Yoon Jeonghan

1K 61 2
                                    



♡♡♡♡

Taman kelinci.

Ini sudah 5 jam semenjak aku termenung disini.

Awalnya aku tak mengerti apa itu taman kelinci.

"Jeonghan-ie hyung jarang pergi keluar dorm." Kata Vernon

"Tidak, Jeonghan Hyung pernah bercerita padaku bahwa ada sebuah taman dan ada banyak kelinci. Taman Kelinci. Awalnya aku tak percaya, tapi setelah Hyung mengajaku keluar dan benar-benar banyak sekali kelinci di taman itu."

"Benakah?." Seungkwan yang menceritakanya pun mengangguk membenarkan

Katanya, kalau aku merindukanya, aku tinggal pergi ke taman kelinci. Aku merindukanya. Kita sudah tidak bertemu selama berbulan-bulan, karena kesibukannya yang menjadi publik figur itu.

Sangat sulit bagimu ketika kau memiliki kekasih seorang idol dan dipastikan kalian tak sebebas pasangan kekasih yang lainya.

Hhhh.

Aku melirik jam di taman itu. Pukul 20.00 KST.

Ah sudah malam rupanya. Aku merapikan pakaian ku dan beranjak pergi meninggalkan taman kelinci.

Aku harus pulang, aku lelah


dan aku merindukanya.

♡♡♡♡

Aku menutup pintu utama rumahku. Berjalan dengan lesu dan hendak menyalakan lampu, tapi sebuah suara menghentikanku.

"Kenapa baru pulang?."

Yoon Jeonghan?

"Dari mana? Aku menelponmu tapi ternyata ponselmu dirumah."

Aku tidak menggubrisnya. Dan berjalan menuju ke kamarku. Ia mengikutiku

"Hyena-ya, kenapa kau tidak menjawabku?." Sorot mata Jeonghan menandakan jika ia sedang kesal atau apalah itu. Aku tak mau tahu.

"Kau kenapa kesini? Bukankah kau sibuk?" Aku menekankan kata sibuk dan berani menatapnya.

"Kami sudah menyelesaikan masa promosi kami. Dan CEO agency kami memberikan libur 5 hari"

Ah~ Aku hanya manggut-manggut mendengar jawabanya.

"Aku pulang, karena aku merindukanmu"

Pulang? Memangnya ini rumah siapa? Haha.

"Kau dari mana?" Jeonghan mendekatiku, duduk di sampingku.

"Taman kelinci."

"Mwo?"

"Kenapa terkejut begitu? Kau menyuruhku untuk pergi ke taman kelinci jika aku merindukanmu!" Aku bersungut menatapnya.

"Maaf tidak mengabarimu berbulan-bulan." Jeonghan meraih jemariku, tapi aku langsung menepisnya.

"Arra, aku lelah, Jeonghan-ah. Aku tidak bisa fokus selama berbulan-bulan ini. Aku selalu melihatmu memegang ponsel saat sedang disorot kamera. Dan pasti ketika kau shooting reality show di Jepang juga pasti memegang ponsel! Tapi kenapa kau tak mengabariku?" Aku menangis. Jeonghan menghapus air mata yang mengalir di pipi, lagi aku memepis tanganya.

"Geumanhaja, uri"

"Mwo?"

"Ayo putus Jeonghan-ah!"

"Wae? Kita sudah 1 tahun, Hyena! Kenapa kau menyerah?" Jeonghan berapi-api.

Jeonghan tipikal orang yang ramah, tidak pernah marah. Bahkan saat di kamera, dia pun tidak menunjukan wajah lelahnya.

"Ayo putus!"

BUG

Akh! Punggungku sakit. Jeonghan mendorongku ke ranjang dengan kasar. Sekarang ia menindihku, juga melepaskan kaos yang di pakai.

Kumohon jangan ㅜㅜ.

Jeonghan memajukan wajahnya, hendak menyapai bibirku tapi aku berhasil memalingkan wajahku, sehingga bibirnya mengenai pipiku.

"Menyingkirlah Jeonghan!" Jeonghan selalu berusaha meraih bibirku dan aku selalu berhasil menghindarinya.

"Aku akan membuatmu hamil!" Kali ini tangan Jeonghan berhasil membuka kancing kemejaku. Tapi hanya tiga yang dibukanya.

Aku tak meronta, tak berusaha melepaskan diri, selagi Jeonghan masih bisa mengendalikan emosinya.

"Menyingkirlah" ujarku lirih.

"Aku tak mau putus!"

♡♡♡♡

Sudah setengah jam dan posisi kami masih sama. Bedanya, sekarang Jeonghan menenggelamkan wajahnya di leherku. Leherku basah karena Jeonghan menangis. Ia juga terus merancau kalau tidak ingin putus dariku.

Ku biarkan dia kali ini. Agar dia merasa lega dan kita bisa membicarakanya baik-baik.

Akhirnya Jeonghan mendongkakan kepalanya. Matanya sembab, hidungnya memerah.

Tanganku terangkat untuk mengusap sisa-sisa air matanya.

"Uljima"

"Menikahlah denganku" Jeonghan menatapku dalam.

"Tidak bisa. Debutmu baru 3 tahun, Jeonghan."

"Tapi agency mengijinkanku" Jeonghan mengecup bibirku dalam. "Aku ingin selalu dekat denganmu, Hyena-ya. Eo?"

Aku berfikir keras. Bukanya aku tidak mau menikah denganya. Tapi dia itu seorang public figur. Kalau dia hanya warga biasa sepertiku aku akan memerimanya.

"Kau masih belum bisa?" Aku mengangguk membenarkan perkataan Jeonghan. "Kalau begitu setiap aku bepergian dengan member ikutlah."

"M-Mwo? Bagaimana dengan pekerjaanku?" Jeonghan ini bodoh atau bagaimana sih.

"Berhentilah bekerja! Aku sudah memintamu untuk tidak bekerja dari awal!. Aku sudah bilang akan memenuhi semua kebutuhanmu!" Benar! 2 tahun yang lalu aku mendapatkan pekerjaanku sebagai kepala tim marketing di salah satu perusahaan digital di Korea. Perusahaan yang cukup memiliki nama.

Tapi Jeonghan tidak menyetujuinya. Ia bersedia menanggung semua biayaku. Beruntungnya grup Seventeen memiliki nama yang bagus di Korea maupun di dunia. Tetapi, tetap saja aku tidak bisa menuruti permintaan Jeonghan, dia bukan suamiku. Sesimpel itu.

"Kau tahu jawabanya"

Jeonghan terdiam.

"Baiklah. Tapi kumohon Hyena-ya, jangan berhenti untuk memperjuangkan hubungan ini. Kau lelah akupun begitu. Sekarang kau sudah bebas kalau mau pergi ke dormku. Kita sudah pindah ke dorm yang baru. Aku janji akan sering-sering menggubungimu"

"Arraseo." Aku mudah mengatakan putus, dan mudah luluh dengan bujuk rayuan Jeonghan agar kita selalu bisa mempertahankan hubungan ini.

Baiklah, aku akan berjuang lebih lama lagi, sampai Jeonghan benar-benar lebih sukses dari yang sekarang, juga sampai Jeonghan menjadi suamiku kelak. Eaaa 😂.

"Ah, suatu saat kalau kau hendak pergi ke dorm, pastikan untuk pergi ke ruangan pertama. Dan pastikan kau untuk menghubungiku"

Sifat posesivnya muncul lagi.

"Tapi kenapa?"

"Berhentilah untuk chat atau bertelpon dengan Joshua! Aku cemburu"

Ah~

♡♡♡♡

DATING WITH SEVENTEEN (95L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang