"oke nanti aku yang ijin." Ucapnya mengelus tanganku dari depan. Tunggu, sedari tadi aku memeluknya?
Reflek aku menarik tanganku dari pinggangnya. Namun usahaku gagal, dia terlebih dahulu menahan tanganku agar tidak beralih dari pinggangnya. Bahkan saat lampu hijau menyala, tangannya tetap berada ditanganku. Entah mengapa aku tidak sama sekali risih. Menurutku ini sangat nyaman.
Tangannya yang hangat menyentuh tanganku. Jantungku berdetak tidak karuan namun aku memilih untuk menikmatinya. Terlebih saat memeluk badan peluk-able miliknya, aku bahkan tidak ingin perjalanan ini cepat berakhir.
Akhirnya dia melepaskan tangannya yang menahan tanganku pada saat kami melihat sekolah kami diujung jalan. Mau tidak mau aku melepaskan tanganku dari pinggangnya.
Aku pun turun dari motor milik Varo saat benda itu sudah terparkir di halaman parkir sekolah. Samar-samar aku melihat seorang gadis melewati gerbang sekolah yang berada sekitar 30 meter dari tempatku berdiri. Lantas aku menegur gadis itu.
"Angel!" seruku. Dia menoleh ke arahku, lalu memalingkan wajahnya dan berjalan cepat.
"gel! Tungguin!" aku berseru kembali sambil berlari kecil untuk menyetarakan langkahnya.
"lo kenapa sih?" tanyaku sambil menyentuh pundaknya, ia hanya membalasnya dengan tatapan sinis. Lalu berjalan cepat meninggalkanku.
Pada saat itu yang ku pikirkan adalah mungkin dia masih berada di dalam fase pms.
Dia kenapa sih sebenarnya? Kalau pun pms haruskah dia merubah sikapnya? Biasanya dia juga selalu kepo tentang aku dan Varo, apa aku melakukan sebuah kesalahan besar?
Sudahlah Lou, dia mungkin memang berada di periodenya. Kau baru mengenalnya. Biarkan dia sendiri.
***LE(YOU)KIMIA***
Sore itu, kamarku terlihat sangat kacau. Semua baju yang ada di lemari putihku dikeluarkan. Ini kencan pertama di dalam hidupku selama 16 tahun ini. Diantara puluhan yang aku keluarkan, aku sudah memilih 3 baju. Namun, aku tetap harus memilih satu diantara ketiganya.
Tak lama, terdengar suara ketukan pintu. Pintu kamarku pun terbuka dan nampaklah seorang wanita paruhbaya berdiri diambang pintu dengan wajah yang terlihat shock.
Wanita itu mendekat kearahku. "Ya ampun Louisa, ini kamar atau kapal pecah nak?" pertanyaannya hanya ku jawab dengan cengiran, ia menggelengkan kepalanya.
"mah, bagus yang mana?" tanyaku dengan mengangkat 3 pilihan yang sudah aku tentukan.
Tangannya mengarah kearah dress selutut dengan warna hijau tosca. Aku mengangguk.
Wanita itu berjalan ke arah kasurku dan menjatuhkan bokongnya disana. "Tadi Varo udah izin sama mamah."
"jadi, boleh gak mah?" tanyaku dengan menunjukkan muka memohon.
Dia tersenyum menggodaku. "emmm, enggak tau deh."
"ihh mama yang bener!" ucapku menggoyangkan bahunya, ia tertawa.
"iya iya boleh! Asal sama Varo aja ya," aku ikut mendudukkan diriku di sampingnya.
"kenapa mama percaya sama Varo?" tanyaku asal.
Ia memainkan rambutku, "Mamah yakin dia orang baik, kelihatan kok." Aku tersenyum ke arahnya.
"menurut mama dia lucu gak?"
"lucu dong. Ganteng, manis, sopan, baik lagi." Mama menoel hidungku gemas, lalu berdiri.
"yasudah, kamu siap-siap ya. Varo bilang dia mau jemput jam 7." Aku mengangguk dan melihat kearah jam yang menunjukkan pukul 5.30 sore.
Aku melakukan ritual-ritual rutin. Mandi, menggosok gigi, menata rambut, sedikit merias wajah agar tidak terlihat terlalu pucat, dan tentu saja memakai pakaian.
Jam dinding kamarku sudah menunjukkan pukul 6.55, mungkin 5 menit lagi Varo akan sampai. Memperhatikan diriku dikaca, aku merasa kurang.
Kenapa tubuhku tidak setinggi Barbara Palvin ya tuhanku,
"Louisa! Itu Varo sudah di depan." teriak mamaku, bukan kah ini terlalu cepat?
Aku pun bergegas turun ke lantai pertama. Sesampainya di ruang tamu, aku mendengar suara tawa yang bagiku sangat familiar. Aku melihat Leo, Mama, Papa dan Varo sedang berbincang di ruang tamu, mereka melihat kearahku kala aku sudah sampai di ruang tamu.
Varo kenapa liatin aku gitu banget?
Varo pun pamit kepada mereka yang tadi berbincang dengannya, lalu menarik tanganku keluar rumah. Tidak ada hal lain yang aku rasakan kecuali dag dig dug duarr.
Bagaimana bisa aku menahan gejolak di dalam dadaku ini?
Varo tiba-tiba mendekatkan wajahnya. "you look beautiful tonight, Louisa."

KAMU SEDANG MEMBACA
LE(YOU)KIMIA
Teen Fiction"aku bahkan takut untuk memejamkan mataku." Varo menghembuskan nafasnya berat. Louisa mengerutkan dahinya, menatap mata indah Varo. "Apa yang kamu takutkan?" Varo menatap gadis didepannya itu. "aku takut gak bisa buka mata aku lagi, Lou. Karena aku...