengandung anakku'. Aku nggak nyangka kalau aku memiliki putra sebrengsek itu. Berani menghamili anak orang, tapi tidak mau bertanggung jawab atas---"

"Dia bertanggung jawab, tapi saya tidak mau. Eommoni tau kalau dia itu seorang pemimpin di grupnya. Aku, hanya tidak bisa" Nyonya Choi menghela napas. Aku memandang wajahnya yang terlihat habis menangis. "Dimana anakku?" Aku mengelus perutku yang terlihat datar.

"Hanbyeol-a, anakmu sudah tidak bisa selamat lagi" Aku menangis dan menggeleng. "Kamu sudah tidak sadarkan diri empat hari ini, dan anakmu sudah tidak bisa diselamatkan lagi" Nyonya Choi menangis.

Kami berdua berpelukan. Ternyata nyonya Choi sangat bahagia mendengar aku hamil, terlepas itu hasil dari luar pernikahan. Tapi nyatanya? Bahkan dia sudah pergi saat usianya sudah menginjak bulan ke enam.

"Halo" Nyonya Choi memandangku, bibirnya memberi isyarat kalau Seungcheol menelpon. Beliau mengubah panggilannya jadi mode speaker.

"Eomma sudah bertemu dengan Hanbyeol?"

"Hng? Su" Aku menggeleng, memberi isyarat buat nggak bilang kalau beliau lagi sama aku.

"Su? Sudah? Eomma sudah bertemu sama Hanbyeol?"

"Ani, ajig" aku menghela napas lega karena nyonya Choi mau bekerja sama denganku. Setelah ngobrol dikit, nyonya Choi memutuskan panggilan.

"Hanbyeol, kau ingin kembali pada Seungcheol tidak?"

"Ne? S-saya bahkan tidak memutuskanya, Eommoni. Saya pergi hanya tak ingin menjadi beban buat Seungcheol. Saya juga udah janji sama dia bakal kembali kalau anaknya udah lahir" Nyonya Choi ngangguk aja.

****

Hari ini Seventeen mulai ngadain konser pembuka buat tour dunia mereka.

Aku udah balik ke Seoul setelah lebih kurang satu bulan istirahat, setelah keguguran. Belakangan milih tidur di cafe, sempat nggak dapet ijin dari Minwoo karena kita juga bertengkar terlebih dahulu. Dan akhirnya dia memperbolehkanku tidur di cafe, denganya. Karena dia lagi marahan sama Joshua.

Aku buka-buka twitterku, hastag tour Seventeen ode to you sedang tranding di seluruh dunia. Tertawa lihat tingkah member, ikut menangis saat Seungcheol menangis. Bahkan yang sedang heboh earphone yang dia pakai. Anjing hitam yang menandakan depresi. Waktu ngomong tadi Seungcheol juga bilang kalau dia banyak pikiran akhir-akhir ini.

Semoga aku bukan jadi alasan dia seperti ini, toh waktu mereka di undang kemana-mana Seungcheol terlihat baik-baik saja.


Dan sudah kuputuskan buat datang ke konser hari ke tiga.

****


Mingyu 🐶
Hei, bisa tolong aku?

Byeol-ie Noona
Noona!!
Kenapa kau baru muncul?
Oh! Ya mau minta tolong apa?

Mingyu 🐶
Sudah di dorm? Boleh minta tolong bukakan pintu? Aku ingin bertemu dengan Seungcheol.


Byeol-ie Noona
Sangat boleh!

Mingyu 🐶
Terimakasih aku sudah didepan



Aku tersenyum saat seseorang membukakan pintu untuku. Mingyu.


"Noona kemana saja berbulan-bulan ini? Nggak tau ya Hyung sampe stres?"

Aku cuman senyum nanggepi omongan Mingyu. Dorm sudah sepi karena ini udah hampir dini hari.

"Maaf mengganggumu, Mingyu-ya"

"Tak apa. Aku juga terbangun tadi. Lelah sekali konser tiga hari berturut-turut" Aku mengangguk. "Ah Noona. Aku akan langsung ke kamar. Noona langsung saja masuk ke kamar Hyung" Kata Mingyu berbisik. Tidak ingin mengganggu Wonwoo yang sudah terlelap di ruang tamu ---karena kasurnya berada di luar kamar.


Aku mengangguk. Berjalan menuju kamar Seungcheol, membuka pelan pintu kamarnya.


Gelap.

Mendekat perlahan kearah ranjang. Tersenyum kecil saat mendapati Seungcheol tidur dengan nyenyak, tapi kerutan dikeningnya juga terlihat. Seperti sedang memikirkan sesuatu dalam tidurnya.


Aku mengelus lembut kening Seungcheol, mengecup keningnya agak lama, dan merasakan bulu mata di daguku bergerak pelan.


"Nugu?" tanyanya serak.

"Hei, ini aku" Seungcheol terbelalak.

"Hanbyeol? Ha-Hanbyeol-a" Aku terkekeh langsung memeluknya. Seungcheol membalas pelukanku erat. Sangat erat, dan meletakan wajahnya di leherku. Dia menangis.


"Hei, tidak apa-apa. Kau sudah melakukan yang terbaik untuk fansmu" Aku menepuk punggungnya. Teringat dua hari yang lalu dia menangis saat konser.

"Aku merindukanmu. Bukan cuman memikirkan apakah Carat akan puas dengan comeback kami, tapi aku juga memikirkanmu! Memikirkan anak kita, Hanbyeol-a"


Aku terdiam. Masih mengelus punggung Seungcheol dengan lembut. Membiarkan dia menangis di leherku.


"Seungcheol-a, maaf tidak bisa menjaga anakmu. Aku keguguran sebulan yang lalu"

****

Earphone scoups, semoga dia nggak papa dan dia nggak ada masud buat pake earphone gambar anjing hitam. Semoga semua baik-baik aja.




DATING WITH SEVENTEEN (95L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang